74
itu dibenarkan oleh AB dalam wawancara 270115 yang menyatakan, “ada
beberapa anak ikut lomba Tilawah dan Qori tingkat kota .”
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam rangka menjalankan kegiatan keagamaan KBQT selain menyelenggarakan sendiri, juga ikut aktif
berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungan sekitarnya. Bahkan peserta didik yang berminat mengikuti lomba keagamaan, mereka juga dibebaskan untuk
mengikutinya.
b. Pembinaan Budi Pekerti Luhur atau Akhlak Mulia.
1 Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter menjadi sebuah kemutlakan. Hal ini ditujukan agar peserta didik menjadi pribadi-pribadi yang kokoh. Untuk itu, belajar dan
memahami konsep diri menjadi sebuah keharusan, agar peserta didik bisa menyeimbangkan dimensi kemanusiaan yang terdiri atas dimensi pikir, jiwa dan
raga. Hal ini sesuai dengan petikan wawancara dengan DW 030315 berikut. “Jelas belajar konsep diri itu tetap harus ada karena membangun karakter dan
mencari jati diri adalah sebuah keharusan, bagaimana kita menyeimbangkan dimensi kemanusiaan, ada dimensi pikir, jiwa dan raga. Dan bagaimana
semuanya itu gimana kita bisa maksimal secara akal dan pikir bagaimana kita punya pengetahuan yang luas tapi diimbangi dengan jiwa yang kuat, kokoh,
dan juga jasmani yang sehat menjadi dimensi manusia yang utuh dan ini dapat membentuk karakter yang utuh
.” Selain itu guru pendamping juga memahamkan kepada peserta didik sebuah
kebutuhan pentingnya ilmu, pentingnya sebuah makna hidup, dan pentingnya sebuah gerakan. Hal ini ditujukan agar peserta didik memiliki keinginan untuk
berbuat sesuatu. Seperti halnya yang diungkapkan DW 030315 Berikut ini. “Langkahnya yang jelas kami memahamkan kepada anak sebuah kebutuhan
akan pentingnya ilmu, akan pentingnya sebuah makna hidup, akan pentingnya
75
sebuah gerakan. Yang jelas tahapannya bagaiamana anak itu bisa mengenal dirinya sendiri, bagaimana orang bisa mengenal orang lain kalau dirinya saja
tidak kenal. Karena kita kan hidup nggak cuma sendiri, kita butuh orang lain. Na jadi kalau anak-anak itu bener-bener punya jati diri karakter dan lain-lain
dia akan lebih dewasa dalam menyikapi masalah. Jadi tahapannya ya itu mengenali dirinya, dibukakan akan sebuah kebutuhanya itu apa, dan
dikhawatirkan kalau anak itu nggak punya kebutuhan itu mau apa
.” Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam rangka upaya
pembentukan karakter, guru pendamping di
KBQT berusaha untuk
memaksimalkan dimensi kemanusiaan yang ada pada diri peserta didik. Dimensi tersebut terdiri atas dimensi pikir, jiwa dan raga. Di samping itu peserta didik di
KBQT juga ditanamkan arti penting dari sebuah kebutuhan akan dirinya sendiri. Sehingga mereka dapat secara mandiri memenuhi kebutuhan dan mengasah
potensi yang dimilikinya. 2
Tata Tertib dan Kultur Sekolah Ada beberapa nilai dan kultur yang ditanamkan pada diri setiap peserta
didik. Pertama musyawarah untuk mufakat. Hal ini penting ditanamkan pada setiap diri peseta didik, mengingat kebanyakan dalam setiap kegiatan yang
dilakukan, guru pendamping dan pengelola hanya sedikit terlibat. Semua hal yang akan dilakukan berdasar pada kesepakatan bersama peserta didik. Dengan
penanaman nilai yang demikian, peserta didik di KBQT sudah terbiasa untuk melakukan musyawarah dalam segala hal. Hasil musyawarah yang paling dapat
dilihat ialah adanya jadwal kegiatan dan sejumlah kesepakatan. Hal ini sesuai dengan petikan wawancara dengan AB 270115berikut ini.
“Kalau tata tertib yang ada itu seperti kalau ada masalah itu wajib harus dirembuk bersama. Sumbernya kesepakatan bukan dirumuskan secara sepihak
oleh guru atau sekolah. Dari yang paling penting mereka yang membutuhkan peraturan, mereka yang membuat peraturan
.”