77
133
“Ya, kamu benar. Kekhawatiran itu ada. Namun lebih berat bila aku harus menyerahkan kepada masyarakat jembatan yang tidak bermutu. Aku akan
merasa sia-sia jadi insinyur bila jembatan yang kubuat hanya bisa dipakai satu-dua tahun, kemudian harus diperbaiki.” hlm. 151
134
“Tapi, Wat, aku sungguh berharap hal itu tidak akan terjadi. Aku masih punya keinginan kuat menyelesaikan proyek ini dengan mutu yang bisa
dipertanggungjawabkan. Karena di sanalah reputasiku dpertaruhkan.” hlm. 158
4.3.3 Tidak terpenuhinya kebutuhan akan aktualisasi diri
Aktualisasi diri sangat penting bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai media untuk mengeksplorasikan segala kemampuan yang dimilikinya. Jika seseorang tidak
dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik, orang tersebut akan merasa terasing dari lingkungannya dan mengalami konflik yang dapat berupa kecemasan,
kebimbangan, ketakutan, dan lain sebagainya. Dalam proses pembangunan jembatan, Kabul sering kali menghadapi
masalah-masalah, terutama dari luar dirinya. Masalah-masalah tersebut yang menyebabkan Kabul kurang mampu mengoptimalkan kemampuan yang dia miliki,
salah satunya kalah jabatan dengan atasanya atau pemerintah. Hal itu menyebabkan kebutuhan akan aktualisasi diri pada Kabul tidak terpebuhi. Melalui kutipan berikut
akan terlihat bagaimana perasaan Kabul yang kecewa terhadap keputusan di luar dirinya sehingga mengakibatkan target pembangunan jembatan menjadi tidak tepat.
135
Namun karena dimulai ketika hujan masih turun, volume pekerjaan yang dicapai berada di bawah target. Menghadapi kenyataan ini, Kabul sering
uring-uringan. Jengkel karena hambatan ini sebenarnya bisa dihindari bila pemerintah sebagai pemilik proyek dan para politikus tidak terlalu banyak
campur tangan dalam tingkat pelaksanaan. hlm. 25
78
136
Namun Kabul merasa tak bisa berbuat apa-apa. Karena permainan itu terasa sudah menjadi kewajaran dan menggejala dimana-mana, sampai masyarakat
sekitar proyek pun ikut melakukannya. Bahkan pelaksana seperti Dalkijo sudah terbiasa menerima semua bentuk permainan itu tanpa keluhan apa-apa,
atau malah memanfaatkannya. hlm. 28
137
“Begini. Ibarat kita sebuah rumah kayu, rayap sudah makan dari tiang sampai bubungan. Semua kayu telah keropos. Kalau hal itu dibiarkan, hanya
satu hal yang kita temui di depan; rumah kayu itu akan ambruk. Sayangnya saya yang awam ini tak bisa berbuat apa-apa. Atau, sebenarnya saya berbuat
sesuatu yang kecil saja. Yakni andaikan proyek-proyek yang saya tangani dikerjakan tanpa penyelewengandan kecurangan apapun. Tapi ternyata saya
tak bisa. Proyek ini dibangun dengan rayap-rayap yang doyan batu, semen, besi, apalagi duit. Jelas, yang berdiri nanti adalah jembatan-jembatan, tapi
biaya yang dikeluarkan dan harus jadi beban rakyat bisa untuk membangun dua jembatan yang memenuhi standar mutu.” hlm 71
138
Karena, anggaran sudah jadi bancakan, sehingga semua sektornya harus ditekan. Biro pengawas yang menjamin mutu proyekpun tidak kebal duit.
