Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru untuk membantu mengarahkan siswa dalam mempelajari unsur-unsur sebuah buku atau cerita pendek dengan mengidentifikasikan tokoh, karakter cerita, seting, masalah konflik dan solusi kesimpulan. Penerapan strategi Bingkai Cerita Story Frames secara garis besar ada dua tahap. Tahap pertama adalah persiapan. Tahap persiapan di dalamnya dimulai dengan langkah membaca. Tahap kedua adalah tahap instruksi. Pada tahap instruksi ini terdapat lima langkah. Langkah tersebut adalah diskusi, mengisi word card, mengisi lembar bingkai cerita, presentasi, dan kesimpulan. Alasan kedua, strategi Bingkai Cetita Story Frames memiliki keunggulan. Keunggulan strategi Bingkai Cerita Story Frames yaitu dapat membuat siswa mandiri sehingga siswa dapat terfokus pada struktur cerita dan dapat memahami isi yang ada di dalam cerita tersebut. Hal itu sejalan dengan pendapat Wisendanger 2001: 124 yaitu Bingkai Cerita Story Frames digunakan untuk memberikan panduan independen bagi siswa untuk mengorganisasikan dan mengingat informasi mengenai cerita tersebut, mengidentifikasi serta menceritakan kembali. Keunggulan tersebut menjadikan strategi Bingkai Cerita Story Frames penting untuk diteliti. Alasan selanjutnya adalah untuk menguji keefektifan strategi Bingkai Cerita Story Frames dalam pembelajaran membaca cerita pendek. Apabila strategi Bingkai Cerita Story Frames teruji efektif maka dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru dalam pembelajaran membaca cerita pendek. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul “Keefektifan Penggunaan Strategi Bingkai Cerita Story Frames dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerita Pendek Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut. 1. Pembelajaran membaca pada umumnya belum menggunakan strategi yang inovatif. 2. Siswa merasa jenuh mengikuti pembelajaran membaca cerita pendek karena strategi yang digunakan kurang menarik. 3. Guru belum mengembangkan dan memodifikasi strategi yang sesuai dengan indikator membaca cerita. 4. Kemampuan membaca cerita pendek siswa menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Framesbelum pernah diteliti. 5. Belum diketahui pengaruh penerapan strategi Bingkai Cerita Story Frames terhadap kemampuan membaca cerita pendek siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman.

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah tentang perbedaan kemampuaan membaca cerita pendek yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman. Masalah selanjutnya yaitu keefektifan strategi Bingkai Cerita Story Frames dalam pembelajaran membaca cerita pendek siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman.

D. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca cerita pendek yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan strategi Story Frames pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman? 2. Apakah strategi Story Frames efektif dalam pembelajaran membaca cerita pendek siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini dilaksanakan untuk tujuan sebagai berikut. 1. Mengetahui perbedaan kemampuan membaca cerita pendek antara siswa yang diajar menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman. 2. Menguji keefektifan strategi Bingkai Cerita Story Frames dalam pembelajaran membaca cerita pendek siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis. Kedua manfaat tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai teori pembelajaran dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, terutama pembelajaran keterampilan membaca cerita pendek dengan menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames sebagai teori pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Sekolah Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah berkaitan dengan adanya strategi inovatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran membaca cerita pendek sehingga diharapkan dapat memajukan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. b. Guru Penelitian ini bermanfaat bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk memperkaya dan menambah strategi baru dalam pembelajaran keterampilan membaca cerita pendek. c. Siswa Penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dalam membaca cerita pendek, mengidentifikasi, mengingat informasi mengenai cerita yang mereka baca dan membangkitkan motivasi belajar mereka mengenai membaca cerita pendek dengan cara yang variatif, menyenangkan, dan inovatif sehingga prestasi hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat.

G. Batasan Istilah

Pada penelitian ini, penulis membatasi istilah-istilah yang digunakan yaitu sebagai berikut. 1. Keefektifan adalah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau strategi tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 2. Membaca cerita pendek adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis melalui cerita singkat yang di dalamnya mengandung makna yang padat dan sebuah cerita yang selesai dibaca sekali duduk. 3. Strategi adalah suatu cara, teknik, taktik, atau siasat yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan . 4. Bingkai Cerita Story Frames merupakan suatu strategi yang digunakan untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemahaman, mengidentifikasi, dan mengingat informasi mengenai cerita yang mereka baca. 5. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik, pendidik, dan sumber belajar agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan.