14
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II pada penelitian ini membahas mengenai landasan teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
A. Landasan Teori
1. Evaluasi
Arikunto dalam Majid 2014: 33 berpendapat bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang tugas yang telah dikerjakan oleh
siswa. Informasi tersebut digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Pendapat tersebut diperkuat oleh Widoyoko 2009: 2 yang
menyatakan bahwa evaluasi adalah proses yang sistematis dan berkesinambungan dalam hal mengumpulkan, mendeskripsikan, dan
menyajikan informasi tentang suatu program pembelajaran, sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan
keputusan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yangdilakukan guru untuk mengetahui informasi mengenai kemampuan siswa dan keefektifan proses pembelajaran.
Informasi tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan
atau kebijakan
selanjutnya guna
memperbaiki dan
menyempurnakan program kegiatan pembelajaran. Guru membutuhkan alat untuk melakukan evaluasi berupa alat penilaian atau instrumen penilaian.
15
2. Instrumen Penilaian
a. Definisi Instrumen Penilaian
Arikunto 2012: 9 menyatakan bahwa instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu objek ukur. Jihad
dan Haris 2012: 67 menyatakan bahwa tujuan penyusunan instrumen penilaian adalah untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap
penguasaan suatu materi atau pokok bahasan yang dapat dilakukan dengan cara tes dan nontes. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
diketahui bahwa instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan menilai dalam rangka mengetahui kemampuan
siswa. Instrumen penilaian terdiri dari dua macam yaitu tes dan non tes.
b. Macam-macam Instrumen Penilaian
Majid 2014: 38 berpendapat bahwa instrumen penilaian ada dua macam, yaitu tes dan non tes. Selanjutnya Jihad dan Haris 2012:
67 menambahkan bahwa alat penilaian berupa tes meliputi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Sedangkan Sudijono 2006: 19
bependapat bahwa alat penilaian berupa non tes meliputi wawancara, angket atau kuesioner, observasi atau pengamatan, dan daftar cek
check list. Berdasarkan uraian pendapat para ahli mengenai instrumen
penilaian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa instrumen penilaian terdiri dari dua macam yaitu tes dan nontes. Pada penelitian ini akan
menganalisis instrumen penilaian berupa tes. Hal ini dikarenakan soal
16
UAS yang diujikan merupakan soal ulangan yang berbentuk tes tertulis.
3. Instrumen Penilaian berupa Tes
a. Definisi Tes
Jihad dan Haris 2012: 67 menyatakan bahwa tes adalah cara untuk mengadakan penilaian berbentuk suatu tugas yang harus
dikerjakan baik secara individu maupun kelompok, sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa dan
dapat dibandingkan dengan standar penilaian yang telah ditetapkan. Sedangkan Arifin 2009: 248 berpendapat bahwa tes yang diujikan
haruslah dapat menggambarkan perilaku dan menghasilkan nilai yang objektif serta akurat. Pendapat lain mengenai definisi tes dikemukakan
oleh Arikunto 2012: 46 yang menyatakan bahwa tes adalah sejumlah pertanyaan atau latihan yang berfungsi mengukur keterampilan,
pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sementara itu, Sudijono 2006: 67 berpendapat bahwa tes
adalah alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui tingkat perkembangan atau kemajuan yang dicapai oleh siswa setelah
menempuh proses pembelajaran dan berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan program pembelajaran.
Berdasarkan berbagai definisi tes yang telah diuraikan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tes adalah suatu alat penilaian
berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan baik secara individu
17
maupun kelompok untuk memperoleh data yang bersifat objektif. Salah satu fungsi tes adalah sebagai alat ukur keberhasilan program
pembelajaran dan mengetahui tingkat perkembangan atau kemajuan yang dicapai oleh siswa.
b. Jenis-jenis Tes
Tes dikategorikan dalam beberapa jenis. Mardapi 2008: 68 mengemukakan bahwa tes dibagi menjadi empat jenis berdasarkan
tujuan dilaksanakannya suatu tes. Empat jenis tes tersebut meliputi tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.
