Teori Belajar Albert Bandura Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

20

2.1.2.5 Teori Belajar Albert Bandura

Teori Bandura lebih menekankan pada teori sosial-belajar. Teori Bandura berisikan teori belajar untuk melakukan perubahan-perubahan tingkah laku. Menurut Bandura dalam Singgih 1981: 183 menjelaskan bahwa dalam situasi sosial ternyata orang bisa belajar lebih cepat dengan mengamati atau melihat tingkah laku orang lain. Dengan mengamati melalui alat inderanya, pengamatan mengikutsertakan unsur kognitif yaitu adanya proses di dalam yang mewakili obyek-obyek yang nyata di luar. Proses yang terjadi di dalam ini kemudian menjadi dasar timbulnya tingkah laku yang sesuai dengan apa yang telah diamatinya. Bandura dalam Singgih, 1981 mengemukakan ada empat komponen dalam proses belajar yaitu: 1 memperhatikan, sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu anak memperhatikan model yang akan ditirunya, 2 mencamkan, setelah memperhatikan dan mengamati sesuatu model maka di waktu yang lain anak memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut, 3 mereproduksikan gerak motorik, untuk mereproduksikan tingkah laku dengan tepat anak harus sudah bisa memperlihatkan kemampuan-kemampuan motorik yang meliputi kekuatan fisik, 4 ulangan-penguatan, setelah proses dari memperhatikan dan mencamkan sudah dilakukan, model yang diamati oleh anak akan diperlihatkan atau direproduksi dalam tingkah laku yang nyata atau tidak bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada. Dari teori Bandura diatas dapat disimpulkan bahwa anak dapat belajar melalui lingkungan sosialnya yang dapat dilakukan dengan mengikutsertakan aspek kognitif dari dalam dirinya yang kemudian akan dinyatakan dalam tingkah laku melalui proses mengamati, mencamkan, mereprodusikan dan dilanjutkan dengan melakukan atau tidak ulangan-penguatan sesuai dengan motivasi atau kemauannya.

2.1.2.6 Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek yaitu kematangan, pengalaman, interaksi sosial, dan ekuilibrasi.Keempat aspek tersebut saling berhubungan dan mendukung. Aspek kematangan yang timbul dari 21 perkembangan syaraf kemudian dihubungkan dengan pengalaman sebagai timbal balik antara organisme dengan duniannya. Pengalaman yang didapatkan kemudian dilanjutkan dengan mengadakan interaksi sosial sehingga mendapat pengaruh- pengaruh dari lingkungannya dan dari hasil interaksi akan diekuilibrasi yaitu dengan mengatur keseimbangan dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Dalam pandangan Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka dengan menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka alami. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Piaget mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas seseorang menggunakan dan mengadaptasi skema mereka yaitu asimilasi dan akomodasi Suparno, 2001: 124. Piaget dalam Suparno, 2001: 26-99 membagi perkembangan kognitif anak menjadi 4 periode utama yaitu 1 periode sensorimotor usia 0 –2 tahun dimana pengalaman diperoleh melalui fisik dan sensori, 2 periode praoperasional usia 2 –7 tahun merupakan tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit, 3 periode operasional konkrit usia 7 –11 tahun dimana anak telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit, 4 periode operasional formal usia 11 tahun sampai dewasa merupakan tahap dimana anak sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal- hal yang abstrak dan menggunakan logika. Dari penjelasan di atas anak dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan kognitif siswa SD berada pada tahap operasional konkrit, dimana seorang anak masih menggunakan benda-benda yang konkrit dalam belajar. Suparno 2001:69 menyatakan bahwa walaupun sebagian pikirannya masih terikat kepada objek-objek dan aktivitas-aktivitas konkrit, seorang anak yang memiliki tahap operasi konkrit sudah dapat berpikir logis.

2.1.3 Hasil penelitian terdahulu yang relevan