Pembinaan Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

75 sebuah gerakan. Yang jelas tahapannya bagaiamana anak itu bisa mengenal dirinya sendiri, bagaimana orang bisa mengenal orang lain kalau dirinya saja tidak kenal. Karena kita kan hidup nggak cuma sendiri, kita butuh orang lain. Na jadi kalau anak-anak itu bener-bener punya jati diri karakter dan lain-lain dia akan lebih dewasa dalam menyikapi masalah. Jadi tahapannya ya itu mengenali dirinya, dibukakan akan sebuah kebutuhanya itu apa, dan dikhawatirkan kalau anak itu nggak punya kebutuhan itu mau apa .” Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam rangka upaya pembentukan karakter, guru pendamping di KBQT berusaha untuk memaksimalkan dimensi kemanusiaan yang ada pada diri peserta didik. Dimensi tersebut terdiri atas dimensi pikir, jiwa dan raga. Di samping itu peserta didik di KBQT juga ditanamkan arti penting dari sebuah kebutuhan akan dirinya sendiri. Sehingga mereka dapat secara mandiri memenuhi kebutuhan dan mengasah potensi yang dimilikinya. 2 Tata Tertib dan Kultur Sekolah Ada beberapa nilai dan kultur yang ditanamkan pada diri setiap peserta didik. Pertama musyawarah untuk mufakat. Hal ini penting ditanamkan pada setiap diri peseta didik, mengingat kebanyakan dalam setiap kegiatan yang dilakukan, guru pendamping dan pengelola hanya sedikit terlibat. Semua hal yang akan dilakukan berdasar pada kesepakatan bersama peserta didik. Dengan penanaman nilai yang demikian, peserta didik di KBQT sudah terbiasa untuk melakukan musyawarah dalam segala hal. Hasil musyawarah yang paling dapat dilihat ialah adanya jadwal kegiatan dan sejumlah kesepakatan. Hal ini sesuai dengan petikan wawancara dengan AB 270115berikut ini. “Kalau tata tertib yang ada itu seperti kalau ada masalah itu wajib harus dirembuk bersama. Sumbernya kesepakatan bukan dirumuskan secara sepihak oleh guru atau sekolah. Dari yang paling penting mereka yang membutuhkan peraturan, mereka yang membuat peraturan .” 76 Kedua, minimalisasi aturan menjadi titik tolak pelaksanaan kegiatan di KBQT. KBQT lebih menekankan pada pendekatan budaya mendewasakan peserta didiknya. Semua peraturan dirumuskan dalam sebuah kesepakatan-kesepakatan yang dibuat oleh anggota kelas dan komunitas. Sudah menjadi kewajiban bagi mereka untuk melaksanakanya. Peraturan yang ada diantaranya ialah: a Larangan untuk merokok. Peraturan ini dapat dikatakan peraturan yang paling wajib dipatuhi. Hal ini karena hukuman jika peserta didik merokok, maka peserta didik yang bersangkutan akan langsung dikeluarkan, atau istilahnya ialah bukan lagi menjadi bagian dari komunitas. AB 270115 menuturkan “Untuk aturan larangan merokok saya tegas karena e apa sih untungnya anak merokok. Merokok nggak boleh. Pindah apa di sini tapi nggak ngrokok. Kalo kamu ngrokok bukan merupakan bagian dari komunitas ini .” Mendukung perenyataan tersebut, EN peserta didik juga mengunkapkan dalam wawancara 260115, “Aturan untuk yang cowok dilarang merokok, kalau melanggar istilah Pak Din itu, bukan lagi menjadi bagian dari komunitas ini, gitu Mbak .” Kedua penjelasan di atas, menyiratkan makna bahwa larangan merokok menjadi aturan yang keras dan tegas bagi peserta didik di KBQT. Bahkan jika ada peserta didik yang melanggar secara otomatis pesera didik itu dikeluarkan dari KBQT. b Wajib mengikuti kegiatan wajib. Ada beberapa kegiatan di KBQT yang hukumya wajib diikuti oleh peserta didik. Berdasarkan wawancara dengan EN 260115 menuturkan Kegiatan 77 tersebut meliputi, upacara hari Senin, tawasi, Harkes hari kesehatan dan pembuatan ide. Sejalan dengan itu, FN guru pendamping dalam wawancara 260115 menjelaskan “peraturan, wajib membuat ide atau target, ikut upacara, tawasi dan Harkes .” Dua pemaparan diatas menyimpulkan bahwa di KBQT kegiatan yang wajib diikuti oleh peserta didik meliputi, pembuatan ide, target, upacara, tawasi dan Harkes. EN dalam wawancara 260115 menambahkan hanya ada 5 kali toleransi untuk membolos mengikuti kegiatan, setelah lebih dari 5 kali disebut dengan pelanggaran. Pencatatan pelanggaran di lakukan oleh angkatan paling atas, atau kelompok Osa. Jika ada yang melanggar lebih dari 5 kali, mereka akan melaporkan kepada pendamping, selanjutnya guru pendamping akan merapatkan konsekuensi terbaik. Kemudian hal itu bisa dikomunikasikan ke keluarga. Hukuman untuk anak yang melakukan pelanggaran ialah membuat karya. Karya yang dibuat bisa berupa sebuah ide yang dibuat dalam bentuk karya tulis ataupun karya dalam bentuk yang lain . Di sisi lain hukuman yang paling berat bagi peserta didik ialah meunda masa ujian. Sejalan dengan pernyataan tersebut, FN 260115 “kalau yang nggak bisa ikut biasanya karena mereka keset Mbak. Biasanya batas untuk nggak ikut itu 5 kali. Kalau sekali-kali membolos, hukumanya membuat karya dalam bentuk apa pun. Tapi kalau lebih dari itu, nanti konsekuensinya dirembug bersama apa konsekuensi paling tepat, tapi yang paling berat itu ditunda ujianya .” Dari dua uraian di atas diketahui peserta didik yang membolos kegiatan wajib, hingga batas maksimal 5 kali bisa mendapat konsekuensi terberat yaitu ditunda masa ujianya.