Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan Kewarganegaraan PKn merupakan mata pelajaran yang mengajarkan tentang pembentukan karakter dan kepribadian siswa untuk menjadi warga negara yang berbudi luhur dan berbudipekerti yang baik. Dalam pembelajaran PKn ditanamkan kesadaran diri, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran PKn sangat membantu dalam pembentukan sikap hormat siswa dalam berbicara maupun bertingkah laku dengan baik dan sopan, maka mata pelajaran PKn sudah mulai ditanamkan sejak jenjang pendidikan yang terendah yaitu pada sekolah dasar. Pendidikan PKn SD sangat berperan dalam pembentukan karakter, pengetahuan dan ketrampilan seseorang agar mampu menjadi warga negara yang baik, bukan hanya dalam dimensi kecerdasan rasional saja, melainkan juga dimensi spiritual, emosional dan sosial. Dengan demikian PKn seharusnya dapat mengajarkan siswa untuk bisa bertingkah laku dan bertutur kata dengan baik dan benar dengan menjunjung nilai- nilai kesopanan. Oleh karena itu dengan adanya mata pelajaran PKn diharapkan dapat mengarahkan siswa dalam pembangunan karakter yang baik terutama dalam bersikap dan bertutur kata dengan orang lain. Setelah peneliti melakukan tes awal pada siswa tanggal 23 Maret 2013 diperoleh hasil prestasi belajar kondisi awal siswa dengan nilai rata-rata kelas yang rendah yaitu 69,88. Dari 20 siswa dalam kelas IV SDN Kalongan pada kondisi awal terdapat 16 siswa yang tidak tuntas nilai KKMnya yaitu 75,00 dan ada 4 siswa yang tuntas KKM sehingga hanya 30 dari 20 siswa kelas IV yang tuntas KKM. Dari pengamatan peneliti, penyebab terjadinya kegagalan tersebut adalah karena siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Ketika guru mengajar, siswa terlihat tidak memperhatikan dan bebrapa siswa berbicara dengan temannya, bahkan ada yang terlihat mengantuk. Selain itu ketika guru memberikan pertanyaan siswa tidak menjawab pertanyaan tersebut dan hanya diam atau bahkan tersenyum saja. Proses pembelajaran yang diajarkan oleh guru 2 masih terfokus pada buku paket dan LKS sebagai sumber belajarnya sehingga pembelajaran terkesan membosankan dan kurang menarik. Pembelajaran yang seperti ini membuat siswa menjadi enggan untuk mengikuti sehingga hasil yang diperoleh juga tidak maksimal. Hal inilah yang membangkitkan minat peneliti untuk menerapkan metode baru dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan awal SDN Kalongan yang beralamat di Kalongan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta pada hari Sabtu tanggal 22 September 2012 peneliti menemukan beberapa siswa suka berbicara tidak sopan dan kadang bertengkar hanya karena saling mengejek. Selain itu peneliti juga melihat beberapa siswa yang memilih-milih teman saat belajar dalam kelompoknya. Dalam wawancara lanjutan dengan Bapak Tukiran sebagai guru kelas IV, Pak Tukiran menyatakan bahwa siswa kelas IV yang terdiri dari 20 siswa tersebut ada pada usia peralihan dari siswa kelas bawah menjadi siswa kelas atas sehingga mereka ingin menunjukkan kedewasaannya. Berdasarkan hasil pengamatan kedua pada hari Senin tanggal 8 Oktober 2012 di kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta peneliti melihat bahwa rasa saling menghormati dan menghargai antar teman masih kurang. Saat peneliti mengikuti pembelajaran di dalam kelas, banyak dijumpai siswa yang suka berbicara tidak sopan terhadap temannya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Siswa juga terkadang mengejek teman yang memiliki kekurangan kebutuhan khusus dengan. Selain itu kekerasan verbal fisik sering terjadi antara siswa seperti memukul dengan menggunakan penggaris, memukul kepala temannya dan terkadang merebut barang milik temannya dengan paksa. Perilaku tersebut disebabkan karena siswa tidak mau