SMPMTs Kelas VIII
112
Seni Budaya
203 dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Di
Sidrap, suami ibu Nani, Andi Sapada Mappangile almarhum, pernah menjadi bupati di awal 1960-an sehingga di sana memang
ibu Nani membina kesenian daerah. Pada 1975-2002 ia menulis delapan buku tentang kesenian
dan kebudayaan empat etnis di Sulawesi Selatan. Pernah diundang ke Inggris dan Belanda tahun 1991 untuk memberi
ceramah tentang kostum tari dari Sulawesi Selatan. Ia juga pernah memberi ceramah pada Lembaga Kebudayaan Indonesia
di Moskwa tahun 1996 serta membuat VCD tari empat kelompok etnis di Sulawesi Selatan tahun 2001.
Sumber: Wikipedia dan berbagai sumber media
C. Uji Kompetensi 1. Pengetahuan
a. Kalian telah melakukan praktik tari tradisi dengan menggunakan rebana dan selendang.
b. Sekarang isilah identitas kalian pada lembar kerja siswa sesuai dengan kolom yang telah disediakan.
c. Isilah kolom lembar kerja peserta didik sesuai dengan kolom yang tersedia.
d. Identiikasikan nama tarian yang menggunakan properti rebana dan selendang.
Bab 14 - Buku Siswa Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran
Guru mengembangkan alat evaluasi sesuai dengan kebutuhan pokok bahasan. Prinsip evaluasi mencakup tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Pada pembelajaran seni tari hindari evaluasi dengan pilihan ganda. Guru dapat mengembangkan evaluasi pengetahuan dengan
model isian atau uraian.
Seni Budaya Buku Guru
113
Pengayaan Pembelajaran
Pengayaan dapat diberikan kepada siswa. Pengayaan materi diberikan secara horizontal yaitu lebih memperdalam dan memperluas
pengetahuan serta keterampilan. Guru dapat mencari materi pengayaan dari media dan sumber belajar lain. Guru juga dapat meminta siswa
untuk mencari materi pengayaan sesuai dengan topik dan materi yang dipelajari. Di bawah ini merupakan pengayaan untuk guru tetapi dapat
pula diberikan kepada siswa berdasarkan dari materi ini.
Ekspresi dalam tari
Tari merupakan bahasa gerak yang ingin dikomunikasi kepada se
tiap orang. Sebagai salah satu bentuk bahasa, maka ekspresi penyampai menjadi kunci keberhasilan pesan bisa dimengerti
oleh orang lain. Pelaku tari dalam menyampaikan pesan tidak hanya melalui eks presi bahasa gerak, tetapi juga ekspresi muka. Dengan
demikian antara ekspresi gerak, musik, keindahan, dan eskpresi muka merupakan satu kesatuan totalitas yang harus dimiliki oleh
seorang pelaku tari. Suryobrongto menyatakan bahwa ekspresi muka harus seimbang dengan ekspresi gerakannya. Keduanya harus
diatur oleh jiwa. Jiwalah yang akan menentukan “intensiteit” dari eskpresi itu. Tanpa pengisian jiwa, tari akan kurang hidup, kosong,
tanpa “diepte”, dangkal, tidak bergaya “stijloos” dan tanpa karakter karakterloos.
Jadi seorang pelaku tari tidak hanya mampu melakukan gerak semata, tetapi juga dibutuhkan olah keterampilan menjiwai gerak.
Penjiwaan pun harus datang dari dalam dirinya sendiri, bukan karena paksaan. Dengan demikian tari akan tampak hidup dan menyatu
dengan dengan pelakunya. Untuk mencapai tingkatan penjiwaan yang dalam, tentu membutuhkan keterampilan interpersonal
memadai. Seseorang yang mempunyai kemampuan interpersonal mema dai
akan menjadi pelaku tari yang baik. Sebab, seperti dikatakan Edi Sedyawati bahwa rasa indah yang dihayati tidak semata-mata tumbuh