11
merupakan media untuk berkomunikasi, berinteraksi secara global. Selain itu juga digunakan sebagai alat pemanfaatan pengembangan iptek dan pembangunan.
Pembelajaran bahasa asing dipelajari sesuai dengan tingkat penguasaan pembelajar
2. Hakikat Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman
a. Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman
Dalam mempelajari bahasa asing, dalam hal ini bahasa Jerman tidak pernah lepas dari kosakata. Kosakata merupakan hal yang paling vital yang harus
dikuasai oleh peserta didik. Peseta didik harus memiliki kosakata yang cukup agar dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan pengguna bahasa tersebut.
Kosakata juga merupakan keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa. Keraf, 1996: 24.
“Wortschatz ist alle Wörter einer Sprache oder Fachesprache” Götz, 1997: 1127. Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa kosakata merupakan semua
kata dalam sebuah bahasa atau bidang bahasa. Suatu bahasa tidak pernah terlepas dari kosakata, karena kosakata merupakan inti dari sebuah bahasa. Meyer
dalam Setyayu, 2002: 15 berpendapat bahwa “der Wortschatz ist gesamheit der
Wörter, das Intervar an Bezeihnungselemente einer Sprache”. Pendapat di atasa berarti bahwa kosakata merupakan kesatuan dari kata-kata yang menggambarkan
elemen-elemen suatu bahasa. Sedangkan Nurgiyantoro 2001: 166 merumuskan bahwa kosakata merupakan alat utama yang harus dimiliki seseorang yang akan
belajar bahasa, sebab kosakata berfungsi untuk membentuk kalimat serta mengutarakan isi pikiran dan perasaan baik secara lisan ataupun tertulis.
Selain itu, Hardjono 1988: 71 juga menjelaskan bahwa peran kosakata
12
dalam proses belajar-mengajar, aspek kosakata dianggap yang paling penting, karena tanpa penguasaan kosakata yang cukup tidak mungkin seseorang dapat
menggunakan bahasa asing. Rivers dalam Nunan, 1991: 117 menyebutkan „has
argued that the acquisition of an adequate vocabulary is essential for succesful second language use because, without an extensive vocabulary, we will be
unable to use the structure and functions we may have learned for comprehensible communication.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa penggunaan suatu kosakata yang cukup itu penting dalam berhasilnya penggunaan
bahasa kedua, karena tanpa jumlah kosakata yang banyak, kita tidak akan dapat menggunakan dan fungsi yang telah kita pelajari untuk komunikasi yang
komprehensif. Pendapat di atas menjelaskan bahwa dalam mempelajai bahasa khususnya
bahasa asing, aspek kosakata merupakan hal penting yang harus dikuasai oleh peserta didik atau pembelajar bahasa asing tersebut. Peserta didik harus mampu
menguasai kosakata dengan baik, agar mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan pengguna bahasa tesebut. Penguasaan kosakata yang cukup oleh peserta
didik akan menjadikan mereka mampu menggunakan tata bahasa dalam berkomunikasi dengan baik, terutama komunikasi dengan menggunakan bahasa
asing. Penguasaan kosakata memang sangat penting untuk dikuasai peserta didik
dalam mempelajari bahasa, baik bahasa sendiri maupun bahasa asing. Oleh karena itu pendidik maupun peserta didik harus memiliki cara dalam mengajarkan dan
mempelajari kosakata. Keraf 1991: 67 menyebutkan ada empat cara untuk
13
memperluas kosakata seseorang, yaitu: 1 melalui proses belajar, 2 melalui konteks, 3 melalui kamus, dan dengan 4 menganalisa kata-kata. Sementara itu
Lado 1967: 120 menyebutkan sebagai berikut. 1 Mengenali tingkat kesulitan, guru mengajarkan kosakata yang
bervariasi untuk a kata-kata yang mirip dengan bahasa pertama bahasa ibu dalam hal bentuk, arti, dan distribusi, b kata-kata dengan tingkat
kesulitan yang biasa atau normal yang memiliki bentuk tidak mirip dengan bahasa pertama, c masalah-masalah khusus yang sulit untuk dikuasai. 2
Mendengarkan kata, siswa mendengarkan kata tersebut satu per satu dan dalam satu kalimat. Jika bunyi tersebut sudah dikuasai, siswa akan
mendengarkan dengan tepat setelah dua atau tiga kali pengulangan. 3 Mengeja kata, siswa mengeja kata meskipun tujuannya hanyalah membaca
atau menyimak. Mengeja kata membantu mereka mengingat kata itu lebih lama dan siap mengenalinya ketika mereka mendengar atau melihat kata-
kata itu. 4 Menangkap makna, guru menyampaikan makna kepada siswa tanpa menggunakan terjemahan, kecuali sebagai upaya terakhir. Hal ini
ditujukan karena jika guru menggunkan bahasa pertama setiap saat, bahasa target tidak akan dikuasai oleh siswa. 5 Mendefinisikan sendiri sesuai
konteks, konteks membuat situasi menjadi jelas. Hal ini dapat membantu pembelajar dalam menemukan arti kata baru. 6 Mendefinisikan ke dalam
bahasa target dapat lebih efektif bila kata-kata dalam istilah tersebut lebih dikenal atau lebih mudah ditebak daripada kata yang didefinisikan.
Ghazali 2000, 175-176 juga menjelaskan mengenai strategi belajar
bahasa pengembangan kosakata, terangkum dalam empat hal, yaitu sebagai berikut:
1 Mencatat kata-kata baru yang didapat ketika individu membaca atau menyimak, dan mencari maknanya, kemudian kata baru tersebut disimpan
dalam perbendaharaan kata atau bank kata, 2 mengelompokkan kata-kata baru tersebut sesuai dengan kategorinya, yaitu kata benda, kata kerja, kata
sifat, dan lain-lain, 3 menggunakan peta semantik sehingga bisa melihat hubungan antara makna satu kata dengan makna kata yang lain. Kemudian
membuat pengelompokkan kata dengan makna yang sama atau berhubungan, 4 mengupayakan untuk memahami makna kata dari
konteksnya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa untuk menguasai atau memperbanyak kosakata dapat diajarkan dengan berbagai cara dan teknik.
14
Untuk pengajarnya sendiri, harus mampu mengenali karakter peserta didik agar mampu menerapkan metode apa yang baik untuk digunakan dalam pembelajaran
bahasa Jerman, sehingga mampu menerapkan pembelajaran dengan efektif dan mampu diikuti dengan baik oleh peseta didik.
b. Kriteria Penilaian Kosakata Bahasa Jerman