Memberikan Pelayanan yang Sama terhadap Anak Berkebutuhan

57 bahasa yang sopan dan mengacungkan jari terlebih dahulu. Selain itu saat bermain bersama pasangannya siswa-siswa dapat bekerja sama dengan baik. Dalam pembelajaran ini Fir tidak tampak lagi suka mengatur temannya dengan berteriak- teriak. Dia sudah bisa menghormati temannya dengan tidak memaksakan kehendaknya, namun dia masih terlihat usil dengan mengganggu temannya yang sedang serius belajar. Peneliti melihat bahwa Fir sudah berusaha untuk menahan dirinya agar tidak keras kepala. Pada pembelajaran ini terlihat ada sepasang siswa berinisial Ris dan Feb tidak mau dipasangkan dalam kelompok karena menjadi bahan ejekan teman-temannya, mungkin karena siswa merasa malu sehingga mereka menjadi canggung dan tidak semangat. Dengan demikian tampak bahwa siswa belum belajar untuk memberikan pelayanan kepada semua teman dengan baik dan tanpa membeda-bedakan.

4.4.2 Memberikan Pelayanan yang Sama terhadap Anak Berkebutuhan

Khusus Peneliti melihat ada siswa kelas IV berinisial Fad yang merupakan Anak Berkebutuhan Khusus ABK. Hasil pengamatan dan juga analisis dari catatan anekdot serta video pada keadaan awal siswa tidak terlihat adanya pelayanan khusus terhadap ABK, mereka masih terlihat tak mengacuhkan Fad. Terkadang teman-temannya malah mengejeknya karena dia telat dalam berpikir dan mengerjakan tugas dari guru, bahkan siswa berinisial Nug pernah mengejeknya dengan mengatakan “ini murid idiot kok Bu…”. Dari analisis peneliti siswa-siswa terlihat kurang peduli dan suka mengejek siswa ABK tersebut. Pada siklus 1 menurut intepretasi peneliti berdasarkan catatan anekdot dan pengamatan dari video, siswa belum mengalami perubahan untuk memberikan pelayanan yang sama terhadap Fad. Mereka tampak acuh dan terkadang meremehkan Fad seperti Nug yang mengejek Fad dengan berkata “Fad ora isoh ”, namun siswa-siswa tidak menjauhinya terkadang malah diajak ngobrol dan gojeg saat pelajaran. Teman-teman Fad masih suka mengejek Fad dan bahkan menjadikan Fad sebagai bahan bercandaan agar semua siswa tertawa.Melihat hal tersebut peneliti menganalisis bahwa siswa-siswa belum bisa memberikan pelayanan yang sama dengan Fad sebagai siswa ABK. 58 Fad saat pembelajaran dalam kelompok di siklus 2 mendapat kesempatan dari teman-temannya untuk membacakan puisi di depan kelas. Dia ditunjuk- tunjuk oleh teman-temannya untuk mewakili kelompoknya membacakan puisi di depan kelas. Ketika Fad membaca di depan kelas semua teman-temannya memperhatikan dan terkadang tertawa karena Fad salah dan kesusahan dalam membaca, namun Fad tidak merasa malu dan terus membacakan hasil kerja kelompoknya. Melihat perjuangan dan kegigihan Fad peneliti merasa terharu sekaligus bangga sebab walaupun dia merupakan ABK tetapi dia ingin memperlihatkan bahwa dia bisa seperti teman-teman yang lainnya Di akhir pembacaan puisi tersebut semua teman-temannya memberikan tepuk tangan dan menyoraki dengan gembira karena Fad mau membacakan hasil karya kelompoknya dengan baik di depan kelas. Ini merupakan sebuah penghargaan dari teman-temannya kepada siswa tersebut atas perjuangan dan kegigihannya dalam membacakan puisi di depan kelas. Perlakuan yang seperti itu terlihat bahwa sebagian besar siswa sudah bisa memberikan pelayanan yang sama terhadap ABK. Peneliti menganalisis bahwa sikap toleransi siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta sudah semakin jelas perubahannya, terlihat dengan cara para siswa memberikan pelayanan yang sama terhadap ABK.

4.4.3 Bekerja dalam Kelompok