38
b. Tahap tengah
Tahap tengah dapat disebut juga sebagai tahap pertikaian. Tahap ini menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap
sebelumnya menjadi semakin meningkat dan menegangkan. Pada novel Orang-orang Proyek
, tahap tengah dimulai sejak Kabul merasa bahwa diri dan idealismenya tidak sanggup lagi mengurangi korupsi dalam proyek. Semakin lama proyek itu berjalan,
semakin tampak pula kekotorannya. Kabul mulai didesak oleh atasannya yang anggota GLM, yaitu Dalkijo. Dalkijo mendesak untuk memanipulasi anggaran agar
mereka mendapat untung yang sebesar-besarnya tanpa memikirkan kualitas jembatan. Konflik yang mulai meningkat tersebut dapat dilihat dalam kutipan 10 dan 11
berikut.
10 Dan campur tangan itu ternyata tidak terbatas pada penentuan awal pekerjaan yang menyalahi rekomendasi para perancang, tapi masuk juga ke hal-hal lain.
Proyek ini, yang dibiayai dengan dana pinjaman luar negeri dan akan menjadi beban masyarakat, mereka anggap sebagai milik pribadi. …. Malah pernah
terjadi pelaksana proyek diminta mengeraskan jalan yang menuju rumah ketua partai golongan karena tokoh itu akan punya hajat. …. Belum lagi dengan
oknum sipil maupun militer, juga oknum-oknum DPRD yang suka minta uang saku kepada bendahara proyek kalau mereka mau pelesir ke luar daerah. hlm.
25-26
11 Dan tak salah lagi. Sebagai ketua renovasi masjid, Baldun mengajukan
surat permohonan bantuan kepada pelaksana proyek. Bantuan yang diharapkan berupa uang serta material bangunan, terutama besi beton dan semen. …
Lampirannya lengkap. …. Basar jadi salah satu pelindung. …. Rekomendasi- rekomendasi. Sudah ada di posisi dan pembuatnya manejer proyek, Ir. Dalkijo.
Kepala Kabul mulai pening. hlm 137-138
Selain anggaran
dana yang
dipermainkan, mutu
jembatan juga
dinomorduakan. Bagaimana tidak, penggunaan bahan bangunan serta perhitungan rancang bangunan yang tidak tepat sudah menjadi hal yang wajar. Hal itu tidak sesuai
39
dengan prinsip yang dipegang Kabul. Melalui kutipan berikut akan menunjukkan hal tersebut.
12 Dalam musim hujan, mutu pasir sungai juga turun Karena kandungan
tanahnya bertambah. Kabul akan mengalami kesulitan mencari pasir sungai yangmemnuhi baku mutu untuk pengecoran. Repotnya, katanya karena
keterbatasan dana, Manajer Proyek sudah memutuskan menggunakan pasir sungai untuk pembuatan lantai jembatan. Masih pusing dengan masalah pasir,
kemarin pikiran Kabul dibuat puyeng lagi. Permintaan atas kekurangan besi rancang yang diajukan kepada Dalkijo dijawab dengan kedatangan truk
tronton; isinya besi rancang bekas bongkaran jembatan di pantura. hlm. 180
Kepentingan golongan atau penguasa begitu tampak dalam novel ini. GLM sebagai partai yang memegang kendali atas pembangunan jembatan dengan leluasa
mengatur proyek tanpa mempertimbangkan mutu bangunan. Melalui Dalkijo, GLM mengambil alih waktu serta proses pembuatan jembatan. Kutipan di bawah ini akan
menunjukkan bagaimana partai politik sangat memegang kendali dalam proyek pembangunan jembatan.