Dan orang-orang DPRD? Ah, mereka tak mau pusing apakah pasir atau besi beton memenuhi persyaratan teknik atau tidak. Bagi mereka yang penting
bendaharawan proyek ‘tahu’ bila mereka datang. hlm. 108
Dalam memaksimalkan kemampuan yang dimiliki Kabul sebagai insinyur memang sulit. Ilmu yang didapat melalui pendidikan formal yang bertujuan
mengajarkan sesuatu yang benar kalah dengan kondisi di lapangan. Hal itu membuat Kabul sulit mengaktualkan dirinya dengan maksimal. Kutipan di bawah ini akan
menunjukkan hal tersebut. 139
“Begini. Semua insinyur sipil, tak terkecuali saya, tahu bagaimana jembatan, harus dibangun. Nah, ke-cablaka-an saya menuntut agar saya tidak
menghianati pengetahuan
itu, pengetahuan
teknik sipil.
Tapi, dati
pengalaman melaksanakan pembangunan ketiga proyek itu saya mengalami sendiri bahwa ilmu teknik sipil banyak dikebiri.” hlm. 68
140
Sekali lagi Kabul mengangkat alis. :Oh, adikku, kamu belum tahu betapa sulitnya menaati ketentuan ilmu teknik di proyek ini. hlm 108
Usaha untuk memaksimalkan kemampuan yang ada tetap dilakukan oleh Kabul. Misalnya pada saat Kabul dan Dalkijo berdebat soal libur para pekerja di
79
proyek. Usaha Kabul untuk memaksimalkan kemampuan yang dia miliki dapat terlihat melalui kutipan berikut.
141
“Memang. Dan untuk meliburkan pekerja, aku harus berdebat dulu dengan Pak Dalkijo. Aku tak mau jadi ujung tangan kapitalis baru yang menindas
bangsa sendiri. Libur hari minggu adalah hak mereka. Apalagi sudah dua bulan mereka bekerja tanpa libur.” hlm. 102
Sikap yang diambil Kabul pun cukup tegas. Beban yang harus ditanggungnya lumayan berat karena dia harus menjaga mutu jembatan sesuai dengan baku mutu,
sementara anggaran yang digunakan kurang. Hal ini terlihat pada saat Kabul mengungkapkan pemikirannya ini kepada Kades Basar serta sikapnya dan kutipannya
dapat dilihat di bawah ini. 142
“Saya juga mohon pak Kades sebagai pelindung panitia memahami tanggung jawab saya. Dengan anggaran yang sudah compang-samping saya harus
menjaga mutu bangunan jembatan. Ini persoalan berat dan sudah mencapai ambang batas. Atau malah sudah melewatinya. Artinya, pembebanan lebih
lanjut bisa menyebabkan baku mutu jembatan tidak bisa tercapai. Dan bila hal ini benar-benar terjadi, kita semua tahu akibatnya. hlm. 141
143
Kalau terjadi demikian, toleransiku habis. Demi perasaanku sendiri, aku kan berhenti. Ya, aku akan meninggalkan proyek ini. hlm. 158
Bagi Kabul, mutu bangunan harus sesuai dengan standar baku mutu. Usaha yang dilakukannya untuk memperoleh hal itu terus dilakukan. Terlihat pada saat
protes kepada Dalkijo mengenai penggunaan besi bekas. Kabul tahu apabila besi bekas itu tetap dipakai maka mutu jembatan tidak akan memanuhi standard an cepat
rusak. Sikap Kabul tersebut dapat dilihat melalui kutipan berikut. 144
Bagi Kabul, ini sudah keterlaluan. Kabul protes. Maka meskipun sudah diturunkan dari kendaraan pengangkutnya, besi-besi bekas itu dibiarkan
menumpuk di halaman kantor proyek. Melalui radio komunikasi Kabul
80
menyatakan tidak akan mau menggunakan besi bekas itu. Tapi Dalkijo bersekiras. hlm. 180
145
Dibuang atau dijual kepada pedagang besi rongsok. Itulah jawaban Kabul yang tak bisa ditawar lagi. Atau, Kabul akan sebera menulis surat pernyataan
pengunduran diri. hlm. 183
4.4 Konflik Batin Tokoh Utama