Pembelajaran Membaca di SMA

Story Frames make use of the cloze procedure by leaving out words or key phrases within a paragraph that summarizes a story. The strategy focuses on the story’s structure to aid in comprehension. Story Frames gives students an independent guide for organizing and remembering information about the story. The strategy can be used with any grade level for both narrative and expository text. Expository paragraph frames focus on content area material and help in reviewing and reirforcing specific content and in familiarizing students with the different ways in which authors organize material. This is a postreading strategy. Expository paragraph frames allow the readers to write about what they have just read, thus reinforcing the material. Berdasarkan kutipan tersebut, strategi Bingkai Cerita Story Frames merupakan strategi yang menggunakan prosedur klose dengan mengabaikan kata-kata atau frasa kunci di dalam paragraf yang dapat meringkas isi cerita. Strategi ini berfokus pada struktur cerita untuk membantu pemahaman. Bingkai Cerita Story Frames juga memberikan panduan independen bagi siswa untuk mengorganisasikan dan mengingat informasi mengenai cerita. Strategi ini dapat digunakan untuk semua tingkatan dengan menggunakan teks narasi dan ekspositori. Bingkai paragraf ekspositori berfokus pada materi isi dan membantu meringkas dan menguatkan konten spesifik dan mengenalkan kepada siswa beberapa cara berbeda yang digunakan pengarang untuk menyusun materi. Ini merupakan strategi pasca membaca. Bingkai paragraf ekspositori memungkinkan pembaca untuk menulis mengenai apa yang baru saja dibaca, yang dapat menguatkan materi. Selain dari definisi yang dikemukakan di atas, Fowler juga menjelaskan strategi Bingkai Cerita Story Frames sebagai berikut. The Story Frame requires that a student focus on the main characters, the setting, the major events, and the conclusion in a story. Enough information is given in the frame to enable students to put together the basic information required. In primary grades, the teacher will want to work with students as a class or in smaller groups and develop the Story Frame with student input. In middle and upper grades, less prepared readers can complete the activity on their own, filling in the essential information. The Story Frame may be simplified or made more complex by reducing or increasing the number of main events in the story that are to be included. It is an excellent device to use with students who need to work with basic information in a story in order to comprehend the idea of story grammar and to apply this concept to an appropriate literature selection. Kutipan tersebut menjelaskan strategi Bingkai Cerita Story Frames merupakan strategi yang fokus pada karakter, setting, peristiwa besar masalah, dan kesimpulan dalam sebuah cerita. Informasi yang diberikan dalam frame cukup untuk memungkinkan siswa dalam mengumpulkan dasar informasi yang diperlukan. Pada tingkat dasar, guru akan bekerja dengan siswa sebagai kelas atau dalam kelompok kecil dan mengembangkan bingkai cerita bersama siswa dengan masukan. Di kelas menengah dan menengah atas, pembaca dapat menyelesaikan aktivitas mereka sendiri, mengisi informasi penting. Kisah Bingkai mungkin disederhanakan atau dibuat lebih kompleks dengan mengurangi atau meningkatkan jumlah utama peristiwa dalam cerita yang akan disertakan. Ini adalah perangkat yang sangat baik untuk digunakan dengan siswa yang perlu bekerja dengan informasi dasar dalam sebuah cerita untuk memahami ide tata bahasa cerita dan konsep ini sesuai untuk sastra. Setiap strategi pembelajaran pasti memiliki langkah-langkah pelaksanaan strategi tersebut. Langkah atau tahap-tahap menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames menurut Wiesendanger 2001: 126 adalah sebagai berikut. Tahap persiapan 1. Tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini selagi siswa sedang membaca cerita: apakah terdapat masalah yang dapat diidentifikasi? jika ada, kenapa itu disebut masalah? Apakah ada peristiwa penting yang turut menyumbangkan solusi untuk masalah tersebut? Jika ada, bagaimana runtutannya? Bagaimana masalah tersebut dapat terselesaikan? Apa solusinya? 2. Setelah membaca cerita tersebut dan menjawab pertanyaannya, tentukan apakah lembar bingkai cerita akan berfungsi. Apabila lembar bingkai cerita tersebut tidak sesuai dengan cerita, tambahkan atau hapus beberapa bagian yang diperlukan. Tahap Instruksi 1. Mulailah dengan memperhatikan elemen utama dalam cerita karakter, setting, tema, dll dan cetaklah elemen-elemen tersebut dalam kartu untuk membantu menarik perhatian siswa pada elemen-elemen tersebut. 2. Mintalah siswa untuk menyelesaikan lembar bingkai cerita pendek. Pastikan bahwa mereka menggunakan cerita yang memiliki runtutan cerita teridentifikasi agar dapat membantu siswa memahami lembar bingkai urutan. Mulailah dengan bingkai setengah halaman dan lanjutkan hingga bingkai satu halaman penuh.