Adapun kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik seperti mudah marah, cemas, tertekan depresi, bersikap kejam atau senang mengganggu
orang lain, sulit untuk menghindari perilaku menyimpang meski sudah diperingati atau dihukum, suka berbohong, hiperaktif, memusuhi semua bentuk otoritas, senang
mencemooh, sulit tidur, kurang memiliki tanggung jawab, minim kesadaran beragama, pesimis, dan kurang bergairah Yusuf, 2004 : 131.
7. Perkembangan Moral
Menurut Shaffer dalam Ali dan Anshori, 2004: 136 moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi.
Rogers juga berpendapat bahwa moral merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan
masyarakat. Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya.
Anak memperoleh nilai-nilai moal dari lingkungannya terutama orang tua. Beberapa sikap orang tua perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan
moral anak, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Konsisten dalam mendidik anak.
2. Sikap orang tua dalm keluarga. 3. Penghayatan dan pengalman agama yang dianut.
4. Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma Yusuf, 2004 : 133. John Dewey yang kemudian dijabarkan oleh Jean Piaget dalam Ali dan
Anshori, 2004 : 137-139 mengemukakan tiga tahap perkembangan moral
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1. Tahap Pra Konvensional. Pada tahap ini, anak mengenal aik-buru, benar-salah suatu perbuatan dari sudut konsekuensi menyenangkan atau menyakiti secara
fisik, atau enak tidaknya akibat perbuatan yang diterima. 2. Tahap Konvensional. Pada tingkat ini anak memandang perbuatan baik-benar
atau berhrga bagi dirinya apabila dapat memenuhi harapan keluarga, kelompok atau bangsa.
3. Tahap Pasca Konvensional. Ada usaha individu untuk mengartikan nilai atau prinsip moral yang dapat diterapkan terlepas dari otoritas kelompok, pendukung
atau orang yang menganut prinsip moral tersebut.
8. Perkembangan Kreativitas
Torrance dalam Ali dan Anshori, 2004 : 43 mengatakan bahwa agar potensi kreatif individu dapat diwujudkan diperlukan kekuatan-kekuatan pendorong dari
luar yang didasari oleh potensi dari dalam individu tersebut. Selanjutnya ia kemudian mendefinisikan kreativitas sebagai proses kemampuan memahami
kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru dan mengomunikasikan hasilnya serta sedapat mungkin
memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan. Pendekatan yang dilakukan dalam studi kreativitas dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu pendekatan psikologis dan pendekatan sosial. Dedi Supriadi dalam Ali dan Asrori, 2004: 40 mengatakan bahwa pendekatan psikologis lebih melihat
kreativitas dari segi kekuatan yang ada dalam diri individu sebagai faktor yang menentukan seperti intelegensi, bakat, motivasi, sikap, minat, dan disposisi
kepribadian lainnya. Sedangkan pendekatan sosiologis berasumsi bahwa kreativitas individu merupakan hasil dari proses interaksi sosial, dimana individu dengan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
segala potensi dan disposisi kepribadiannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat individu berada, yang meliputi ekonomi, politik, kebudayaan dan peran
keluarga Ali dan Anshori, 2004 : 45.
2.4 Kesejahteraan Sosial
2.4.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial