hanya mengalami kenaikan sebesar 2,5. Perbedaan kenaikan skor rerata kelompok eksperimen yang lebih besar dari skor rerata kelompok kontrol menunjukkan
bahwa strategi Bingkai Cerita Story Frames efektif dalam pembelajaran kemampuan membaca cerita pendek.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan Uji-t hipotesis sebagai berikut.
Ho: Strategi Bingkai Cerita Story Frames tidak efektif dalam pembelajaran kemampuan membaca cerita pendek siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik
Sleman, ditolak.
Ha: Strategi Bingkai Cerita Story Frames efektif dalam pembelajaran kemampuan membaca cerita pendek siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik
Sleman, diterima.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian akan membahas tiga aspek yaitu, deskripsi kondisi awal kemampuan membaca cerita pendek, perbedaan kemampuan
membaca cerita pendek siswa dan keefektifan strategi Bingkai Cerita Story Frames dalam pembelajaran kemampuan membaca cerita pendek. Ketiga aspek
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Deskripsi Kondisi Awal Kemampuan Membaca Cerita Pendek
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan membaca cerita pendek yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan
strategi Bingkai Cerita Story Frames dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames pada siswa kelas X SMA
Negeri 1 Ngaglik Sleman, dan mengetahui strategi Bingkai Cerita Story Frames efektif dalam pembelajaran kemampuan membaca cerita pendek siswa kelas X
SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman. Hal tersebut berkaitan dengan beberapa hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa minat siswa terhadap pembelajaran
membaca masih kurang. Sebuah strategi baru memang diperlukan untuk merangsang minat siswa
terhadap pembelajaran membaca. Terlepas dari hal tersebut, keefektifan strategi Bingkai Cerita Story Frames patut diuji dalam pembelajaran membaca cerita
pendek karena strategi ini merupakan strategi yang mampu membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemahaman, mengidentifikasi tentang unsur-
unsur yang terdapat dalam cerita, serta membantu siswa dalam mengingat informasi dan ide-ide secara efisien saat menuliskan kembali pada lembar bingkai
cerita. Pembelajaran membaca cerita pendek merupakan materi yang diajarkan
pada siswa kelas X. Membaca cerita pendek merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah untuk memahami bacaan dan memperoleh pesan
yang disampaikan oleh penulis melalui cerita singkat yang di dalamnya mengandung makna yang padat. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1
Ngaglik Sleman, karena strategi ini belum pernah diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada sekolah tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X yang berjumlah 6 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 190 siswa. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 64 siswa
yang terbagi dalam dua kelas yaitu kelas kontrol dan eksperimen. Sampel diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling atau pengambilan sampel
dengan acak sederhana. Dari teknik tersebut diperoleh kelas XD sebagai kelompok kontrol yang diajar tanpa menggunakan strategi Bingkai Cerita Story
Frames dan kelas XA sebagai kelompok eksperimen yang diajar menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames.
Kondisi awal kemampuan membaca cerita pendek kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam penelitian ini diketahui dengan melakukan pretest
membaca cerita pendek pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut diberi tes yang sama yaitu dengan mengerjakan pretest berupa
tes pilihan ganda berjumlah 30 butir soal, masing-masing butir soal memiliki 5 alternatif jawaban. Setelah kedua kelompok melakukan tes data skor yang
diperoleh kedua kelompok dianalisis menggunakan bantuan komputer program SPSS 16.
Data pretest kemampuan membaca cerita pendek kelompok kontrol dengan subyek sebanyak 32 siswa diperoleh skor tertinggi 25 dan skor terendah
15. Hasil analisis deskriptif skor pretest kelompok kontrol diperoleh skor rerata sebesar 20,47, median 21, modus mode 21, dan standar deviasi sebesar 3,142.
Data pretest kemampuan membaca cerita pendek kelompok eksperimen dengan subyek sebanyak 32 siswa diperoleh skor tertinggi 25 dan skor terendah
15. Hasil analisis statistik deskriptif skor pretest kelompok eksperimen diperoleh
skor rerata sebesar 20,41, median 20,50, modus mode 23, dan standar deviasi seesar 2,982. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa skor tes kemampuan
membaca cerita pendek kelompok kontrol dan kelompok eksperimen masih rendah.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan membaca cerita pendek awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat
dilihat dari hasil analisis skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji-t diperoleh t
h
sebesar 2,891 dengan df= 62, dan nilai p sebesar 0,005 pada taraf signifikansi 5 0,05. Nilai p lebih besar dari taraf kesalahan
0,05 0,0050,05, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca cerita pendek yang tidak signifikan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Perbedaan Kemampuan Membaca Cerita Pendek Siswa yang Diajar Menggunakan Strategi Bingkai Cerita
Story Frames dengan Siswa yang Diajar Tanpa Menggunakan Strategi Bingkai Cerita
Story Frames
Setelah mengetahui skor hasil kemampuan awal membaca cerita pendek, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diberi perlakuan untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran kemampuan membaca cerita pendek. Kelompok kontrol diajar tanpa menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames, sedangkan
kelompok eksperimen menggunakan strategi Bingkai Cerita Story Frames. Pembelajaran membaca cerita pendek kedua kelompok tersebut dilakukan
sebanyak empat kali. Setelah kegiatan pembelajaran membaca cerita pendek tersebut selesai, kemudian dilakukan posttest kemampuan membaca cerita pendek
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Posttest
dilakukan untuk