70
113
Maka malam ini Kabul mempersilakan Tante Ana mbarang sepuasnya. hlm. 58
114
Hampir jam sepuluh malam Tante Ana berhenti mbarang
. Keringatnya seperti orang habis kehujanan. Padahal udara malam
kemarau terasa dingin dan kering. hlm. 61
115
Apa iya? Ini hari Minggu. Wati biasanya libur, karena itu memang haknya. Tapi benar, di atas motor itu ada Wati berpakaian tidak
resmi, berssandal. hlm. 73-74
Dari beberapa analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pembangunan proyek jembatan dilaksanakan pada tahun 1991. Lama pengerjaan memakan waktu yang
lama karena hasil yang dicapai melebihi target yang dijadwalkan.
c. Latar Sosial
Latar sosial dalam sebuah novel dapat terwujud dalam tokoh yang dikemukakan, sistem kemasyarakatan, adat istiadat, pandangan masyarakat, kesenian,
dan lain-lain. Latar sosial kehidupan para tokoh dalam novel Orang-orang Proyek adalah kehidupan masyarakat biasa atau sebuah masyarakat yang bekerja bukan di
kantor atau instansi pemerintah. Bahkan, mereka hanya bekerja ketika ada peluang. Saat itu, peluang yang ada adalah pembangunan jembatan Sungai Cibawor. Kutipan
berikut akan memperlihatkan hal tersebut. 116Penduduk setempat menganggap proyek itu dambaan lama
yang mulai terwujud hlm. 16 117Mungkin mereka merasa beruntung, karena sementara ada
proyek mereka punya penghasilan. Bila proyek selesai mereka bubar, pergi ke sana kemari untuk mendapat pekerjaan baru.
Kehidupan masyarakat di sekitar proyek pembangunan jembatan Sungai Cibawor termasuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Sebelum terlaksana
71
pembangunan jembatan ini, kehidupan masyarakat sangat tertinggal dan mereka terputus hubungan dengan dunia luar. Bahkan, banyak dari mereka yang tidak bisa
melanjutkan sekolah. Melalui kutipan berikut akan menggambarkan hal tersebut. 118Dan setelah terisolasi hampir empat puluh tahun, beberapa
desa di seberang bekas jembatan itu menjadi wilayah
tertinggal hampir di segala bidang hlm. 13 119Mereka, anak-anak proyek itu, adalah generasi yang malang.
Kebanyakan mereka meninggalkan bangku sekolah sebelum waktunya untuk masuk ke pasar tenaga kerja demi perut hlm.
59
Kehidupan yang rendah ini semakin ditekan karena sedikitnya gaji yang mereka terima. Kaum tinggi, yaitu pelaksana proyek justru mengurangi gaji mereka
untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Kehidupan kaum elite dalam novel tampak penuh dengan kecurangan, terutama korupsi. Permasalahan tersebut akan
tampak melalui kutipan di bawah ini. 120Mandor yang mencatat penerimaan material pun pandai
bermain. Dia bisa bermain dengan menambah angka jumlah pasir atau batu kali yang masuk. Truk yang masuk sepuluh kali
bisa dicatat menjadi lima belas kali, dan untuk kecurangan itu, dia menerima suap dari para sopir.
121Dan di proyek ini mereka digaji terlalu kecil karena pos anggaran untuk gaji mereka tertekan oleh besarnya faktor X.
Faktor X ini adalah pungutan liar, halus maupun kasar, langsung maupun tak langsung, yang dilakukan oleh oknum-
oknum resmi sipil dan tentara, orang partai, preman-preman, serta tokoh-tokoh lokal yang menganggap proyek itu memang
“proyek” hlm. 59-60.
72
Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa status sosial masyarakat yang berada di sekitar lokasi proyek berserta pekerja berstatus rendah. Mereka
tidak tahu tentang permainan yang dilakukan oleh petinggi mereka.
4.3 Analisis Psikologi dalam Novel