Teori Kecerdasan Moral Borba Teori Berpikir Bloom

17 penelitiannya, Kohlberg kemudian mengemukakan enam tahapan moral yang digolongkan dalam tiga tingkat, yaitu: a pra-konvensional yaitu orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman serta relativistik hedonism, b konvensional yaitu tahap orientasi mengenai anak yang baik dan tahap di mana anak mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas, dan c pasca konvensional yaitu orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial dan prinsip universal, yaitu anak telah mampu mengembangkan kode etik untuk menentukan baik atau tidak baiknya suatu perbuatan. Berdasarkan penjabaran di atas tentang tahap perkembangan moral Kohlberg, siswa sekolah dasar berada pada tingkat pra konvensional tahap kedua, yaitu relativistik hedonism. Mereka mengerti bahwa perilaku yang mereka lakukan itu saling berkaitan satu sama lain, apabila mereka melakukan pelanggaran dalam sebuah aturan maka mereka akan mendapatkan hukumannya. Meskipun demikan perkembangan moral pada tahap ini juga masih bersifat egosentris, dimana anak masih banyak melanggar aturan walaupun sebenarnya mereka tahu bahwa itu salah .

2.1.2.3 Teori Kecerdasan Moral Borba

Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah artinya, anak yang memiliki etika keyakinan yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga orang bersikap benar dan terhormat. Kecerdasan moral ini mencakup karakter-karakter utama, seperti kemampuan untuk memahami penderitaan orang lain dan untuk bertindak jahat, mampu mengendalikan dorongan dan menunda pemuasan, mendengarkan dari berbagai pihak sebelum memberikan penilaian, menerima dan menghargai perbedaan, bisa memahami pilihan yang tidak etis, dapat berempati, memperjuangkan keadilan,dan menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat terhadap orang lain Borba, 2008: 4. Membangun kecerdasan moral penting dilakukan agar suara hati anak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga mereka dapat menangkis pengaruh buruk dari luar. Kecerdasan moral diperlukan untuk melawan tekanan buruk dan membekali anak untuk bertindak benar. 18 Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan moral pada anak dapat membuat anak bersikap hormat dan terhormat kepada siapa saja. Kecerdasan moral pada diri anak dapat berkembang dengan adanya dorongan dari faktor lain di luar diri anak.

2.1.2.4 Teori Berpikir Bloom

Pada ranah kognitif Bloom dikategorikan menjadi enam dimensi Anderson, 2010: 99-129. Keenam tingkatan tersebut adalah 1 mengingat, berarti menumbuhkan kemampuan untuk menyimpan memori tentang materi yang sudah pernah diajarkan. 2 Memahami, berarti menumbuhkan kemampuan mengkonstruksi makna-makna dari pembelajaran. 3 Mengaplikasikan, berarti menumbuhkan kemampuan untuk melibatkan penggunaan langkah-langkah tertentu dalam mengerjakan soal-soal latihan atau menyelesaikan masalah. 4 Menganalisis, berarti menumbuhkan kemampuan untuk melibatkan proses memecah-mecah sebuah materi menjadi bagian-bagian yang kecil kemudian menentukan hubungan antara setiap bagian dan keseluruhan strukturnya. 5 Mengevaluasi, berarti menumbuhkan kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. 6 Mencipta, berarti menumbuhkan kemampuan untuk melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi keseluruhan yang koheren dan fungsional. Pada dimensi mencipta ini siswa dituntut untuk berpikir secara kreatif. Ranah afektif terdiri atas lima tingkat perilaku yaitu 1 penerimaan: mencakup kepekaan akan adanya suatu rangsangan dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, serta rangsangan tersebut, 2 partisipasi: kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, 3 penilaian atau penentuan sikap: meliputi kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut, 4 organisasi: meliputi kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman hidup, 5 pembentukan pola hidup, meliputi kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan yang diolah secara sadar sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dalam mengatur kehidupan sendiri Winkel, 2004: 276-277. 19 Tingkatan pada ranah psikomotorik siswa terdiri atas tujuh bagian, yaitu 1 persepsi, merupakan reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan pembedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada, 2 kesiapan yang mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan, 3 gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan, 4 gerakan terbiasa, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak dengan lancar tanpa memperlihatkan lagi contoh yang diberikan, 5 gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melaksanakan ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat serta efisien, 6 penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik sesuai dengan situasi dan kondisi, 7 kreativitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru berdasarkan inisiatif sendiri Winkel, 2004: 278-279. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam ketiga aspek belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik memiliki tingkatan sendiri-sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori berpikir Bloom untuk menentukan indikator ketercapaian dalam pembelajaran. Indikator yang dibuat oleh peneliti selalu berpedoman pada tingkatan Bloom dari yang terendah naik ke tingkat yang ada di atasnya. 20

2.1.2.5 Teori Belajar Albert Bandura