Pelaksanaan Layanan Fisioterapi di SLB Negeri 1 Bantul

55 bermain, mengenal warna, tepuk tangan. OT tidak termasuk dalam jadwal pelajaran. 3 Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan fisioterapi Fisioterapi yang lakukan di SLB Negeri 1 Bantul ini yaitu dilakukan dengan menggunakan beberapa alat yaitu sinar infrared dan vibrator. Sebagian besar anak tunadaksa diantar oleh orangtua untuk menuju ruang fisioterapi, hanya beberapa anak saja yang mampu secara mandiri. Pada saat anak memasuki ruang fisioterapi, anak harus mengantri untuk mendapatkan pelayanan fisioterapi. Pada awalnya, anak tunadaksa diminta untuk tidur di kasur yang sudah ada. Selanjutnya, fisioterapis menyinari bagian yang mengalami kelainan dengan sinar infrared. Penyinaran dilakukan sekitar 2-4 menit. Lama waktu penyinaran setiap anak berbeda-beda, terkadang ada yang 2 menit ada pula yang sampai 4 menit. Menurut fisioterapis, tujuan dari penyinaran ini yaitu melancarkan peredaran darah. Setelah disinar, anak tunadaksa dipijat dengan menggunakan alat vibrator. Pemijatan dengan vibrator sekitar 3 menit yang berdasarkan fisioterapis, ini berfungsi merangsang saraf-saraf anak. Lama pemijatan tergantung dengan banyaknya anak tunadaksa yang diberikan fisioterapi, apabila ada banyak anak tunadaksa yang mengantri maka pemijatan akan dilakukan secara singkat. Setelah dipijat dengan vibrator, fisioterapis terkadang masih memberian pijatanmasagge pada bagian yang mengalami kelainan. Namun 56 pijatanmassage tidak selalu dilakukan karena waktu yang terbatas. Setelah anak diterapi, terdapat beberapa orangtua yang melatih anaknya untuk berjalan di pararel bar, latihan berdiri dengan standing table maupun latihan keseimbangan. Namun tidak semua orang tua melakukan hal tersebut. 4 Prosedur Layanan Fisioterapi Bagi anak yang baru pertama kali mendapat layanan fisioterapi, maka perlu mengikuti prosedur yang dilakukan di SLB Negeri 1 Bantul. Pertama yang dilakukan yaitu mewawancarai orang tua untuk mengetahui riwayat anak selama masa kehamilan, kelahiran dan setelah lahir. Kemudian fisioterapis melihat kondisi fisik dan kemampuan yang dimiliki anak. Setelah diperiksa oleh fisioterapis, kemudian diperiksa oleh dokter. Dokter memeriksa keadaan anak tunadaksa dan akan memberi hasil pemeriksaan mengenai anak untuk dijadikan acuan terapis dalam memberi layanan fisioterapi kepada anak tunadaksa. Setelah diasesmen oleh dokter, fisioterapis merencanakan tujuan yang akan dicapai bagi anak tunadaksa agar ada peningkatan dalam kemampuan fisik anak. Perencanaan tujuan yang akan dicapai oleh anak dilihat dari kondisi anak dan kebutuhan anak tunadaksa. 5 Asesmen anak tunadaksa Asesmen dilakukan saat anak akan masuk di SLB Negeri 1 Bantul. Asesmen yang dilakukan yaitu meliputi asesmen keadaan 57 fisik dan asesmen pendidikan. Asesmen keadaan fisik anak yaitu memeriksa kelainan anak, kondisi fisik, dan riwayat anak. Asesmen dilakukan bekerja sama dengan dokter yang bekerja di sekolah. Pada awalnya orang tua diwawancarai untuk mengetahui riwayat anak, kemudian dokter dan fisioterapis memeriksa keadaan fisik anak. Dokter memeriksa mengenai struktur tulang anak dan memeriksa apakah anak memiliki penyakit lainnya. Dokter akan memberi rekomendasi kepada orangtua apabila terdapat struktur tulang yang masih dapat dibenahi dengan mengoperasinya. Setelah diperiksa kemudian dokter akan memberi rekomendasi dan hasil pemeriksaan anak ke fisioterapis untuk dijadikan pacuan dalam melakukan fisioterapi kepada anak tunadaksa. 