Teknik Analisis Data METODE PENELITIAN

46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah

Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah, merupakan tempat bagi sekumpulan orang untuk belajar bersama. Komunitas ini berisi sekumpulan orang yang datang untuk bergabung belajar bersama tentang hal apa pun yang mereka inginkan. Komunitas ini beralamat di Jalan Raden Mas Said No. 12 Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah yang selanjutnya bisa disebut KBQT ini merupakan buah gagasan yang dicetuskan oleh Ahmad Bahrudin, seorang warga Desa Kalibening pada tahun 2003. Awalnya, Bahrudin dan 12 rekannya di Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah mendirikan Sekolah Menengah Pertama Terbuka Qaryah Thayyibah SMPTQT pada bulan Juni 2003. Nama “Qaryah Thayyibah” sesuai dengan nama organisasi Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah. Saat itu, SMPTQT, sebagai SMP terbuka menginduk ke SMP N 10 Salatiga. Namun demikian sejak pembentukannya, SMPTQT sudah mempunyai semangat pendidikan yang membebaskan. Para pendiri beranggapan jika sekolah yang mereka bentuk tetap menjadi SMP terbuka, mereka harus terus dibimbing oleh SMP induk. Dari keadaan yang demikian, mereka merasa tidak nyaman. Selanjutnya mereka sepakat untuk berubah menjadi lembaga pendidikan non formal. Tepatnya pada tahun 2006 SMPTQT berubah menjadi Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah KBQT yang kelembagaanya sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM. 47 Sebagai sebuah sekolah alternatif berbasis komunitas, KBQT menerapkan tujuh prinsip pendidikan Bahrudin. 2007: xii-xv, yaitu: 1. Pendidikan yang membebaskan Membebaskan berarti keluar dari belenggu legal formal yang selama ini menjadikan pendidikan tidak kritis, dan tidak kreatif, sedangkan semangat perubahan lebih diartikan pada kesatuan proses pembelajaran. 2. Keberpihakan Adalah ideologi pendidikan itu sendiri, dimana pendidikan dan pengetahuan merupakan hak bagi seluruh warga. 3. Partisipatif Mengutamakan prinsip partisipatif atara pengelola, murid, keluarga, serta masyarakat dalam merancang bangun sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini akan membuang jauh citra sekolah yang dingin dan tidak berjiwa yang selalu dirancang oleh intelektual “kota” yang tidak membumi tidak memahami kebutuhan nyata masyarakat. 4. Kurikulum berbasis kebutuhan Utamanya terkait sumber daya lokal yang tersedia. Belajar adalah bagaimana menjawab kebutuhan akan pengelolaan sekaligus penguatan daya dukung sumber daya yang tersedia untuk menjaga kelestarian serta memperbaiki kehidupan. 5. Kerjasama Metodologi pembelajaran yang dibangun selalu berdasarkan kerjasama dalam proses pembelajaran. Tidak perlu ada lagi sekat-sekat dalam proses 48 pembelajaran, juga tidak perlu ada dikotomi guru dan murid, semuanya adalah murid orang yang berkemauan belajar. Semuanya adalah tim yang berproses secara partisipatif. Kerjasama dari antar individu berkembang ke antar kelompok, antar daerah, antar negara, antar benua dan antar semua. 6. Sistem evaluasi berpusat pada subjek didik Puncak keberhasilan pembelajaran adalah ketika si subjek didik menemukan dirinya, berkemampuan mengevaluasi diri sehingga tahu persis potensi yang dimilikinya, berikut mengembangkanya sehingga bermanfaat bagi yang lain. 7. Percaya diri Pengakuan atas keberhasilan bergantung pada subjek pembelajaran itu sendiri. Pengakuan dalam bentuk apa pun termasuk ijazah tidak perlu dicari. Pengakuan datang dengan sendiri manakala kapasitas pribadi dari si subjek didik meningkat, dan bermanfaat bagi yang lain. Selain prinsip-prinsip pendidikan yang disebutkan di atas, pendirian KBQT juga memiliki tujuan umum, yaitu untuk membangun masyarakat pembelajar learning society. Hal ini dikarenakan individu merupakan bagian dari sebuah organisasi masyarakat yang harus ditingkatkan kualitasnya AB, wawancara: 270115. Dengan demikian kualitas individu akan memiliki sumbangan tersendiri dalam peningkatan kualistas masyarakat sebagai sebuah organisasi pembelajar. Hal ini tentu dimaksudkan agar setiap anggota masyarakat dapat menyelesaikan segala permasalahan yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat. 49 Saat ini KBQT berisi 31 peserta didik yang tergabung dalam setiap tingkat. Mulai dari tingkat SMP hingga tingkat SMA. Setiap tingkatan membentuk sebuah kelompok tingkatan. Saat ini ada empat kelompok tingkatan di KBQT. Kelompok pertama bernama Folia. Kelompok ini setara dengan kelas 1 dan 2 SMP. Kelompok kedua bernama Laskar Miracle. Kelompok ini setara dengan kelas 3 SMP dan 1 SMA. Kelompok ketiga bernama kelompok Seedo yang anggotanya peserta didik setara kelas 2 SMA. Sedangkan yang keempat bernama kelompok Osa yang beranggotakan peserta didik setara kelas 3 SMA. Nama kelompok- kelompok kelas yang ada di KBQT ini berbeda setiap angkatanya. Semua bebas ditentukan oleh peserta didik secara musyawarah dan mufakat. Peserta didik di KBQT tidak hanya berasal dari Desa Kalibening dan Kota Salatiga saja. Namun banyak dari mereka yang berasal dari luar kota. Ada yang berasal dari Jakarta, Kendal, Pati, Magelang, Cirebon dan bahkan dari Bengkulu. Melalui wawancara diketahui bahwa kebanyakan dari mereka mengetahui tentang KBQT dari membaca buku. Peserta didik yang tergabung dalam komunitas belajar ini, mayoritas adalah peserta didik yang bermasalah. Mereka memiliki masalah di sekolah asalnya kemudian pindah belajar ke komunitas ini. Ada yang dikeluarkan, ada juga yang memang sengaja pindah. Namun demikian, berdasarkan hasil pengamatan peserta didik di sini terlihat sama sekali bukan seperti anak yang bermasalah di sekolah asalnya. Dilihat dari cara mereka berbicara, komitmen dalam menyelesaikan tugas, jiwa demokrasi, target-target yang mereka punya dan juga kreativitas yang