Definisi Daya Pembeda Daya Pembeda

41 Tabel 2.5 Proporsi Tingkat Kesukaran Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal Persentase Mudah 30 Sedang 50 Sukar 20 Sumber: Kunandar, 2014: 201 Berdasarkan tabel 2.5 mengenai proporsi tingkat kesukaran pada suatu soal UAS dapat diketahui bahwa tingkat kesukaran soal UAS dapat dikatakan baik apabila memiliki proporsi kategori soal mudah sebesar 30, kategori soal sedang sebesar 50, dan kategori soal sukar sebesar 20. Oleh karena itu, perbaikan pada butir soal dapat dilakukan apabila proporsi tingkat kesukaran dengan kategori mudah, sedang, dan sukar belum sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal UAS seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

11. Daya Pembeda

a. Definisi Daya Pembeda

Arikunto 2012: 226 menjelaskan bahwa daya pembeda adalah kemampuan butir soal dalam membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi kelompok tinggi dengan siswa berkemampuan rendah kelompok rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Kunandar 2014: 240 yang menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan antara siswa yang telah menguasai materi pembelajaran yang diujikan atau siswa pada kelompok tinggi dengan siswa yang belum menguasai materi atau kompetensi yang diujikan atau siswa pada kelompok rendah. 42 Azwar 2015: 137 berpendapat bahwa butir soal dapat dinyatakan memiliki daya pembeda baik apabila butir soal tersebut dapat dijawab dengan benar oleh semua atau sebagian besar siswa yang telah memahami materi dan dijawab salah oleh semua atau sebagian besar siswa yang belum memahami materi yang diujikan. Dengan kata lain, proporsi jumlah siswa yang menjawab dengan benar adalah siswa yang telah memahami materi lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang belum memahami materi. Sedangkan, butir soal dinyatakan memiliki daya pembeda jelek apabila proporsi jumlah siswa yang menjawab dengan benar adalah siswa yang telah memahami materi hampir sama dengan siswa yang belum memahami materi. Selain itu, daya pembeda dinyatakan jelek jika proporsi jumlah siswa yang menjawab dengan benar adalah siswa yang telah memahami materi lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang belum memahami materi. Sementara itu, Arifin 2009: 273 berpendapat bahwa semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal maka butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang telah memahami materi yang diujikan dengan siswa yang belum memahami materi yang diujikan. Berikut ini adalah rumus yang dapat digunakan untuk menghitung daya pembeda butir soal. �� = � �� � � − � �� � � Keterangan : DB : Daya pembeda n iT : Banyak siswa dari Kelompok Tinggi yang menjawab benar N T : Banyak siswa dari Kelompok Tinggi 43 n iR : Banyak siswa dari Kelompok Rendah yang menjawab benar N R : Banyak siswa dari kelompok Rendah Sumber: Azwar, 2015: 138 Berdasarkan hasil penghitungan daya pembeda butir soal maka akan diperoleh koefisien daya pembeda pada setiap butir soal. Basuki dan Hariyanto 2014: 141 mengemukakan pendapat mengenai pedoman dalam menentukan kategori suatu butir tes sekaligus keputusan yang dapat digunakan sebagai tindak lanjut berdasarkan koefisien daya pembeda butir soal. Berikut ini akan disajikan sebuah tabel mengenai pedoman dalam menentuka kategori daya pembeda butir soal. Tabel 2.6 Kategori Daya Pembeda Koefisien Daya Pembeda Kategori Keputusan 0,40 Sangat baik Butir soal diterima 0,30 – 0,39 Cukup baik Butir soal dapat diterima dengan perbaikan 0,20 – 0,29 Sedang Butir soal perlu pembahasan dan diperbaiki 0,19 Jelek Butir soal ditolak atau dibuang Sumber:Basuki dan Hariyanto, 2014: 141 Berdasarkan tabel 2.6 mengenai koefisien daya pembeda dapat terlihat bahwa koefisien daya pembeda lebih dari 0,40 menunjukkan kategori butir soal sangat baik, sehingga keputusan butir soal diterima. Koefisien daya pembeda dengan rentang 0,30 – 0,39 menunjukkan kategori butir soal cukup baik, sehingga butir soal dapat diterima dengan perbaikan. Koefisien daya pembeda dengan rentang 0,20 – 0,29 menunjukkan kategori butir soal sedang dengan keputusan butir soal perlu pembahasan lebih lanjut dan perlu diperbaiki, dan 44 koefisiendaya pembeda dengan rentang kurang dari 0,19 menunjukkan kategori butir soal jelek dengan keputusan butir soal ditolak. Sementara itu, Azwar 2015: 148 berpendapat bahwa koefisien daya pembeda butir soal lebih dari 0,30 dapat dinyatakan sebagai daya pembeda yang baik. Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti membuat kriteria mengenai daya pembeda sesuai dengan pendapat kedua ahli yang telah diuraikan sebelumnya yaitu koefisien daya pembeda dengan rentang lebih dari 0,30 menunjukkan bahwa butir soal termasuk dalam kategori baik dengan keputusan butir soal tersebut diterima. Koefisien daya pembeda lebih dari 0,30 sudah mencakup koefisien daya pembeda dengan rentang lebih dari 0,40 sangat baik dan koefisien daya pembeda dengan rentang 0,30 - 0,39 cukup baik, sedangkan koefisien daya pembeda dengan rentang 0,20 – 0,29 menunjukkan bahwa butir soal termasuk dalam kategori sedang dengan keputusan butir soal perlu diperbaiki, dan koefisien daya pembeda dengan rentang kurang dari 0,19 menunjukkan bahwa butir soal termasuk dalam kategori jelek, sehingga butir soal tersebut ditolak atau gugur. Pedoman dalam menentukan kategori daya pembeda butir soal sesuai dengan uraian sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.7 Pedoman Kategori Daya Pembeda Butir Soal Koefisien Daya Pembeda Kategori Keputusan 0,30 Baik Butir soal diterima 0,20 – 0,29 Sedang Butir soal perlu diperbaiki 0,19 Jelek Butir soal ditolak atau dibuang 45 Berdasarkan pedoman kategori daya pembeda butir soal yang telah diuraikan pada tabel 2.7 dapat diketahui bahwa koefisien daya pembeda lebih dari 0,30 termasuk dalam kategori baik, sehingga butir soal dapat diterima. Koefisien daya pembeda dengan rentang 0,20 – 0,29 termasuk dalam kategori sedang, sehingga butir soal perlu diperbaiki, sedangkan koefisien daya pembeda butir soal kurang dari 0,19 termasuk dalam ketegori jelek, sehingga butir soal ditolak atau dibuang dan digantikan dengan butir soal yang lain. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa daya pembeda adalah kemampuan butir soal dalam membedakan siswa yang telah menguasai materi yang diujikan dengan siswa yang belum mengusai materi yang diujikan. Daya pembeda dapat berfungsi dengan baik jika telah berhasil membedakan kedua kelompok siswa tersebut yaitu kelompok tinggi dengan kelompok rendah. Keberhasilan daya pembeda dapat diketahui dengan berpedoman pada kriteria daya pembeda yang telah diuraikan sebelumnya. Pada penelitian ini, peneliti berpedoman pada tabel 2.7 sebagai dasar dalam menganalisis daya pembeda butir soal yang terkait dengan koefisien daya pembeda, kategori, dan keputusan yang dapat diambil sebagai tindak lanjut setelah mengetahui hasil analisis daya pembeda butir soal. 46

b. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Daya Pembeda