6 Perencanaan dalam fisioterapi Perencanaan dalam fisioterapi di SLB Negeri 1 Bantul tidak dilaksanakan secara tertulis. Perencanaan dibuat dengan melihat keadaan fisik dan kebutuhan anak. Rencana yang dibuat bagi anak- anak tunadaksa yaitu dengan mengacu pada tahapan perkembangan anak normal. Misalnya anak tunadaksa sudah mampu ngesot, maka perencanaan bagi anak tersebut yaitu berdiri. 7 Evaluasi dalam Fisioterapi Evaluasi dalam fisioterapi di SLB Negeri 1 Bantul tidak dilakukan secara formal atau resmi. Evaluasi dilihat secara kasat mata oleh fisioterapis mengenai perkembangan anak tunadaksa. 58 Perkembangan dilihat dari perubahan-perubahan anak. Evaluasi tidak dilakukan secara rutin. Hasil evaluasi tidak ditulis dalam suatu catatan. Layanan fisioterapi SLB Negeri 1 Bantul belum memiliki catatan-catatan mengenai kondisi fisik anak tunadaksa baik kondisi sebelum maupun sesudah dilakukannya fisioterapi. 8 Kenyamanan anak saat diberikan fisioterapi Berdasarkan wawancara dengan anak tunadaksa, saat diberikan fisioterapi anak merasa nyaman. Mereka merasa hangat saat diberikan fisioterapi dengan infrared. Namun terkadang merasa sakit apabila saat diberikan fisioterapi terkena pada tulang. Anak tunadaksa tidak merasa takut dengan fisioterapis karena fisioterapis bersikap baik dan suka bercanda. 59 Tabel 5. Display Data Pelaksanaan Layanan Fisioterapi Di SLB Negeri 1 Bantul No. Hal Yang Diamati Deskripsi Hasil Penelitian Metode untuk mengungkap 1. Peralatan yang ada dan sering digunakan a. Peralatan yang ada di ruang fisioterapi yaitu antara lain Tangga Th, Stadystanding table, Meja goyang tri bolen, Tongkatbrace, Welker Besi, Welker Kayu, Kursi CP, Langkah th, Pasah wedge, Kursi roda tanggung, Titian Th, Bola Besar, Speda Sport, Air Jogger, Dayung, Kursi Roda Standar, Pararel besi, Kruk, Rolling, Bed, Kasur, Brace, Protese, Cermin, Box or, Vibrator, Stimulasi, dan Infrared. b. Peralatan yang sering dipakai yaitu walker, standing table , infrared, vibrator dan stimulasi. Wawancara, observasi dan dokumentasi 2. Jenis fisioterapi a. pemijatanmassage manual dan dengan alat vibrator b. penyinaran dengan infrared c. OT d. Exercise Latihan Wawancara Observasi 3. Langkah-langkah yang dilakukan dalam fisioterapi a. Penyinaran dengan infrared b. Pemijatan dengan menggunakan vibrator c. Pemijatan pada bagian-bagian yang mengalami kelainan. d. Dilanjutkan dengan latihan-latihan atau exercise Wawancara Observasi 4. Prosedur dalam fisioterapi a. Mewawancarai orang tua mengenai riwayat anak. b. Melakukan assesmen bersama dokter. Dokter memberikan surat rekomendasi dan memeberikan hasil pemeriksaan untuk ditindaklanjuti oleh fisioterapis. c. Fisioterapis akan merencanakan tujuan yang akan dicapai bagi anak sesuai keadaan anak tunadaksa. Wawancara 5. Asesmen Anak Tunadaksa a. Asesmen dilakukan bekerja sama dengan dokter yang bekerja di sekolah. Fisioterapis mewawancarai orang tua untuk mengetahui riwayat anak. b. Dokter dan fisioterapis memeriksa keadaan fisik anak. Dokter akan memberi rekomendasi kepada orangtua apabila terdapat struktur