Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu
kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Berikut adalah laju dari perkembangan bahasa pada anak.
a. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif, seperti “bapak makan”. b. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif menyangkal.
c. Pada usia selanjutnya anak dapat menyusun pendapat kritikan, keragu-raguan, dan menarik kesimpulan analogi Yusuf, 2004 : 119.
5. Perkembangan Hubungan Sosial
Alisyahbana, dkk dalam Ali dan Ansori, 2004: 85 mendefenisikan Hubungan Sosial sebagai “cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan
bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Selain itu hubungan sosial juga dapat diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-
norma kelompok, moral, dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan berkomunikasi.
Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam Arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial,
anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman
bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya Yusuf, 2004: 122.
Melalui pergaulan atau hubungan sosial, anak mulai mengembangkan bentuk- bentuk tingkah laku sosial seperti pembangkangan negativisme, agresi
aggression, berselisih bertengkar, menggoda, persaingan, kerja sama, tingkah
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
laku berkuasa, mementingkan diri sendiri, simpati maupun bentuk tingkah laku sosial lainnya. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya. Apabia lingkungan sosial itu baik maka anak akan mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Namun, apabila lingkungan sosial itu
kurang kondusif, seperti perlakuan yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan norma maupun tata karma
cenderung menampilkan perilaku maladjustment, seperti perasaan minder, senang mendomiasi orang lain, egois, senang menyendiri, kurang memiliki tenggang rasa,
kurang mempedulikan norma dalam berperilaku Yusuf, 2004 : 124,125.
6. Perkembangan Kepribadian
MAY dalam Yusuf, 2004: 126 mengartikan kepribadian sebagai “a social stimus value”. Jadi menurutnya cara orang lain mereaksi, itulah kepribadian
individu. Dalam kata lain, pendapat orang lainlah yang menentukan kepribadian individu itu. Gordon W. Allport kemudian mendefenisikan kepribadian sebagai
organisasi dinamis dalam diri individu sebagai system psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
E.B Hurlock dalam Yusuf, 2004 : 130 mengemukakan bahwa kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Mampu menilai diri secara relistik. Individu mampu menilai dirinya sebagai apa adanya, baik kelebihan maupun kekurangannya yang menyangkut fisik dan
kemampuan. b. Mampu menilai situasi secara realistik. Individu mampu menghadapi situasi
atau kondisi kehidupan secara realistik dan mau menerimanya secara wajar.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik. Individu tidak mereaksi keberhasilan prestasinya dengan perasaan superiority complex, maupun dengan
perasaan frustasi apabila menghadapi kegagalan. d. Menerima tanggung jawab. Individu mampu bertanggung jawab dn mengatasi
masalah yang dihadapinya. e. Kemandirian. Individu memiliki sikap mandiri dalam berfikir dn bertindak.
Mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku.
f. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dapat menghadapi situasi frustasi, depresi, ataupun stress.
g. Berorientasi tujuan. Dapat merumuskan tujuan berdasarkan pertimbangan yang matang dan berupaya mencapai tujuan tersebut dengan mengembangkan
kepribadian wawasan dan keterampilan. h. Berorientasi keluar. Individu mampu bersikap respek, empati terhadap orang
lain, mempunyai keperdulian terhadap situasi atau masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikirnya.
i. Penerimaan sosial. Individu dinilai positif oleh orang lain, mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, dan memiliki sikap bersahabat dengan orang lain.
j. Memiliki filsafat hidup. Mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup dan berakar dari keyakinan agama.
k. Berbahagia. Mampu mewarnai kehidupannya dengan kebahagiaan yang didukung oleh faktor pencapaian prestasi, penerimaan dari orang lain, dan
perasaan dicintai atau disayangi orang lain.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Adapun kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik seperti mudah marah, cemas, tertekan depresi, bersikap kejam atau senang mengganggu
orang lain, sulit untuk menghindari perilaku menyimpang meski sudah diperingati atau dihukum, suka berbohong, hiperaktif, memusuhi semua bentuk otoritas, senang
mencemooh, sulit tidur, kurang memiliki tanggung jawab, minim kesadaran beragama, pesimis, dan kurang bergairah Yusuf, 2004 : 131.
7. Perkembangan Moral