Konsep Pendidikan Berbasis Komunitas.
30
g. Accept diversity menerima perbedaan. Mengindari pemisahan masyarakat
berdasarkan usia, pendapatan, kelas sosial, jenis kelamin, ras, etnis, agama, atau keadaan yang menghalangi pengembangan masyarakat secara
menyeluruh. Termasuk perwakilan warga masyarakat seluas mungkin dituntut dalam perencanaan, dan pelaksanaan program, serta pelayanan dan aktivitas-
aktivitas kemasyarakatan. h.
Instutionnal responsivness tanggung jawab kelembagaan. Pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang berbubah-berubah secara terus menerus
adalah sebuah kewajiban dari lembaga publik sejak mereka terbentuk untuk melayani masyarakat.
i. Lifelong learning pembelajaran yang seumur hidup. Kesempatan
pembelajaran formal dan informal harus tersedia bagi anggota masyarakat untuk semua umur dalam berbagai jenis latar belakang masyarakat.
Memperkuat prinsip di atas, Zubaedi 2006:139 juga berpendapat, untuk melaksanakan
paradigma pendidikan
berbasis masyarakat
setidaknya mempersyaratkan lima hal. Pertama, teknologi yang digunakan hendaknya sesuai
dengan kondisi dan situasi nyata yang ada di masyarakat. Kedua ada lembaga atau wadah yang statusnya jelas dimiliki atau dipinjam, dikelola, dikembangkan
oleh masyarakat. Ketiga, program belajar yang akan diadakan harus bernilai sosial atau harus bermakna bagi kehidupan peserta didik. Keempat program belajar
harus menjadi milik masyarakat bukan milik instansi pemerintah. Kelima aparat pendidikan luar sekolah tidak menangani sendiri programnya, namun bermitra
dengan organisasi kemasyarakatan.
31
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa prinsip pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya ialah pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan
pendidikan. Suryadi, 2009:25 mengemukakan, “Pemberdayaan masyarakat
dalam kaitanya dengan masyarakat pembelajar merupakan kosep yang terkandung dalam nilai sosial dan ekonomi
.” Terkait dengan nilai sosial, masyarakat dapat berperan aktif dalam penyediaan sarana dan suasana belajar yang menginspirasi.
Mengingat pendidikan yang diselenggarakan memang menuntut peserta didik untuk mengetahui dan memahami keadaan lingkunganya. Selanjutnya dengan
kondisi masyarakat yang mau terus belajar dan mengembangkan potensi dirinya, maka penguasaan pengetahuan dan keterampilan pun akan bertambah yang dapat
digunakan sebagai pijak menaikkan tangga ekonomi. Selanjutnya dengan berpijak pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas pendidikan berbasis masyarakat dapat dikelompokan menjadi: 1 pendidikan luar sekolah yang diberikan oleh organisasi akar rumput grassroot
organization, seperti pesantren dan LSM, 2 pendidikan yang diberikan oleh sekolah swasta atau yayasan, 3 pendidikan dan pelatihan yang diberikan oleh
pihak swasta, 4 pendidikan luar sekolah yang disediakan pemerintah, 5 pusat kegiatan belajar masyarakat PKBM, 6 pengambilan keputusan yang berbasis
masyarakat Zubaedi, 2006: 136. Melengkapi uraian di atas, Suryadi 2009:29-30 mengungkapkan, ada
beragam jenis satuan pendidikan non formal yang dikembangkan di masyarakat, meliputi.
32
a. Lembaga kursus dan pelatihan. Lembaga ini berfungsi meneyelenggarakan
pendidikan bagi warga masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan kecakapan hidup.
b. Kelompok belajar kejar, merupakan satuan pendidikan non formal yang
terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang saling membelajarkan pengalaman dan kemampuan dalam rangka meningkatkan mutu dan taraf
kehidupanya. c.
Pusat kegiatan belajar masyarakat PKBM, yaitu satuan pendidikan non formal yang menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar sesuai dengan
kebutuhan masyarakat atas dasar prakarsa dari, oleh dan untuk masyarakat. d.
Majelis taklim, merupakan satuan pendidikan non formal di kalangan umat islam yang pada umumnya menyelenggarkan berbagai kegiatan belajar dengan
ciri khas keislaman dan ditambah dengan kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan jamaahnya.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui berbagai macam pendidikan berbasis masyarakat yang berkembang di sekitar kita. Secara umum satuan
pendidikan berbasis masyarakat dapat diselenggarakan oleh organisasi akar rumput, pihak swasta yayasan, pemerintah dan bahkan forum keagamaan seperti
majelis taklim. Telah diungkapkan mengenai konsep pendidikan alternatif dan pendidikan
berbasis komunitas di atas yang membawa pada sebuah benang merah, bahwa pendidikan alternatif berbasis komunitas dapat diartikan sebagai sebuah program
pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi peserta
33
didik di sebuah komunitas masyarakat, yang dikembangkan berdasarkan minat, potensi, dan kebutuhan mereka agar dapat meningkatkan kualitas hidup bersama.
Selanjutnya, dalam pelaksanaanya ada jenis pendidikan berbasis masyarakat yang diselenggarakan dengan pendekatan alam.