maupun tingkah laku anak tersebut. Seperti pada Laila, perasaan cinta pada lawan jenis yang semakin menonjol akibat kekerasan seksual yang ia alami membuat perilaku Laila
terlihat lebih agresif terhadap lawan jenis daripada anak-anak seusianya. Selain itu Laila juga terlihat tidak mampu dan berani mengeluarkan beberapa emosi pada situasi
maupun kondisi tertentu. Hal tersebut membuat tingkah laku Laila terkesan tidak begitu perduli dan tanggap dengan lingkungan sekitarnya.
Hal serupa juga dirasakan oleh juwita, rasa takut akan kejadian yang menimpanya membuat Juwita enggan bersosialisasi dengan orang lain terutama dengan
lelaki. Selain itu perasaan menyesal dan malu juga masih kerap ia rasakan, hal tersebut berdampak pada perubahan perkembangan emosi Juwita seperti mudah menangis jika
mengingat kejadian yang ia alami serta penyesalan berlebih kepada kedua orang tuanya atas kondisi yang ia alami.
Pada kondisi Sari dapat kita amati bahwa masih terdapat emosi kebencian yang membuat ia enggan bertemu dengan pelaku. Namun secara keseluruhan, kekerasan
seksual yang dialami sari memang tidak terlalu berdampak pada kondisi perkembangan emosinya. Tidak terlihat perubahan emosi yang menonjol dalam keseharian Sari setelah
kekerasan seksual yang ia alami. Hal itu juga dapat diamati pada tingkah lakunya sari sehari-hari, ia terlihat tidak memiliki ketakutan yang berlebih seperti yang terjadi pada
diri Laila dan Juwita. Selain itu Sari juga tetap terlihat riang dalam berinteraksi sehari- hari. Meskipun begitu, sari sempat merasa malu karena ejekan yang kerap ia terima dari
teman-temannya.
5.4 Perkembangan Bahasa
Menurut Yusuf, bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana
Universitas Sumatera Utara
fikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat,
bilangan, lukisan dan mimik muka Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan
bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Selain itu bahasa juga memiliki kaitan erat dengan perkembangan berfikir
individu Yusuf, 2004 : 118, 119. Laila adalah anak yang tergolong tidak terlalu sulit berinteraksi dengan orang
baru, hal itu terlihat dari cara Laila berinteraksi dengan peneliti. Pada pertemuan pertama peneliti dengan Laila, ia tampak tidak takut dan tidak canggung dalam
berinteraksi maupun menjawab pertanyaan dari peneliti. Meskipun begitu sesekali ia terlihat mudah terintervensi dengan teman-teman maupun orang-orang disekitarnya
dalam menjawab pertanyaan. Ia lebih memilih mengikuti perkataan orang disekitarnya daripada mengemukakan pendapatnya sendiri.
Dalam kesehariannya Laila adalah anak yang cukup pendiam. Selama bermain dengan teman-temannya Laila terlihat jarang berbicara dan lebih memilih
mendengarkan interaksi teman-temannya. Selain itu ia juga terlihat lebih banyak mengikuti alur permainan teman-temannya daripada membuat alur permainannya
sendiri. Ia juga tidak terlalu berani mengemukakan keinginannya. Ketika teman- temannya berani meminta keinginan mereka, Laila lebih memilih diam sambil
memperhatikan teman-temannya dan baru akan mengemukakan keinginannya ketika ditanyakan oleh orang lain. Meskipun begitu ia tetap terlihat riang berinteraksi dengan
teman-temannya. Akibat perkembangan intelektual Laila yang terhambat, ia terlihat sulit
berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari. Ia sering kali sulit
Universitas Sumatera Utara
mengerti atau memahami pembicaraan dan perkataan yang disampaikan oleh lawan bicaranya sehingga ia kemudian akan memberikan jawaban yang tidak berhubungan
dengan topik pembicaraan. Hal tersebut juga terlihat ketika peneliti melakukan wawancara dengan Laila. Selama proses wawancara dilakukan, Laila beberapa kali
terlihat kesulitan dalam memahami pertanyaan dari peneliti. Selain itu Laila juga kerap memberikan jawaban yang melenceng dari topik pembicaraan dan tidak sesuai dengan
kenyataan atau kejadian yang sebenarnya. Ibu Irianti juga mengaku bahwa akibat kekerasan seksual yang dialami oleh
Laila, ia kini terlihat lebih lambat dan sulit berkomunikasi dengan orang lain. Dalam kesehariannya Laila sering berbicara tidak sesuai dengan alur pembicaraan. Berikut
penuturan Ibu irianti atau Uwak Laila tersebut : “Ya kayak ginilah,agak-agak paoklah, kalau ngomong sama orang dia sukak
gak nyambung, sering ngelantur kalau sekarang”. Menurut penuturan ibu Irianti, sebelumnya Laila memang anak yang tidak
terlalu banyak berbicara. Namun semenjak kekerasan seksual yang ia alami, sekarang Laila terlihat lebih pendiam dan takut untuk mengutarakan pendapat ataupun
keinginannya. Meskipun begitu, Laila terlihat tidak terlalu sulit ketika menceritakan perasaan yang ia rasakan. Berikut penuturan ibu Irianti :
“ Memang kecil agak pendiam dia, gak pala banyak kali cakapnya. Cuma semenjak kejadian itu, ya makin jarang ngomong, makin kayak takut kalau
ngomong ntah dia mau apa atau dia mikir apa. Tapi kalau cerita gak pala takut dia, dulupun pas sebelum ketauan kejadian itu, dia udah ada cerita sama orang.
