Tujuan Fisioterapi Tinjauan Layanan Fisioterapi

24 d. Intervensi fisioterapi adalah implementasi dan modifikasi teknologi fisioterapi termasuk manual terapi, peningkatan gerak, peralatan fisik, elektroterapitik, mekanik pelatihan fungsi, penyediaan alat bantu, pendidikan pasien, konsultasi, dokumentasi, koordinasi dan komunikasi; bertujuan untuk pencegahan, penyembuhan dan pemulihan terhadap impermen, injuri, keterbatasan fungsi, disabilitas, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan, kebugaran, kualitas hidup pada individu segala umur, kelompok, masyarakat. e. Evaluasi fisioterapi adalah suatu kegiatan asesmen ulang setelah intervensi fisioterapi, identifikasi, penentuan perkembangan gerak dan fungsi untuk menentukan kelanjutan, modifikasi, penghentian atau rujukan. f. Dokumentasi fisioterapi adalah sistem pencatatan dan informasi fisioterapi yang menjamin tanggung jawab, hukum, pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan. Dokumentasi berkaitan dengan pasienklien dimasukkan ke dalam suatu catatan pasienklien, seperti laporan konsultasi, laporan pemeriksaan awal, catatan perkembangan, laporan re-evaluasi, atau ringkasan hasil pemberian pelayanan fisioterapi yang telah diberikan. Novita Intan Arovah 2010: 4 mengemukakan bahwa alur dalam pelayanan fisioterapi yaitu seperti pada gambar 1. 25 Gambar 1. Alur Kerja Penanganan Fisioterapi Diagnosis dilakukan oleh dokter. Kemudian merujuk penderita kepada ahli fisioterapi untuk menerima intervensi fisioterapi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ahli fisioterapi kemudian akan menilai ulang diagnosis dan bila memungkinkan memeriksa kembali riwayat medis terutama yang menggambarkan perjalanan penyakit serta riwayat pengobatan. Pada tahap selanjutnya, ahli fisioterapi memilih teknik yang sesuai dengan tujuan terapi, indikasi dan hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan pada penderita. Pada pemeriksaan fisik, seorang ahli fisioterapi harus menguji jangkauan gerak, kekuatan, dan fleksibilitas otot. Keseimbangan, postur dan ketahanan fisik juga dapat diperiksa dengan berbagai metode. Pemeriksaan fisik juga mengamati kelainan atau keterbatasan mobilitas. Setelah pemeriksaan fisik dilakukan, ahli fisioterapi kemudian meringkas diagnosis, rencana, tujuan serta metode fisioterapi, melaksanakan terapi dan mengevaluasi hasil terapi. Hasil evaluasi dapat dipergunakan sebagai indikasi menghentikan terapi apabila target terapi sudah dicapai. Apabila target 26 terapi belum tercapai dilakukan penyusunan rencana ulang terapi, dan seterusnya. Zuyina Luklukaningsih 2014: 187 mengemukakan bahwa selama treatmentfisioterapi anak tidak deperkenankan untuk menggunakan tenaga dengan usaha besar. Sebelum melakukan gerakan tertentu, fisioterapis harus memastikan bahwa tonus otot anak cukup normal untuk melakukan gerakan minimal dengan cara normal yang lemah. Fisioterapis harus melakukan asesmen kualiatas dari tonus otot anak tunadaksa dengan melakukan test derajat tahanan terhadap kelompok otot yang apastik dengan tindakan pasif yang sekiranya anak mampu melakukan secara mandiri. Anak harus merasakan gerakan lebih normal ketika dipegang oleh fisioterapis. Fisioterapis harus mengetahui pola- pola dan rangkaian dari gerakan normal sehingga dapat memberikan bantuan untuk memimpin gerakan anak. Beberapa peralatan digunakan dalam melakukan fisioterapi, antara lain infrared dan vibrator. Infrared adalah alat fisioterapi yang membantu melancarkan peredaran darah yang tersumbat. Sujatno, dkk 1993: 92 yang menyatakan bahwa lama terapi dengan infrared yaitu 20 menit. Peralatan yang lain yaitu vibrator. Vibrator digunakan untuk menstimulasi titik-titik akupuntur dan refleksi, serta mengendorkan otot-otot yang tegang. 27

4. Sarana dan Prasarana Fisioterapi

Menurut Mumpuniarti 2001: 135 peralatan yang seharusnya dalam ruang terapi fisikfisioterapi yaitu antara lain: a. Cermin besar pada tempat yang terang. Ini bertujuan agar memberi kesempatan kepada anak untuk mengontrol sikap tubuhnya. b. Ruang bermain bebas yang cukup lapang, diberi rel pegangan dan dilengkapai dengan alat bermain anak agar anak merasa aman dalam bermain dan dapat bergerak secara bebas, c. Alat-alat untuk latihan senso motoris, seperti alat untuk mengenal warna, bentuk, dan peralatan untuk latihan koordinasi motorik kasar maupun koordinasi motorik halus. d. Alat-alat untuk terapi okupasional, alat-alat untuk latihan prakarya dan ekpresi bidang seni. e. Alat-alat yang dapat digunakan olahraga dan bermain serta senam yang khusus bagi anak tunadaksa.

C. Tinjauan Peran Guru dalam Membina Kemampuan Fisik Anak

Tunadaksa Guru memiliki peran yang stategis terhadap hal membina kemampuan fisik anak tunadaksa, ini dikarenakan guru memiliki jumlah waktu bersama anak tunadaksa setiap hari. Abdul Salim 1996: 175-176 mengemukakan bahwa :