48
kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging, yang mempunyai pikiran dan perasaan. Tokoh yang ditampilkan tidak dilebih-lebihkan.
a. Tokoh utama
Dalam novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari, Kabul menjadi tokoh yang paling banyak diceritakan. Peran Kabul dalam prnceritaan dinilai penting
sebagai pembentuk keseluruhan isi cerita. Kabul adalah seorang insinyur dari jurusan teknik yang menjabat sebagai
pelaksanan pembangunan jembatan di sungai Cibawor. Pengenalan tokoh Kabul dapat dilihat dalam kutipan 36 dan 37 berikut.
36
“Ah, saya malu. Saya kan hanya tukang mancing dan Mas Kabul isinyur, pelaksana pembangunan jembatan. Kok mas Kabul mau ngumpul dengan saya
di tempat yang kurang pantas ini?” hlm. 8
37
“Ya, cuma lain jurusan. Saya di teknik, dia di sospol. Dia teman diskusi yang baik.” hlm. 9
Kabul merupakan pendatang di daerah sungai Cibawor ini. Dia berasal dari keluarga miskin di Gombong. Sewaktu kuliah, dia adalah seorang aktivis. Namun
karena harus membiayai hidupnya dan keluarganya, dia harus berhenti menjadi aktivis dan mulai mencari uang. Masa lalu Kabul dapat terlihat melalui kutipan 38
dan 39 berikut. 38
“Mungkin ya. Tapi tak bisa lanjut karena saya harus cari uang untuk menghidupi ibu yang sudah sendiri, dan adik-adik. Kami sama seperti
kebanyakan orang kampung ini, miskin.” hlm. 22
39
“Dik Kabul,” sambung Dalkijo. “Saya tahu Dik Kabul mantan aktivis. Biasa kan, yang namanya aktivis punya idealisme yang kolot…” hlm. 28
49
Dalam novel ini, tokoh utama diceritakan sebagai seorang yang masih bujangan. Di usia 30 tahun, biasanya seorang lelaki sudah menikah, namun Kabul
belum. Kabul bukannya tidak pernah pacaran atau mengenal wanita. Dulu dia pernah pacaran. Karena kesibukannya sebagai aktivis, pacarnya meninggalkan dia. Bukan
merupakan prinsipnya mengapa sampai sekarang dia belum menikah. Dia juga merasa tidak nyaman dengan statusnya ini. Keadaanlah yang membuatnya harus
menunda pernikahan. Hal yang menunjukkan masalah pribadi Kabul tersebut dapat dilihat melalui kutipan berikut.
40
“Yah, dulu ketika masih kuliah saya pernah juga pacaran. Waktu itu mungkin semua orang yakin kami akan segera menikah. Namun, ternyata tidak. Pacar
saya mundur. Mungkin karena saya terlalu banyak kehilangan waktu, untuk demonstrasi menentang kerunyaman kampus atau diskusi-diskusi dengan anak-
anak yang pinter. Ah, saya sendiri merasa saya memang pantas ditinggalkan pacar.” hlm. 22
41
“Juga, sebenarnya merepotkan,” tanggap Kabul. “Tapi entahlah. Atau bagi saya, masalahnya mungkin hanya soal waktu. Kalau memang belum waktunya
dapat jodoh, ya mau apa?” hlm. 23
42
Kabul sendiri diam-diam mengiyakan kata-kata Mak Sumeh. Memang hidup membujang sampai usia tiga puluh kadang terasa gersang. hlm. 52
43
Sesungguhnya Kabul merasa sama dengan lelaki yang lain. Ingin segera kawin setelah bisa cari uang. Namun, penghasilan Kabul habis untuk
menghidupi ibu, dan terutama kedua adiknya yang masih kuliah. hlm. 52
Di dalam novel, Kabul juga digambarkan sebagai sosok yang tidak mudah terpengaruh dengan dunia sekitarnya. Permasalahan tentang politik dan percintaan
kerap juga dialaminya. Idealisme yang begitu kuat juga nampak dalam menghadapi permasalahan-permasalahan
tersebut. Melalui
kutipan di
bawah ini
akan menunjukkan idealisme yang dimiliki Kabul.
50
44
Proyek itupun bagi Kabul harus dilihat dari perspektif idealismenya, maka harus dibangun demi sebesar-besarnya kemaslahatan umum. Artinya, kualitas
harus sempurna dengan memanfaatkan setiap sen anggaran sesuai dengan ketentuan yang semestinya. hlm. 53
45
Ya, kecurangan memang sudah menjadi barang biasa. Maka Dalkijo juga sudah pernah bilang kepada Kabul, si jujur adalah orang yang menentang arus
dan konyol. Bloon. Mungkin. Namun bagi Kabul, kejujuran sebenarnya bukan suatu hal yang istimewa. Dialah yang seharusnya dianggap biasa. hlm. 54
46
“Untuk gadis yang sudah punya pacar, salah,” jawab Kabul tanpa mengangkat kepala. “Ah, Mak Sumeh, kenapa kamu terus nyinyir? Soal jodoh kan, nanti
akan ketemu bila sudah tiba waktunya.” hlm. 47
Keteguhan hati Kabul tidak serta merta datang dari dirinya sendiri, melainkan melalui spiritual. Sebagai seorang muslim, Kabul rajin beribadah. Perilaku Kabul
yang agamis tersebut ditunjukkan melalui kutipan berikut. 47
Di kalangan jemaah masjid kampung, Kabul sudah menjadi sosok yang sangat dikenal karena sudah puluhan kali salat jumat di sana. hlm. 36
Pada kutipan 36 dan 37 Kabul digambarkan sebagai insinyur lulusan dari fakultas teknik. Kabul adalah sosok yang berpendirian kuat. Melalui kutipan 44 dan
45, Kabul digambarkan sebagai pelaksana proyek yang dihadapkan pada situasi yang sama sekali tidak sejalan dengan ideologinya. Penyimpangan-penyimpangan
banyak sekali dilakukan oleh pekerja proyek, namun Kabul tetap memegang prinsipnya hingga tidak terjerumus dalam tindakan yang salah. Permasalahan pribadi
juga datang bersamaan. Namun, dengan ideologi yang dia miliki serta mendengarkan masukan dari sahabat-sahabat dan keluarganya, Kabul mampu menyelesaikan dengan
bijak.
51
b. Tokoh tambahan