13 “Lusa pengecoran tiang terakhir selesai. Jadi pemasangan balok paling
cepat tujuh belas hari ke depan.” “Apa? Kok lama betul? Nanti bisa terlambat. Apa jadinya bila di hari
peresmian jembatan belum sempurna? Ingat, peresmian akan dilakukan Wapres dan disaksikan juga oleh Ketua Umum GLM. Jangan main-main.”
hlm. 156
Kepentingan golongan yang diwakili Dalkijo membuat ideologi Kabul diuji untuk kesekian kalinya. Namun, hati nurani Kabul tidak bisa dikalahkan oleh
kepentingan sekelompok orang saja. Perdebatan Dalkijo dengan Kabul memanas. Perdebatan antara Kabul dan Dalkijo dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
14
“Aduh, Dik Kabul ini bagaimana? Sudahlah, ikuti perintahku. Gunakan besi itu. Toh itu hanya untuk menutup kekurangan. Aku tahu penggunaan besi bekas
memang tidak baik. Tapi bagaimana lagi, dana sudah habis. Makanya, kita pun tak mampu membeli pasir giling. Dana benar-benar sudah habis.”
40
“Pak, kali ini saya tidak bisa berkompromi,” jawab Kabul penuh percaya diri. “Tak bisa kompromi bagaimana? ....
“Saya bertanggu ng jawab atas kualitas struktur jembatan. hlm. 180-181
Silang pendapat antara Dalkijo dan Kabul semakin memanas. Melihat kesewenang-wenangan Dalkijo, akhirnya Kabul berpikiran untuk mengundurkan diri
dari proyek pembangunan jembatan. Sikap Kabul tersebut ditunjukkan melalui kutipan di bawah ini.
15
“Ya, saya tahu. Meskipun begitu saya tidak mau menggunakan besi bekas itu. Bila dipaksakan, lebih baik saya mengundurkan diri.”
“Apa? Mengundurkan diri? Tunggu, Dik Kabul. Jangan bilang begitu. hlm. 182
GLM, Dalkijo terus menyebut sekaligus membawa nama itu. Dalkijo menganggap proyek yang sedang dikerjakannya bersama Kabul adalah milik GLM,
bukan milik rakyat dan hal itu terlihat melalui kutipan dibawah ini. 16
“Ya. Keputusan itu kuambil tadi malam setelah aku berbicara dengan pihak pemilik proyek, tokoh-tokoh partai, dan khususnya jajaran GLM. Mereka
telah setuju kebijakan yang kuambil. hlm. 198
Kabul tidak tahan lagi melihat tingkah Dalkijo yang semakin menjadi. Akhirnya dengan keputusan yang sudah bulat Kabul mengundurkan diri dari proyek
pembangunan jembatan. Keputusan itu terlihat pada kutipan 17, 18, dan 19 berikut.
17
“Maaf, Pak Dalkijo. Kalau keputusan Anda sudah final, saya pun tak mungkin berubah. Saya tetap mengundurkan diri.” hlm. 198
18
“Maaf, Pak. Keputusan saya tak bisa ditarik lagi. Saya keluar” hlm. 200
19
“Mumpung Mas Kabul belum pergi, Mak. Dia sudah berhenti bekerja di proyek ini. 202
41
Keputusan yang diambil Kabul tidak bisa diterima oleh Dalkijo. Atasan Kabul itu pun sangat marah dengan memaki Kabul, bahkan hingga mengancam Kabul
dengan mengatasnamakan pemerintah yang sedang berkuasa. Ancaman Dalkijo kepada Kabul terlihat melalui kutipan berikut ini.
20
“Dik, Kabul, sampeyan memang insinyur. Tapi terlalu lugu. Dengar, Dik. Untuk memeriksa atau bahkan menahan Dik Kabul, mereka akan
menemukan banyak alasan. Misalnya, menghambat pelaksanaan proyek pembangunan, tidak loyal kepada pemerintah, menentang Orde Baru, sampai
kepada indikasi bahaya laten komunis. Dan sekali lagi Dik Kabul berurusan dengan aparat keamanan, nama Dik Kabul akan masuk daftar hitam. hlm.
199-200
Selain permasalahan dalam dunia kerja, masalah pribadi yang dihadapi Kabul cukup mengganggu pikirannya. Wati, perhatian yang selalu diberikan kepada Kabul
membuat pelaksana proyek pembangunan jembatan itu merasa bingung. Dalam penceritaan, Wati sudah mempunyai pacar namun selalu memberikan perhatian lebih
kepada dirinya. Hal itulah yang sering kali membuatnya bingung. Perhatian lebih Wati kepada Kabul serta sikap Kabul yang ambigu dapat dilihat melalui kutipan 21
berikut. 21
Dan agaknya Wati sudah pulang. Tapi kok nganyar-anyari Jumat-jumat sebelumnya Wati tidak pernah peduli apakah Kabul pergi salat atau tidak. ….