1 Tes Penempatan
Mardapi 2008: 69 menjelaskan bahwa tes penempatan merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kemampuan awal siswa. Tes penempatan dilakukan pada awal tahun pelajaran baru. Dari hasil tes penempatan tersebut maka
pihak sekolah dapat menempatkan siswa pada suatu kelas berdasarkan tingkat kemampuannya.
2 Tes Diagnosis
Sudjana 2010: 4 berpendapat bahwa tes diagnosis adalah tes yang bertujuan untuk melihat berbagai kelemahan siswa atau
kesulitan belajar siswa dan faktor penyebabnya. Program tindak lanjut dari tes diagnosis ini adalah memberikan bimbingan
belajar, bimbingan konseling, dan memberikan jam tambahan pembelajaran bagi siswa yang membutuhkan. Hal ini memiliki
kesamaan dengan pendapat Arikunto 2012: 48 yang
18
menyatakan bahwa tes diagnosis adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, sehingga guru
dapat memberikan penanganan yang tepat.
3 Tes Formatif
Basuki dan Hariyanto 2014: 32 berpendapat bahwa tes formatif merupakan tes yang dilakukan secara periodik. Tes
formatif bertujuan untuk mengukur pencapaian kompetensi siswa setelah menyelesaikan satu atau lebih Kompetensi Dasar
KD. Tes formatif diberikan pada setiap akhir program pembelajaran pada satu atau lebih KD, misalnya ulangan harian.
4 Tes Sumatif
Sudijono 2006:72 menjelaskan bahwa tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah serangkaian program
pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif diberikan pada akhir semester atau akhir tahun pelajaran. Tes sumatif dikenal dengan
istilah Ulangan Umum, Tes Kendali Mutu TKM, atau Evaluasi Belajar Tahap Akhir EBTA. Tujuan dilaksanakannya tes
sumatif adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa, yaitu seberapa jauh tujuan-tujuan pembelajaran dapat dikuasai oleh
siswa dalam satu semester proses pembelajaran. Pendapat senada juga disampaikan oleh Arikunto 2012: 53 yang
menyatakan bahwa tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya sebuah program pada satu semester pembelajaran yaitu, dengan
19
melaksanakanUlangan Akhir
Semester UAS
yang dilaksanakan setiap akhir semester.
Berdasarkan uraian di atas mengenai berbagai jenis tes, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa terdapat empat
jenis tes yang disesuaikan dengan tujuannya yaitu tes penempatan, tes diagnosis, tes formatif, dan tes sumatif. Jenis
tes yang sesuai dengan penelitian ini adalah tes sumatif. Tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan pada akhir semester dalam
bentuk Ulangan
Akhir Semester
UAS. Tujuan
dilaksanakannya tes sumatif adalah untuk mengetahui hasil yang dapat dicapai siswa, yaitu seberapa jauh tujuan-tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Bentuk soal UAS terdiri beberapa bentuk seperti soal pilihan ganda dan uraian. Pada penelitian ini
akan menganalisis butir soal UAS bentuk soal pilihan ganda
4. Tes Pilihan Ganda
a. Definisi Tes Pilihan Ganda
Djiwandono 2008: 41 berpendapat bahwa bentuk tes pilihan ganda adalah tes objektif. Pendapat ini diperkuat oleh Azwar 2015:
72 yang menyatakan bahwa tes pilihan ganda bersifat objektif karena hanya memiliki satu jawaban yang dianggap terbaik. Selain itu, sifat
objektif ditinjau dari proses pemberian nilai, yaitu akan menghasilkan nilai atau skor yang sama walaupun proses pengoreksian dan penilaian
dilakukan oleh orang lain atau bukan tim penyusun soal. Sejalan
20
dengan pendapat sebelumnya, Basuki dan Hariyanto 2014: 39 menyatakan bahwa tes objektif adalah tes yang tidak dipengaruhi oleh
pribadi pemeriksa dalam proses pengoreksian dan penilaiannya. Tes pilihan ganda terdiri dari dua atau lebih pilihan jawaban pada setiap
butir soalnya. Pendapat senada disampaikan oleh Jihad dan Haris 2012: 81 yang menyatakan bahwa tes pilihan ganda adalah tes yang
memiliki tiga sampai lima pilihan jawaban namun hanya ada satu jawaban yang tepat.
