Fase Perkembangan Anak Perkembangan Anak

lebih merujuk pada pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru.

2.3.2 Fase Perkembangan Anak

Untuk mendapatkan wawasan yang jelas mengenai perkembangan anak, orang membagi perkembangan anak dalam beberapa periode dengan alasan pada fase perkembangan tertentu, anak secara umum memperlihatkan ciri dan tingkah laku karakteristiknya. Pada umumnya, sarjana-sarjana ilmu jiwa anak mengemukakan pembagian periode perkembangan anak menurut pertimbangannya sendiri. Aristoteles dalam Kartono, 1995 : 28 membagi masa perkembangan selama 21 tahun kedalam 3 stepnia yang dibatasi 2 gejala alamiah yang penting yaitu 1 pergantian gigi dan 2 munculnya gejala pubertas. Pembagian tersebut adalah : a. 0-7 tahun, disebut sebagai masa kecil, masa bermain. b. 7-14 tahun, masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah. c. 14-21 tahun, masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa. Kemudian Charlot Buhler dalam Kartono, 1995 : 28 membagi masa perkembangan anak menjadi: 1. Fase pertama, 0-1 tahun : masa menghayati obyek-obyek diluar diri sendiri, dan saat melatih fungsi-fungsi terutama fungsi motorik. 2. Fase kedua, 2-4 tahun : masa pengenalan dunia obyektif diluar diri sendiri, disertai penghayatan subyektif. Mulai dari pengenalan AKU sendiri dengan bantuan bahasa dan kemauan sendiri. Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan pengamatan obyektif dirinya melainkan memindahkan keadaan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara batinnya pada benda-benda diluar dirinya. Karena itu ia berbicara dengan boneka ataupun kelinci sperti betul-betul memiliki sifat yang dimilikinya sendiri. Fase ini disebut pula fase bermain dengan subyektifitas menonjol. 3. Fase ketiga, 5-8 tahun : masa sosialisasi anak. Pada saat ini anak mulai memasuki masyarakat misalnya taman kanak-kanak, pergaulan dengan kawan sepermainan, dan sekolah rendah. Anak mulai belajar mengenal dunia sekitar dengan objektif. 4. Fase keempat, 9-11 tahun : masa sekolah rendah. Pada titik ini anak mencapai onyektivitas tertinggi. Pada fase ini anak mulai menemukan diri sendiri yaitu secara tidak sadar mulai berfikir tentang diri pribadi. Pada waktu ini, anak sering kali mengasingkan diri. 5. Fase kelima, 14-19 tahun : masa tercapainya sintesa antara sikap kedalam batin sendiri dengan sikap keluar kepada dunia obyektif. Setelah berumur 16 tahun anak melepaskan diri dari persoalan tentang diri sendiri. Ia lebih mengarahkan minatnya pada lapangan hidup yang lebih konkrit yang dahulu hanya dikenal secara subyektif. Diantara subyek dan obyek yang dihayatinya mulai terbentuk satu sintese. Dengan tibanya masa ini, tamatlah masa perkembangan remaja dimana individu kemudiam memasuki batas kedewasaan. Fase perkembangan secara psikologis ditandai oleh para ahli melalui masa kegoncangan dimana apabila perkembangan itu dapat dilukiskan sebagai proses evolusi, maka pada masa kegoncangan itu evolusi berubah menjadi revolusi. Pada masa perkembangan umumnya individu mengalami masa kegoncangan dua kali yaitu pada kira-kira tahun ketiga atau keempat dan pada permulaan masa pubertas. Berdasarkan dua masa kegoncangan tersebut, perkembangan individu dapat digambarkan melalui tiga periode atau masa, yaitu : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 1. Dari lahir sampai masa kegoncangan pertama tahun ketiga atau keempat yang biasa disebut masa kanak-kanak. 2. Dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua yang biasa disebut masa keserasian bersekolah. 3. Dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan Yusuf, 2004 : 22.

2.3.3 Aspek-Aspek Perkembangan Anak

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Korban Kekerasan Seksual Pada Anak Dampingan Yayasan Pusaka Indonesia

3 35 153

KORBAN KEKERASAN SEKSUAL: STUDI KASUS PENYIMPANGAN SEKSUAL TERHADAP ANAK Korban Kekerasan Seksual: Studi Kasus Penyimpangan Seksual Terhadap Anak Di Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 2 16

KORBAN KEKERASAN SEKSUAL STUDI KASUS PENYIMPANGAN SEKSUAL TERHADAP ANAK Korban Kekerasan Seksual: Studi Kasus Penyimpangan Seksual Terhadap Anak Di Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 2 11

Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Korban Kekerasan Seksual Pada Anak Dampingan Yayasan Pusaka Indonesia

0 0 17

Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Korban Kekerasan Seksual Pada Anak Dampingan Yayasan Pusaka Indonesia

0 0 2

Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Korban Kekerasan Seksual Pada Anak Dampingan Yayasan Pusaka Indonesia

0 0 9

Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Korban Kekerasan Seksual Pada Anak Dampingan Yayasan Pusaka Indonesia

0 0 42

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kekerasan terhadap Anak (Child Abuse) 2.1.1 Pengertian Anak - Dampak Kekerasan Seksual terhadap Perkembangan Anak (Studi Kasus Anak Korban Kekerasan Seksual di Yayasan Pusaka Indonesia Sumatera Utara)

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Dampak Kekerasan Seksual terhadap Perkembangan Anak (Studi Kasus Anak Korban Kekerasan Seksual di Yayasan Pusaka Indonesia Sumatera Utara)

0 1 12

DAMPAK KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK (Studi Kasus Anak Korban Kekerasan Seksual di Yayasan Pusaka Indonesia Sumatera Utara)

0 0 10