tulang yang masih dapat dibenahi dengan mengoperasinya. c. Setelah diperiksa kemudian dokter akan memberi rekomendasi dan hasil pemeriksaan anak ke fisioterapis untuk dijadikan acuan dalam melakukan fisioterapi anak. Wawancara 6. Perencanaan bagi anak tunadaksa a. Perencanaan dalan fisioterapi di SLB Negeri 1 Bantul tidak dilaksanakan secara tertulis. b. Perencamaan dilihat dari kebutuhan dan sisa kemampuan anak tunadaksa. Perencanaan dibuat dengan mengacu pada tahapan perkembangan anak normal. Wawancara 7. Evaluasi fisioterapi anak tunadaksa a. Evaluasi dalam fisioterapi di SLB Negeri 1 Bantul tidak dilakukan secara formal atau resmi. b. Evaluasi dilihat secara kasat mata oleh fisioterapis mengenai perkembangan anak tunadaksa. Perkembangan dilihat dari perubahan-perubahan anak. Wawancara 8. Kenyamanan anak saat diberikan fisioterapi. a. Anak tunadaksa merasa nyaman saat diberikan fisioterapi. b. Anak merasa sakit terkena tulang. Wawancara 60

b. Kendala Yang Dihadapi Fisioterapis Dalam Melaksanakan Layanan

Fisioterapi Berdasarkan wawancara dan observasi, kendala yang dihadapi fisioterapis dalam melaksanakan layanan fisioterapi yaitu pada saat melakukan fisioterapi dan saat melakukan asesmen. 1 Kendala dalam Melakukan Fisioterapi Setiap melakukan suatu kegiatan akan ada kendala yang dihadapai. Kendala yang dihadapi fisioterapis dalam melakukan fisioterapi kepada anak tundaksa yaitu: a Fisioterapis merasa belum memiliki kemampuan yang sangat ahli dan ilmu pengetahuan yang kurang sehingga terkadang terdapat beberepa kasus yang kurang dapat ditangani dengan maksimal. b Berpacu pada pertumbuhan anak. Setiap anak akan tumbuh dan kembang. Fisioterapis kesulitan dalam mengangkat ke kasur maupun mengangkat untuk dilatih berjalan apabila tubuh anak sudah mulai besar. c Kurangnya dukungan dari lingkungan. Fisioterapis merasa bahwa orang tua dan guru kurang berpartisipasi dalam melakukan fisioterapi. Tujuan orangtua mendampingi anak di ruang fisioterapi yaitu agar orang tua memahami cara-cara pemijatan dan exercise yang dilakukan oleh fisioterapis sehingga diharapkan orang tua mampu melatih anak saat di rumah. Fisioterapis memberikan saran kepada orang tua agar 61 anak sering dilatih di rumah, namun banyak orang tua yang tidak melakukan hal tersebut. d Anak merasa takut diberikan fisioterapi. Terdapat anak yang takut sehingga ia tidak mau diberikan fisioterapi. Ketakutan anak dapat mengakibatkan anak kencing di tempat, menangis dan tidak mau diberikan fisioterapi oleh fisioterapis. e Anak malas dan tidak selalu memiliki semangat moody untuk diberikan fisioterapi. Saat anak merasa malas, fisioterapis membujuk anak agar anak mau untuk diberikan fisioterapi. f Tingkat kekakuan pada anak merupakan salah satu kendala fisioterapis dalam melakukan fisioterapi. Kekakuan yang terjadi pada anak biasanya ditimbulkan karena otot-otot yang menegang. g Tulang pada anak-anak masih rentan. Kerentanan tulang pada anak-anak menjadi hal yang harus diperhatikan, apabila salah dalam melakukan fisioterapi pada anak maka dapat memperburuk keadaan tulang maupun keadaan anak. 2 Kendala dalam Asesmen Asesmen adalah tindakan yang dilakukan oleh fisioterapi untuk mengetahui keadaan anak tunadaksa. Tindakan asesmen dilakukan bekerja sama dengan dokter. Asesmen dilakukan