Cuma waktu itu orang gak percaya. Sampek pas dia cerita sama mamaknya pun kenak marah, difikir ngarang-ngarang. Udah gitu kalau ditanyain yang soal
kemaren pun mau dijawabnya, gak berapalah takutnya kalau cerita aja”. Selain pada Laila dampak kekerasan seksual juga dapat kita lihat pada
perkembangan bahasa Juwita. Ia menjadi lebih takut ketika berkomunikasi dengan kedua orang tuanya. Selain itu Juwita juga mengaku enggan mengatakan keinginan
Universitas Sumatera Utara
maupun pendapatnya kepada kedua orang tuanya. Hal tersebut dikarenakan rasa bersalah yang ia rasakan karena telah mengecewakan kedua orang tuanya. Berikut
penuturan Juwita: “Kalau sekarang wita gk berani kalau bilang sama mamak, terkadang kalau
mamak gk kasi wita keluar pun yaudah wita gak keluar. Wita takut kenak marah mamak, takut ngecewain orang tua lagi”.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh ibu kandung Juwita. Ia mengatakan bahwa
setelah kekerasan seksual yang dialami oleh anaknya tersebut, Juwita memang terlihat lebih tertutup dalam menyampaikan keinginan maupun pendapatnya. Ia juga
menambahkan bahwa sekarang Juwita lebih terlihat enggan berkomunikasi dengan orang tuanya. Berikut penuturan ibu Juwita:
“Semenjak kejadian ini dia lebih banyak diam, takut ngomong apa-apa. Kalau dulu dia berani mintak sesuatu, kayak minta bonding, atau minta apa, kalau
sekarang dia jadi agak kayak takut sama mamaknya”. Pada teman-temannya, Juwita mengaku tidak mengalami masalah dalam
berkomunikasi. Sekalipun begitu Juwita mengaku tetap merasa malu jika harus bercerita mengenai kondisi yang ia alami. Berikut penuturan Juwita:
“Kalau sama kawan nggak kak, justru makin deket, nanti orang itu sering bilang sama wita supaya wita sabar aja. Cuman kalau cerita soal kejadian itu Juwita
jarang kak, soalnya wita malu, orang itu pun ya nggak maksa nanyak-nanyak”.
Tidak seperti Laila dan Juwita yang cenderung semakin tertutup dan takut untuk mengungkapkan fikiran maupun perasaannya, Sari terlihat tidak menunjukkan tanda-
tanda tersebut. Kondisi perkembangan bahasa Sari terlihat tidak terlalu terganggu akibat kekerasan seksual yang ia alami. Dalam kesehariannya Sari justru terlihat lebih
menonjol dan berani dalam mengungkapkan pendapat maupun keinginannya dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Selain itu Sari juga terlihat tidak
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu juga
Universitas Sumatera Utara
dibenarkan oleh nenek Marulia, menurut penuturan nenek marulia Sari memang tidak mengalami perubahan dalam interaksinya sehari-hari.
Hal itu juga terlihat melalui hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Ketika bermain, Sari terlihat berinteraksi dengan normal bersama teman-temannya. Ia tidak
terlihat mengalami kesulitan dalam memahami maupun mengerti apa yang disampaikan oleh lawan bicaranya. Selain itu, ia juga banyak mengungkapkan ide maupun
pendapatnya ketika menentukan dan mengikuti alur permainan. Melalui wawancara mendalam maupun hasil obsevasi yang dilakukan, terlihat
dampak dalam perkembangan bahasa yang terjadi pada Laila dan Juwita akibat kekerasan seksual yang mereka alami. Pada diri Laila perkembangan intelektualnya
yang terhambat membuat Laila terlihat kesulitan dalam memahami dan mengerti perkataan lawan bicaranya. Selain itu Laila juga lebih takut dalam mengemukakan
pendapat maupun keinginannya. Dalam kesehariannya Laila lebih terlihat diam dan cenderung hanya mengikuti teman-temannya daripada mengungkapkan keinginan
maupun fikirannya. Meskipun begitu ia tidak terlihat tertutup ketika berinteraksi dengan orang lain. Laila tidak terlihat enggan dalam bercerita maupun menjawab
pertanyaan ketika ditanyai oleh lawan bicaranya. Dampak kekerasan seksual juga terlihat pada perkembangan bahasa Juwita.
Semenjak kekerasan seksual yang ia terima, Juwita kini merasa lebih takut dalam mengungkapkan keinginan maupun pendapatnya terutama pada kedua orang tuanya.
Selain itu juwita juga menjadi lebih tertutup dengan lingkungan sekitarnya jika hal itu berkaitan dengan kondisi yang ia alami. Rasa malu dan bersalah membuat Juwita lebih
banyak menyendiri dan tertutup dalam mengungkapkan perasaan maupun fikirannya. Berbeda dengan kondisi Laila dan Juwita, kekerasan seksual yang dialami oleh
Sari terlihat tidak berdampak pada perkembangan bahasanya. Dalam kesehariannya
Universitas Sumatera Utara
Sari terlihat tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi maupun berkomunikasi dengan teman-temannya. Ia juga tidak terlihat mengalami masalah dalam
mengungkapkan fikiran maupun pendapatnya.
5.5 Perkembangan Hubungan Sosial