Pengertian Anak Tunadaksa Tinjauan Anak Tunadaksa

13 berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya akibatnya anak mengalami kemiskinan bahasa. d. Sosial-emosi : perkembangan emosi anak tunadaksa yang sejak kecil mengalami ketunadaksaan maka perkembngan emosinya bertahap, sedangkan bagi anak yang mengalami tunadaksa saat besar itu sebagai sesuatu yang mendadak. Sikap orangtua, keluarga, teman, dan masyarakat sangat menentukan konsep diri anak tunadaksa. Ia akan menghargai dirinya apabila lingkungan juga menghargainya Sutjihati Somantri, 2007: 130.

3. Klasifikasi Anak Tunadaksa

Musjafak Assjari 1995: 35 mengemukakan bahwa tunadaksa diklasifikasikan menjadi tiga bagian besar yaitu 1 kelainan pada sistem serbral cerebral system, 2 kelainan pada sistem otot dan rangka musculus skeletal system dan 3 kelainan tunadaksaortopedi karena bawaan congenital deformities

a. Kelainan pada sistem serebral Cerebral System disorder

Kelainan pada sistem serebral cerebral didasarkan letak penyebab kelainannya yaitu didalam sistem syaraf pusat otak dan sum-sum tulang belakang. Kerusakan yang terjadi didalam sistem syaraf pusat mengakibatkan kelainan yang krusial, karena didalam syaraf pusat terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral palsy CP. 14 Cerebral palsy dapat diklasifikasikan menurut : a. derajat kecacatan b. topografi anggota badan yang cacat dan c. Sosiologi kelainan geraknya. Menurut derajat kecacatan, cerebral palsy dapat digolongkan atas: golongan ringan, golongan sedang, dan golongan berat. 1. Golongan ringan yaitu mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, mampu berbicara tegas, mampu menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang termasuk tunadaksa golongan ringan dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya. 2. Golongan sedang yaitu mereka yang membutuhkan treatment atau latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu penyangga kaki, kruktongkat sebagai penopang dalam berjalan. 3. Golongan berat yaitu anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.