Tujuan Penelitian Batasan Istilah

11 4 Anak tunadaksa yang mengalami kerusakan pada syaraf pusat maka akan mempengaruhi kemampuan yang lain, yaitu seperti gangguan kecerdasan, gangguan indra dan gangguan komunikasi. 5 Karakteristik lainnya yaitu nampak keadaan lemas, lumpuh, tidak mempunyai tenaga untuk bergerak dan anak tunadaksa tidak mampu bergerak secara bebas dikarenakan apabila bergerak maka keadaan tulang dapat retak. Pernyataan di atas merupakan karakteristik fisik pada anak tunadaksa, adapun karakteristik yang lain yaitu : a. IQ dan kognitif : Anak tunadaksa memiliki tingkat kecerdasan yang berentang, mulai dari idiocy sampai gifted. Sebagian anak tunadaksa jenis cerebral palsy sekitar 45 mengalami keterbelakangan mental dan 35 mempunyai tingkat kecerdasan normal dan di atas rata-rata Musjafak Assjari, 1995: 68. Anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem otot dan rangka maka tingkat kecerdasannya normal, maka anak tunadaksa yang berdasarkan tingkat kecerdasan dapat mengikuti pelajaran sama dengan anak normal sedangkan anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem cerebral, tingkat kecerdasannya bervariasi. Anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada alat tubuh tidak terdapat masalah mengenai struktur kognitifnya. Namun anak tunadaksa memiliki hambatan dalam mobilitas, sehingga 12 anak mengalami kesulitan dalam bereksplorasi dengan lingkungan, akibatnya yaitu anak memiliki pengalaman yang relatif rendah apabila dibandingkan dengan anak pada umumnya Tin Suharmini, 2009: 47. b. Indra sensoris : pada anak tunadaksa jenis cerebral palsy sering ditemui bahwa mereka juga mengalami gangguan sensoris. Gangguan sensoris antara lain kelainan penglihatan, pendengaran, dan raba. Gangguan penglihatan terjadi karena ketidakseimbangan otot-otot mata akibat kerusakan otak. Gangguan pendengaran terjadi karena anak CP sering mengalami kejang sehingga syaraf pendengaran tidak dapat berfungsi secara baik Musjafak Assjari, 1995: 67. Bagi anak tunadaksa yang bukan jenis CP biasanya tidak mengalami gangguan indrasensorisnya, namun tidak dipungkiri juga ada yang mengalami gangguan. c. Kemampuan bicarabahasa dan komunikasi: pada anak CP terjadi kelainan bicara karena ketidakmampuan dalam koordinasi motorik organ bicaranya akibat kerusakan sistem neumotor Sutjihati Somantri, 2007: 130. Pada anak tunadaksa jenis CP mengalami kelainan pada otot organ bicaranya. Otot- otot bicara yang lumpuh atau kaku akan mengganggu pembentukan artikulasi Musjafak Assjari, 1995: 70. Anak tunadaksa tipe CP berat tidak mampu berinteraksi atau 13 berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya akibatnya anak mengalami kemiskinan bahasa. d. Sosial-emosi : perkembangan emosi anak tunadaksa yang sejak kecil mengalami ketunadaksaan maka perkembngan emosinya bertahap, sedangkan bagi anak yang mengalami tunadaksa saat besar itu sebagai sesuatu yang mendadak. Sikap orangtua, keluarga, teman, dan masyarakat sangat menentukan konsep diri anak tunadaksa. Ia akan menghargai dirinya apabila lingkungan juga menghargainya Sutjihati Somantri, 2007: 130.

3. Klasifikasi Anak Tunadaksa

Musjafak Assjari 1995: 35 mengemukakan bahwa tunadaksa diklasifikasikan menjadi tiga bagian besar yaitu 1 kelainan pada sistem serbral cerebral system, 2 kelainan pada sistem otot dan rangka musculus skeletal system dan 3 kelainan tunadaksaortopedi karena bawaan congenital deformities

a. Kelainan pada sistem serebral Cerebral System disorder

Kelainan pada sistem serebral cerebral didasarkan letak penyebab kelainannya yaitu didalam sistem syaraf pusat otak dan sum-sum tulang belakang. Kerusakan yang terjadi didalam sistem syaraf pusat mengakibatkan kelainan yang krusial, karena didalam syaraf pusat terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral palsy CP.