Keluar dari kamar mandi Kabul kembali memandang perangkat yang belum disentuh di atas meja itu. Mau pakai atau tidak. Kabul ragu. Karena memakai
atau tidak memakai sama-sama ada bayaran moralnya. Kalau memakai berarti Kabul menerima sikap ngayar-anyari yang ditunjukkan Wati. hlm 36-37
Semakin lama, perhatian Wati kepada Kabul semakin tampak. Perasaan Kabul pun juga sedikit berubah walau tanpa dia sadari. Perasaannya luluh ketika melihat
Wati merengut. Kabul belum menyadari perasaan itu. Yang jelas, ketika melihat Wati
42
merengut, hati Kabul merasa berbeda dan dia tidak bisa menolak permintaan Wati. Kutipan berikut akan memperlihatkan sikap Kabul terhadap Wati.
22
“Nggak boleh apa?” Sedikit merengut. Ah, entahlah. Kabul ingat detik yang aneh itu. Yakni detik ketika Kabul menyadari Wati yang sudah berbulan-bulan
bersamanya dalam satu ruangan memang cantik. Detik itu datang ketika Wati sedang merengut. hlm. 74
23
Wati diam. Lalu merengut. Dan selalu, hati Kabul tersedot oleh nuansa merengut yang menyaput wajah Wati. hlm. 76
24
“Tapi aku ingin naik motor.” Kabul masih menikmati nuansa merengut itu. Luluh. hlm. 76
Kabul bingung sikap mana yang harus dipilihnya. Menerima atau tidak? Berbagai peristiwa telah dilalui bersama Wati. Kabul mulai sedikit menyadari
perasaannya. Namun kenyataannya, Wati sudah mempunyai pacar. Akhirnya Kabul memilih untuk menjaga jarak dari Wati. Kabul melakukan hal itu karena dia sudah
tahu bahwa Wati telah memiliki pacar. Sikap Kabul tersebut bisa dilihat dalam kutipan berikut ini.
25
“Mas malu nonton bersama aku? Iya kan?” tanya Wati. Matanya naik. Kabul nyengir janggal.
“Tidak, sungguh tidak.” “Lalu?”
“Kamu pasti tahu alasan saya; bagaimana nanti perasaan pacar kamu. hlm. 99
Kabul memang seorang yang berprinsip kuat. Baginya, mendekati seorang wanita yang mempunyai pacar adalah salah. Oleh karena itu, Kabul lebih memilih
untuk tidak terlalu dekat dengan Wati. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap tengah ini menimbulkan konflik
batin dalam diri Kabul sebagai tokoh utama. Kutipan 10, 11, dan 13
43
memaparkan ketidakjujuran yang terjadi dalam proyek. Hal itu sangat bertentangan dengan prinsip Kabul yang ditunjukkan dalam kutipan 12. Ketidakjujuran juga
dilakukan oleh Ir. Dalkijo, atasan Kabul. Atasan yang seharusnya berlaku adil, justru menganggap biasa ketidakjujuran. Perdebatan antara Kabul dan Ir. Dalkijo dalam
kutipan 14 juga menimbulkan konflik batin tersendiri bagi Kabul. Pada kutipan 15, konflik batin dalam diri Kabul mulai memuncak. Pada kutipan 17, 18, dan
10, tampak bahwa ia memilih untuk mengundurkan diri. Namun, Ir. Dalkijo tetap mencoba mempertahankannya dengan ancaman-ancaman yang terdapat pada kutipan
16 dan 20. Satu masalah belum selesai, muncul secara bersamaan masalah lain yang menimbulkan konflik batin dalam diri Kabul. Pada kutipan 21 sampai 25,
terlihat bahwa Wati, sekretaris proyek mencoba mendekati Kabul. Konflik batin pada diri Kabul muncul karena Wati sudah mempunyai pacar dan Kabul terlanjur
mencintai Wati.
c. Tahap akhir