Berdasarkan pendapat ketiga ahli seperti yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tes
pilihan ganda bersifat objektif. Setiap butir pilihan ganda memiliki dua sampai lima pilihan jawaban. Setiap butir soal hanya memiliki
satu jawaban yang tepat atau berfungsi sebagai kunci jawaban, sedangkan pilihan jawaban lain berperfungsi sebagai pengecoh. Setiap
pengecoh pada masing-masing butir soal harus dapat berfungsi dengan baik. Pada penelitian ini diketahui bahwa setiap butir soal pilihan
ganda UAS genap tahun pelajaran 20142015 mata pelajaran IPA kelas V SD memiliki empat pilihan jawaban yaitu a, b, c, dan d. Selain
memperhatikan mengenai keberfungsian setiap pengecoh pada masing-masing butir soal pilihan ganda, hal lain yang perlu diketahui
adalah syarat tes pilihan ganda yang baik.
21
b. Syarat Tes Pilihan Ganda
Kunandar 2014: 201 memaparkan beberapa syarat tes pilihan ganda yang baik sebagai berikut.
1 Memiliki validitas yang tinggi. Artinya suatu tes mampu
mengungkapkan hasil belajar siswa secara tepat, sehingga mampu mengukur apa yang ingin diukur.
2 Memiliki reliabilitas yang tinggi. Artinya suatu tes mampu
memberikan gambaran hasil tes yang relatif sama dan konsisten tentang kompetensi yang dimiliki siswa walaupun
tes dilakukan berulang kali. 3
Memiliki tingkat kesukaran yang sesuai dengan pedoman proporsi tingkat kesukaran soal UAS yang telah ditentukan
yaitu 30 soal mudah, 50 soal sedang, dan 20 soal sukar. 4
Setiap butir soal memiliki daya pembeda yang baik. Artinya setiap butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah
memahami materi yang diujikan dengan siswa yang belum memahami materi.
5 Setiap butir soal memiliki petunjuk tentang bagaimana cara
pelaksanaannya, cara mengerjakan dan cara pengoreksiannya.
c. Kelebihan dan Kelemahan Soal Pilihan Ganda
Jihad dan Haris 2012: 83 berpendapat bahwa pada penyusunan soal pilihan ganda terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan.
Berikut ini akan disajikan sebuah tebel 2.1 yang memaparkan kelebihan dan kelemahan soal pilihan ganda pada halaman 22.
22 Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Soal Pilihan Ganda
Kelebihan Kelemahan
Jumlah soal yang diujikan cukup banyak, sehingga dapat mewakili
semua kompetensi yang diukur. Siswa tidak dapat menjawab dengan
bahasa dan gagasannya sendiri. Bersifat objektif karena hanya
memiliki satu jawaban yang tepat. Siswa dapat memilih jawaban hanya
berdasarkan menebak. Pengoreksian
dapat dilakukan
dengan mudah, cepat, dan dapat dilakukan oleh orang lain selain
guru atau tim penyusun soal. Guru tidak dapat mengetahui proses
atau langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal.
Mudah dianalisis yaitu dari segi validitas,
reliabilitas, tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh.
Ditinjau dari segi penyusunan soal, soal pilihan ganda membutuhkan
banyak waktu, tenaga, dan biaya.
Sumber: Jihad dan Haris, 2012: 83
Berdasarkan tabel 2.1 dapat diketahui bahwa bentuk soal pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan baik ditinjau
berdasarkan proses penyusunan soal, proses ketika siswa mengerjakan soal, proses pengoreksian dan penilaian, serta proses analisis butir soal
pilihan ganda. Kelebihan bentuk soal pilihan ganda adalah jumlah soal cukup banyak, sehingga dapat mewakili semua kompetensi yang
diukur. Soal pilihan ganda bersifat objektif karena pada setiap butir soal hanya memiliki satu jawaban yang tepat. Selain itu, tahap
pengoreksian dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan dapat dilakukan oleh orang lain selain tim atau guru penyusun soal karena
soal pilihan ganda bersifat objektif. Kelebihan soal pilihan ganda ditinjau dari proses analisis butir soal adalah dapat dilakukan analisis
butir soal yaitu dari segi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh.
