skor rerata sebesar 20,41, median 20,50, modus mode 23, dan standar deviasi seesar 2,982. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa skor tes kemampuan
membaca cerita pendek kelompok kontrol dan kelompok eksperimen masih rendah.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan membaca cerita pendek awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat
dilihat dari hasil analisis skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji-t diperoleh t
h
sebesar 2,891 dengan df= 62, dan nilai p sebesar 0,005 pada taraf signifikansi 5 0,05. Nilai p lebih besar dari taraf kesalahan
0,05 0,0050,05, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca cerita pendek yang tidak signifikan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Perbedaan Kemampuan Membaca Cerita Pendek Siswa yang Diajar Menggunakan Strategi Bingkai Cerita
Story Frames dengan Siswa yang Diajar Tanpa Menggunakan Strategi Bingkai Cerita
Story Frames
Setelah mengetahui skor hasil kemampuan awal membaca cerita pendek, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diberi perlakuan untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran kemampuan membaca cerita pendek. Kelompok kontrol diajar tanpa menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames, sedangkan
kelompok eksperimen menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames. Pembelajaran membaca cerita pendek kedua kelompok tersebut dilakukan
sebanyak empat kali. Setelah kegiatan pembelajaran membaca cerita pendek tersebut selesai, kemudian dilakukan posttest kemampuan membaca cerita pendek
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Posttest
dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca cerita pendek kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah mengikuti proses
pembelajaran yang berbeda. Pembelajaran membaca cerita pendek pada kelompok eksperimen dilakukan sesuai dengan langkah-langkah strategi Bingkai Cerita
Story Frames yaitu, tahap persiapan dan tahap instruksi. Pada tahap persiapan terdapat langkah membaca, sedangkan pada tahap instruksi terdapat langkah
diskusi, mengisi word card, mengisi lembar bingkai cerita, presentasi, dan kesimpulan.
Langkah persiapan membaca dimaksudkan untuk menberikan informasi mengenai isi cerita dari sebuah teks yang dibaca. Finochiaro dan Bonomo dalam
Tarigan, 2008: 9 menyebutkan bahwa “reading is bringing meaning to and getting meaning from printed or written material”. Dari pernyataan tersebut dapat
dipahami bahwa membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis. Oleh karena itu, membaca pada langkah ini
dilakukan supaya siswa memahami informasi pada teks bacaan yang mereka baca serta siswa dapat mengetahui unsur-unsur cerita setelah mereka selesai membaca.
Langkah diskusi pada tahap instruksi, siswa diminta untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita tokoh, karakter, seting, konflik,
kesimpulan. Manfaat dari diskusi adalah untuk melatih siswa dalam memecahkan suatu masalah yang ada di dalam cerita yang mereka baca. Hal tersebut sesuai
dengan Hasibuan 2002: 88 bahwa diskusi adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka koorperatif
yang optimal dengan tujuan memecahkan suatu masalah.
Langkah diskusi selanjutnya mengantarkan siswa pada tahap mengisi word card, dan mengisi lembar bingkai cerita. Pada tahap mengisi word card siswa
diminta untuk menuliskan unsur-unsur hasil diskusi yang mereka lakukan sebelumnya sesuai dengan kategori kartu masing-masing orange untuk kategori
tokoh, abu-abu untuk kategori karakter, hijau untuk kategori setting, merah muda untuk kategori konflikperistiwa besar, dan
kuning untuk kesimpulan.
Selanjutnya setelah selesai mengisi word card, bacaan yang ada pada siswa diambil oleh guru, kemudian siswa diminta untuk mengisi lembar bingkai cerita.
Pada langkah mengisi lembar bingkai cerita, siswa diminta untuk menuliskan bagian yang kosong pada lembar bingkai cerita berdasarkan word
card. Langkah ini membantu siswa untuk memahami dan mengingat informasi yang telah mereka baca sebelumnya pada tahap persiapan. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Edward L. Throndike dalam Nurhadi, 2008: 13 yang menyatakan bahwa dalam membaca terlibat aspek seperti mengingat, memahami,
membedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan.
Langkah presentasi siswa diminta untuk menyampaikan hasil diskusi masing-masing kelompok. Urutan presentasi dipilih secara acak oleh guru.
Kelompok yang tidak melakukan presentasi memberikan tanggapan dan saran kepada kelompok yang sedang presentasi.
Perbedaan kegiatan pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelompok tersebut menjadikan tingkat pemahaman siswa antara kelompok eksperimen dan
kontrol berbeda. Hal tersebut dibuktikan dengan rerata skor posttest kelompok
eksperimen yang lebih tinggi dari kelompok kontrol. Siswa pada kelompok eksperimen lebih mudah mengingat dan mengidentifikasi cerita, terutama
mengenai unsur intrinsik cerita dikarenakan mereka telah mendapatkan pembelajaran menggunakan strategi Story Frames. Strategi tersebut membantu
kelompok eksperimen mempermudah menemukan unsur intrinsik dan menceritakan kembali sesuai dengan isi cerita pendek yang dibaca.
Penentuan unsur intrinsik tersebut mereka lakukan dengan menggunakan Word Card. Word Card memberikan pengkategorian terhadap nama tokoh,
karakter, setting, konflikperistiwa besar, dan kesimpulan akhir cerita. Melalui pengkategorian tersebut, siswa menjadi lebih mudah menemukan unsur intrinsik
cerita, terutama unsur tokoh, karakter, setting, konflikperistiwa besar, dan kesimpulan akhir cerita
.
Selain itu dengan adanya strategi Story Frames yang diterapkan pada kelompok eksperimen menjadikan proses pembelajarannya di
kelas tidak membosankan dan siswa selalu antusias untuk mengikutinya. Berbeda dengan kelompok kontrol yang mendapat pembelajaran tanpa
menggunakan strategi Story Frames. Mereka tidak akan konsentrasi dalam pembelajaran, merasa bosan, tidak antusias, dan sulit untuk mencermati unsur-
unsur serta isi cerita saat selesai membaca. Penggunaan strategi pembelajaran dengan langkah-langkah yang menarik
akan mempengaruhi minat, motivasi, serta tingkat komprehensi yang dimiliki siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Tampubolon dalam Zuchdi, 2008: 24
bahwa penggunaan teknik-teknik dan metode-metode membaca merupakan faktor yang mempengaruhi komprehensi membaca.