Pembinaan Kreativitas dan Kewirausahaan

86 berbeda dengan yang dilaksanakan di sekolah pada umumnya. Seperti halnya diungkapkan oleh Lange dan Sletten 2002 dalam Diane E Powell 2003: 68-70 bahwa unsur program dalam pendidikan alternatif meliputi. a. A low teacherpupil ratio and program size. b. The avaibility of one-on-one interaction betwen staf and students. c. A climate that supports learning. d. Opportunities for relevantexperience that are consistent with the students future goals. e. The opportunity for students to develope and exercise self-control in decision making. f. A flexible structure that accomodates the students academic and social- emotional needs. g. A caring environtment that builds and fosters resilience. h. Training and support for teachers in working wint bothtypicalli functioning and special needs students. i. Research and evaluation of the impact of the program on student population. j. Intragency linkages on ensure that a full service continuum is avaible for students with special education needs. Kutipan di atas secara garis besar menyebutkan bahwa program-program yang dilaksanakan pada sekolah alternatif bersifat fleksibel dan lebih menekankan pada kebutuhan peserta didik. Di sisi lain juga menyiratkan makna bahwa guru pendamping yang bergabung dalam pendidikan alternatif harus mampu melaksakan program-program yang ada. Terlebih program-program yang ada menekankan pada kebutuhan individual peserta didik. Sehingga guru pendamping juga dituntut untuk bisa selalu mengembangkan program-program secara kreatif sesuai kebutuhan peserta didik. Selain guru pendamping hal lain yang perlu ada ialah sarana pendukung. Berbeda dengan lembaga pendidikan pada umunya KBQT melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengadaan dan pemanfaatan sarana pendukung yang ada di lingkungan sekitar. Hal ini baik adanya dan sesuai dengan yang disampaikan 87 Gilbert Guerin dan Lou Denti 1999:76 yang menyatakan bahwa konten pendidikan alternatif diantaranya adalah: “... c. Masyarakat: variasi budaya, keterlibatan keluarga dan penghubung sekolah tokoh masyarakat, layanan pembelajaran, keahlian bahasa kedua bahasa daerah. d. Institusihubungan budaya, lingkungan dan sistem yang terisolasi, individu, sistem dan perubahan peraturan, dukungan transisi baik pra, saat dan pasca pelaksanaan program. ” Kutipan di atas, menunjukkan bahwa selama pelaksanaan pendidikan aternatif ada keterlibatan masyarakat di dalamnya. Keterlibatan tersebut secara garis besar meliputi keterlibatan dalam penyediaan berbagai layanan pembelajaran dan juga dukungan baik pra, saat dan pasca pelaksanaan program. Hal ini tentu dimaksudkan agar pelaksanaan pendidikan alternatif dapat berjalan dengan lancar. Lebih lanjut pada tahap perencanaan pembinaan peserta didik di KBQT peserta didik terlibat secara langsung dalam pembuatan indikator pembinaan. Sehingga di KBQT peserta didik membuat sendiri indikator-indikator pembinaan dalam bentuk target dan rencana capaian, yang disesuaikan dengan minat dan bakat mereka. Di samping itu, peran guru pendamping adalah memfasilitasi, mendukung dan mendampingi peserta didik dalam upaya pencapaian target. Lebih menariknya lagi, pembinaan yang dilakukan terhadap peserta didik di KBQT bukan ditujukan untuk menyiapkan peserta didik mampu bersaing dalam pasar dunia kerja, akan tetapi lebih pada upaya untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada diri peserta didik. Hal ini tentu berbeda dengan konsep PKBM pada umumnya, mengingat secara kelembagaan KBQT merupakan sebuah PKBM.