23
Kelemahan bentuk soal pilhan ganda adalah siswa tidak dapat menjawab soal dengan bahasa dan gagasannya sendiri karena
cenderung hanya memilih jawaban yang telah tersedia. Siswa dapat memilih jawaban hanya berdasarkan menebak dan tidak mengetahui
jawaban yang tepat. Selain itu, guru tidak dapat mengetahui proses atau langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal.
Sedangkan ditinjau dari segi penyusunan soal, soal pilihan ganda membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan biaya karena perlu
memperhatikan validitas dan reliabilitas soal, proporsi tingkat kesukaran, daya pembeda setiap butir soal, dan menyusun beberapa
alternatif atau pilihan jawaban yang berguna sebagai pengecoh. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa syarat tes
pilihan ganda yang baik adalah memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi, tingkat kesukaran yang sesuai dengan proporsi, daya pembeda,
dan efektivitas pengecoh. Selain itu, dapat diketahui bahwa tes pilihan ganda memiliki kelebihan dibandingkan dengan bentuk tes lainnya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Djiwandono 2008: 43 yang menyatakan bahwa tes pilihan ganda memiliki kelebihan yang tidak
dimiliki oleh bentuk tes lainnya yaitu dapat dilakukannya beberapa analisis yang lebih cermat terhadap masing-masing butir soal.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Sudjana 2010: 135 yang menyatakan bahwa analisis butir soal yang dapat dilakukan pada tes
pilihan ganda adalah validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh. Analisis butir soal tersebut
24
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara butir soal yang diujikan dengan syarat soal pilihan ganda yang baik.
5. Ulangan Akhir Semester UAS
Mulyasa 2007: 260 menyatakan bahwa pelaksanaan Ulangan Akhir Sekolah UAS bertujuan untuk mengetahui hasil atau kemampuan yang
dicapai siswa dalam program satu semester pembelajaran. Mata pelajaran yang diujikan pada Ulangan Akhir Semester adalah semua mata pelajaran
yang telah dipelajari oleh siswa selama satu semester pada kelas tertentu. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa kelas V SD dan
menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan ketika UAS adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA.
6. Ilmu Pengetahuan Alam
a. Definisi Ilmu Pengetahuan Alam IPA
Ilmu Pengetahuan Alam IPA berkaitan dengan alam dan isinya. Samatowa 2011: 2 menyatakan bahwa proses pembelajaran
IPA adalah suatu cara untuk mengenal alam secara sistematis, menemukan fakta-fakta, dan konsep. Sedangkan Nash dalam
Samatowa, 2011: 3 mengatakan bahwa proses pembelajaran IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat
analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain.
25
IPA juga didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala yang terjadi di alam. Pengetahuan tersebut
bukan hanya sebuah produk, tetapi juga mencakup proses pengamatan, pemahaman, dan penjelasan. Margiyati 2014: 22
mendefinisikan IPA sebagai ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu, mempelajari fenomena-fenomena alam yang faktual. Terdapat
beberapa aspek dalam mata pelajaran IPA yaitu, melalui proses pembelajaranIPA siswa dapat menghasilkan suatu produk. Selain itu,
siswa juga akan mengikuti setiap proses pembelajaran IPA, sehingga siswa akan memiliki sikap disiplin, berpikir kritis, dan memiliki rasa
ingin tahu seperti seorang ilmuan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
IPA adalah ilmu yang mempelajari alam dan gejala-gejala alam. IPA bukan hanya mempelajari fakta-fakta dan konsep, namun juga
mempelajari proses penemuan. Siswa dilatih memiliki sifat ilmuan ketika proses pembelajaran IPA berlangsung.
b. Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
IPA Di Sekolah Dasar
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang disampaikan bagi siswa kelas V SD. Samatowa 2011: 6 menjelaskan
bahwa tujuan IPA dimasukkan dalam suatu kurikulum sekolah yaitu, IPA dapat memberikan manfaat bagi perkembangan suatu bangsa
karena IPA merupakan dasar teknologi atau berperan sebagai dasar pembangunan. Tujuan yang kedua adalah siswa terlatih untuk berpikir
26
secara kritis. Tujuan yang ketiga adalah IPA bukanlah sebuah mata pelajaran yang bersifat hafalan, melainkan banyak memberikan
pengalaman belajar bagi siswa melalui berbagai percobaan. Tujuan yang terakhir adalah melalui IPA dapat membentuk kepribadian siswa
secara keseluruhan dan menumbuhkan sikap ilmiah. Pendapat tersebut senada dengan pendapat De Vitto dalam Samatowa, 2011: 104 yang
mengungkapkan bahwa pembelajaran IPA bagi siswa SD yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pembelajaran mata pelajaran IPA di SD, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
penyampaian materi mata pelajaran IPA pada siswa SD hendaknya dilakukan dengan model pembelajaran
yang tepat. Proses
pembelajaran IPA melalui pengalaman langsung yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dapat membantu siswa memahami
materi yang sedang dipelajari.
c. Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD
Mata Pelajaran IPA Kelas V SD
Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 memaparkan bahwa pada
Kurikulum 2006 atau KTSP terdapat 3 Standar Kompotensi SK dan 11 Kompetensi Dasar KD yang harus dikuasai siswa pada mata
pelajaran IPA kelas V SD pada semester genap. Berikut ini akan disajikan sebuah tabel yang menunjukkan SK dan KD yang harus
dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD semester genap yang dapat dilihat pada tabel 2.2 halaman 27.
27 Tabel 2.2 SK dan KD Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Semester Genap
Standar Kompetensi SK Kompetensi Dasar KD
Energi dan Perubahannya 5.
Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta
fungsinya. 5.1
Mendeskripsikan hubungan
antara gaya, gerak, dan energi melalui
percobaan gaya
gravitasi, gaya gesek, gaya magnet.
5.2 Menjelaskan
pesawat sederhana yang dapat membuat
pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya
melalui kegiatan
membuat suatu karyamodel.
6.1 Mendeskripsikan
sifat-sifat cahaya.
6.2 Membuat suatu karyamodel,
misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan
menerapkan sifat-sifat cahaya.
Bumi dan Alam Semesta
7. Memahami perubahan yang
terjadi di
alam dan
hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam. 7.1
Mendeskripsikan proses
pembentukan tanah
karena pelapukan.
7.2 Mengidentifikasi
jenis-jenis tanah.
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi.
7.4 Mendeskripsikan proses daur
air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya.
7.5 Mendeskripsikan perlunya
penghematan air. 7.6
Mengidentifikasi peristiwa
alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk
hidup dan lingkungan. 7.7
Mengidentifikasi beberapa
kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi
pertanian, perkotaan, dsb
Sumber: Permendiknas Nomor 23 tahun 2006
Berdasarkan tabel 2.2 mengenai uraian SK dan KD mata pelajaran IPA kelas V SD semester genap dapat diketahui bahwa pada
SK 5 siswa diharapkan mampu memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya. Sedangkan pada SK 5 terdapat 2
KD sebagai berikut, KD 5.1 mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan gaya gravitasi, gaya gesek, gaya
28
magnet, dan pada KD 5.2 menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. SK 6 menerapkan
sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model. Pada SK 6 terdapat 2 KD sebagai berikut, KD 6.1 mendeskripsikan
sifat-sifat cahaya, dan KD 6.2 membuat suatu karya atau model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan
menerapkan sifat-sifat cahaya. Sedangkan pada pokok bahasan Bumi dan Alam Semesta
terdapat SK 7 yaitu memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. SK 7 terdiri dari
7 KD yaitu KD 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan, 7.2 mengidentifikasi jenis-jenis tanah, 7.3
mendeskripsikan struktur bumi, 7.4 mendeskripsikan proses daur air dan
kegiatan manusia
yang dapat
mempengaruhinya, 7.5
mendeskripsikan perlunya penghematan air, 7.6 mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk
hidup dan lingkungan, dan KD 7.7 mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi pertanian,
perkotaan, dsb. Peneliti akan menganalisis 30 butir soal pilihan ganda pada Ulangan Akhir Semester genap tahun pelajaran 20142015 mata
pelajaran Ilmu IPA kelas V berdasarkan materi yang mencakup 3 Standar Kompetensi dan 11 Kompetensi Dasar yang telah diuraikan
pada paragraf sebelumnya.