bagi anak tunadaksa siswa baru yang akan sekolah di SLB Negeri 1 Bantul 62 dan dilakukan sebelum anak masuk ke sekolah. Dalam melakukan asesmen terdapat beberapa kendala yaitu: a Terdapat kelainan atau kasus yang baru. Tidak semua gangguan yang terjadi pada anak tunadaksa diketahui oleh fisioterapis. Fisioterapis terkadang menemukan kasus yang baru sehingga perlu bekerja sama dengan dokter untuk mengatasi kendala tersebut. b Anak merasa takut untuk dipegang fisioterapis. Asesmen dilakukan pada awal sebelum anak masuk sekolah, anak belum menyesuaikan dengan kedaaan lingkungan sehingga ketakutan tersebut muncul pada anak. Ketakutan tersebut membuat fisioterapis harus sedikit memaksa agar anak tundaksa mau diasesmen. c Orangtua kurang terbuka, bingung, lupa dan kurang jujur saat diwawancarai mengenai keadaan anak tunadaksa. Wawancara dilakukan untuk mengetahui riwayat anak. Saat diwawancara terdapat orang tua yang kurang terbuka, bingung, lupa dan kurang jujur dalam memberikan informasi. 63 Tabel 6. Display Data Kendala Yang Dihadapi Oleh Fisioterapis Dalam Melaksanakan Layanan Fisioterapi No. Hal Yang Diamati Deskripsi Hasil Penelitian Metode untuk mengungkap 1. Kendala yang dihadapi saat Fisioterapi a Fisioterapis merasa belum memiliki kemampuan yang sangat ahli dan ilmu pengetahuan yang masih kurang. b Berpacu pada pertumbuhan anak. Setiap anak akan bertumbuh dan berkembang. c Kurangnya dukungan dari lingkungan. d Anak merasa takut diberikan fisioterapi . e Anak malas dan tidak selalu memiliki semangat moody untuk diberikan fisioterapi. f Tingkat kekakuan pada anak merupakan salah satu kendala fisioterapis dalam melakukan fisioterapi. g Tulang pada anak-anak masih rentan. Wawancara Observasi 2. Kendala yang dihadapi saat asesmen a Terdapat kelainan atau kasus yang baru. b Anak merasa takut untuk dipegang fisioterapis. c Orangtua kurang terbuka, bingung, lupa dan kurang jujur saat diwawancarai mengenai keadaan anak tunadaksa. Wawancara 64

c. Upaya Fisioterapis Dalam Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Dalam

Melaksanakan Layanan Fisioterapi Kendala- kendala yang dihadapi fisioterapis dalam melakukan fisioterapi dan dalam asesmen diatasi dengan beberapa upaya. 1 Upaya dalam Mengatasi Kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Fisioterapi Kendala-kendala yang terjadi saat melakukan fisioterapi anak tunadaksa diatasi dengan berbagai upaya antara lain: a Fisioterapis merasa pengetahuan yang dimilikinya kurang luas sehingga apabila menemukan kasus baru yang tidak diketahui fisioterapis, mereka akan berdiskusi dengan fisioterapis ahli dan dokter yang ada di sekolah. b Apabila tubuh anak sudah mulai besar fisioterapis tidak mampu mengangkat anak, memindahkan anak. Hal tersebut diatasi dengan bekerja sama dengan wali murid untuk membantu mengangkat, memindahkan dan melatih anak. c Memberi saran kepada orang tua. Fisioterapis memberi saran agar orangtua ikut mendukung fisioterapis dengan melatih fisik anak tunadaksa di rumah. Latihan yang dilakukan di rumah akan membantu saat diberikan fisioterapi di sekolah, karena fisik anak menjadi lebih lentur. d Saat anak merasa takut, fisioterapis akan memberikan pengurangan porsi fisioterapi. Rasa sakit saat diberikan fisioterapi merupakan salah satu penyebab anak mengalami