menuruti kehendak temannya dan juga suka mengejek hasil kerja temannya yang berbeda. Di saat pembelajaran berlangsung siswa sering menyeloteh menghina teman sekelasnya dengan seenaknya sendiri. Berdasarkan cerita yang peneliti dapat dari Ibu Umi selaku kepala sekolah SDN Kalongan Yogyakarta pada hari Senin tanggal 8 Oktober 2012, beliau bekata bahwa siswa kelas IV memang sudah terlihat kenakalannya. Banyak tingkah laku dan tutur katanya yang tidak menunjukkan sikap toleransi, contohnya saat siswa saling mengejek teman-temannya yang berbeda dengan dirinya, berbicara lantang dengan guru maupun temannya dan suka berkelahi dengan temannya serta 3 memilih-milih teman yang disukainya. Mereka sudah mulai menunjukkan karakter sebagai siswa yang lebih tinggi dari yang sebelumnya. Sikap yang terlihat jelas berbeda yaitu dari tutur kata yang sering berbicara tidak sopan dengan teman ataupun kadang dengan gurunya. Selain itu dari pengamatan ibu kepala sekolah dari tahun ke tahun sikap yang ditunjukkan anak kelas IV selalu hampir sama yaitu sering melakukan kenakalan-kenakalan kecil seperti berkelahi, olok-olokan dengan kata yang tidak sopan dan terkadang sudah mulai berani menjawab perintah guru. Pada saat peneliti mengamati di dalam kelaspun ternyata apa yang dikatakan oleh ibu kepala sekolah terjadi. Peneliti melihat ada banyak siswa yang tidak menghiraukan perintah guru dan ada juga siswa yang menjawab pertanyaan guru dengan jawaban yang tidak sopan dengan menggunakan bahasa Jawa Ngoko . Dari fakta yang peneliti temukan terdapat permasalahan dalam perilaku toleransi terutama dalam sikap berbicara yang tidak sopan semaunya sendiri dengan teman maupun guru dan perilaku yang kurang menghormati orang lain yang berbeda pendapat serta masih suka memilih-milih teman dengan membeda-bedakannya. Pada pembelajaran PKn saat ini tidak tampak adanya materi yang menitikberatkan aspek nilai-nilai moral, namun materi yang diberikan lebih ke arah politik. Dengan materi yang demikian karakter dan moral siswa sulit untuk dibangun dengan baik. Banyak terjadi siswa yang pandai tetapi moralnya tidak baik. Dapat kita lihat dari cara berperilaku dan bertutur kata siswa dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sudah terbiasa dengan gaya bicara yang tidak sopan dan berperilaku tidak toleran terhadap sesama teman maupun gurunya. Keadaan ini sangat memprihatinkan sebab dalam mata pelajaran PKn tidak dapat membangun karakter dan perilaku toleran siswa. Setelah melihat fakta-fakta di atas peneliti menawarkan solusi terhadap masalah perilaku toleransi dan prestasi belajar yang ada di SDN Kalongan Yogyakarta dengan menerapkan modul Living Values . Diharapkan setelah modul ini diterapkan pada siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta metode ini dapat membantu memperbaiki perilaku toleransi dan prestasi belajar siswa. Pada modul Living Values ini peneliti membantu mengajarkan siswa dalam berperilaku yang baik terhadap teman maupun guru. Penerapan modul Living Values ini diharapkan 4 para siswa mampu memahami betapa besar pengaruh antara perilaku toleran siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan prestasi belajar yang dihasilkan berdasarkan keadaansituasi saat pembelajran berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan pada prestasi belajar dan perilaku toleransi. Penelitian yang dilakukan menggunakan modul Living Values sebagai metode dalam pengajarannya. Peneliti melakukan penelitian pada siswa SDN Kalongan Yogyakarta kelas IV yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 10 siswa putri dan 10 siswa putra pada semester genap tahun ajaran 20122013 khusus mata pelajaran PKn dalam kompetensi dasar “menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.”

1.2 Rumusan Masalah