Lampiran 3: Materi RPP 1. Pengertian Cerita Pendek
Cerpen atau cerita pendek merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa, selain juga novel, roman, dan berbagai
bentuk prosa yang lainnya. Ada banyak definisi yang diberikan para ahli tentang cerpen cerita pendek. Cerpen merupakan salah satu bentuk
karangan fiksi yang habis baca sekali duduk. Ada juga yang mendefinisikan cerpen sebagai cerita yang memuat satu peristiwa dalam
sebuah kehidupan yang dialami tokoh yang diciptakan pengarangnya dan banyak lagi pengertian-pengertian tentang cerpen. Hal ini sah-sah saja
karena setiap orang memberikan pengertian dari sudut pandang yang berbeda, yang terpenting dalam hal ini tidak meninggalkan karakteristik
cerpen dan berterima oleh masyarakat sastra.
2. Unsur Intrinsik Cerita Pendek
Unsur intrinsik merupakan unsur yang ada dalam karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik meliputi :
1 Tema yaitu makna cerita, gagasan sentral atau dasar cerita 2 Alur yaitu rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan
kausalitas 3 Latar yaitu elemen fiksi yang menunjukkan kepada kita di mana dan
kapan kejadian-kejadian dalam cerita brlangsung 4 Tokoh yaitu para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi
5 Sudut pandang yaitu posisi pengarang dalam cerita 6 Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam
cerita dalam menceritakan kembali secara tertulis diperlukan juga diksi pilihan kata dan bahasa yang komunikatif.
7 Gaya bahasa yaitu cara pengarang dalam menuturkan bahasa pada cerita
3. Contoh Cerita Pendek a. Robohnya Surau Kami
b. Gagasan c. Balikui
d. Guru
Lampiran 5: Contoh Bacaan Sepotong Siang untuk Ibu
Cerpen Aril Andika Virgiawan
Perlakuan I
Lama aku mengamati gerak geriknya. Lama aku memperhatikan bagaimana perempuan itu berjalan dengan pelan seolah tak kuasa menyangga tubuhnya. Lama aku
memikirkan apakah sesuatu yang akan aku lakukan ini benar atau tidak. Ada seberkas rasa bersalah yang membuncah dalam dada. Tapi, bayangan ibu yang telah renta terus
membayang di kepala.
Hari ini tiga hari menjelang Lebaran, hari suci di mana hampir separuh penduduk negara ini pulang ke kampung halaman. Pasar semakin ramai, kebanyakan dipenuhi ibu-ibu
yang belanja baju baru atau kue Lebaran. Termasuk ibu yang satu ini. Penampilannya sama seperti ibu lainnya, baju kurung berkerudung dan jalan yang agak terbungkuk. Dia sedang
berhenti di sebuah kios pakaian, memilah pakaian dan sesekali menanyakan harga. Aku tak memedulikan apa yang sedang dia lakukan, tetapi dompetnya menyembul dari tas usang yang
dibawanya.
Kemarin aku menemui ibuku terbaring di tempat tidur. Badannya demam. Mungkin Ibu kelelahan karena beberapa hari harus mencuci di rumah-rumah tetangga kami untuk
menambah penghasilan dan membayar sewa kamar. Kami mengontrak sepetak kamar kontrakan di daerah Menteng Atas, dua ratus ribu sebulan. Bayaran ibu dan bayaranku
sebagai penjaga warung kopi benar-benar pas untuk membayar sewa kamar dan makan seadanya setiap hari.
Sakitnya ibu menjelang Lebaran membuat hatiku makin sedih. Ibu berkata kalau dia tidak apa-apa, tapi aku sebagai anak merasa kurang berbakti sampai ibuku sakit seperti ini.
Lalu malamnya, saat aku menyuapi ibu makan, ada sedikit kalimat yang ibu katakan kepadaku.
“Ibu ingin punya baju baru di lebaran ini.” Tanganku membeku. “Sejak bapakmu meninggal enam tahun yang lalu, ibu nggak pernah lagi punya baju baru. Dulu kan bapakmu
sering belikan ibu baju waktu lebaran gini. Ibu kangen masa-masa itu, Nak.” Bibirku bergetar menahan perasaan sedih yang tiba-tiba menyesak. Aku bangkit dan
membiarkan piring berisi nasi itu tergeletak. Aku berlari keluar, air mataku menderas. Aku merasa berdosa. Sangat berdosa karena aku merasa kurang merawat ibu. Aku yakin bukan
maksud ibu untuk meminta macam-macam kepadaku, tapi kata-kata ibu terasa seperti lecutan cambuk bagiku. Malam itu aku tidur di pangkalan ojek dekat rumahku. Aku tak punya muka
bertemu ibu.
Dan, siang ini aku akan melaksanakan niatku. Demi ibu. Aku hanya ingin membahagiakan ibu. Salah atau tidak, dosa atau tidaknya aku, aku yakin Tuhan Maha Tahu.
Setelah memastikan tidak terlalu banyak orang di antara aku dan targetku, aku mulai mendekat. Jantungku seperti melompat-lompat dalam dadaku. Ini pertama kalinya aku
melakukan hal ini. Tuhan, maafkan aku