29
Pada uraian sebelumnya dapat diketahui jenis tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes sumatif dalam bentuk Ulangan
Akhir Semester genap tahun pelajaran 20142015 pada mata pelajaran IPA kelas V SD. Hal lain yang perlu diketahui adalah bentuk tes yang
digunakan pada soal UAS mata pelajaran IPA tersebut. Djiwandono 2008: 41 berpendapat bahwa guru perlu memperhatikan pemilihan
bentuk tes. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Jihad dan Haris 2012: 75 yang menyatakan bahwa pemilihan bentuk tes ditentukan
berdasarkan tujuan, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa, dan cakupan materi. Soal UAS genap mata pelajaran IPA
kelas V SD terdiri dari dua bentuk tes yaitu bentuk pilihan ganda dan bentuk uraian. Pada penelitian ini, peneliti akan membatasi penelitian
yaitu menganalisis bentuk soal pilihan ganda mengingat penelitian ini adalah analisis butir soal pilihan ganda.
7. Analisis Butir Soal
Arikunto 2012: 222 menyatakan bahwa analisis butir soal adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap soal-soal
yang baik dan kurang baik, sehingga dapat diperoleh informasi mengenai kekurangan sebuah soal untuk dapat diadakan perbaikan. Sementara itu,
Endrayanto dan Harumurti 2014: 259 berpendapat bahwa analisis butir soal adalah kegiatan yang dilakukan guru sebagai proses mengumpulkan
informasi berdasarkan jawaban siswa untuk membuat keputusan terhadap butir soal tersebut. Senada dengan pendapat beberapa ahli yang telah
30
diuraikan sebelumnya, tujuan analisis butir soal berdasarkan pendapat Kunandar 2014: 238 adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
soal. Guru atau tim penyusun soal dapat mengetahui kelemahan atau kekurangan yang terdapat pada setiap butir soal, sehingga butir soal tersebut
dapat diperbaiki atau ditolak dan digantikan dengan butir soal yang lain. Sedangkan, butir soal yang telah memenuhi syarat atau termasuk dalam
kategori baik dapat disimpan dalam buku kumpulan soal, sehingga dapat digunakan kembali pada tes atau ujian berikutnya.
Basuki dan Hariyanto 2014: 131 mengemukakan bahwa terdapat dua cara yang dapat dilakukan pada proses analisis butir soal yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Pendapat tersebut diperkuat oleh Kubiszyn dan Borich dalam Endrayanto dan Harumurti, 2014: 259 yang menyatakan
bahwa terdapat dua cara analisis butir soal yaitu analisis kualitatif untuk menelaah seluruh butir soal bukan berdasarkan jawaban siswa, namun
berdasarkan kesesuaian materi yang diujikan pada butir soal yang diujikan dengan materi yang telah disampaikan pada proses pembelajaran dan
berpedoman pada indikator. Analisis kualitatif adalah analisis butir soal berdasarkan validitas isi. Sedangkan cara yang kedua adalah analisis
kuantitatif meliputi reliabilitas, tingkat kesukaran, tingkat daya pembeda, dan efektivitas pengecoh.
Berdasarkan uraian beberapa pendapat mengenai definisi analisis butir soal, peneliti dapat menyimpulkan bahwa analisis butir soal perlu dilakukan
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan butir soal. Hasil identifikasi tersebut dijadikan sebagai informasi guna menentukan tindak
31
lanjut pada setiap butir soal. Butir soal yang telah memenuhi syarat soal pilihan ganda yang baik seperti yang telah diuraikan sebelumnya,butir soal
tersebut termasuk dalam kategori butir soal yang baik. Butir soal yang memiliki kategori baik dapat disimpan pada bank soal dan digunakan
kembali pada ujian selanjutnya. Sementara itu, butir tes yang memiliki kekurangan atau belum sesuai dengan syarat soal pilihan ganda, maka butir
soal tersebut perlu diperbaiki atau dibuang dan digantikan dengan butir soal yang lain. Analisis soal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis
kualitatif pada validitas isi soal dan analisis kuantitatif meliputi reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh.
8. Validitas