Agama Buddha Agama Buddha dimulai dari India dan menyebar ke seluruh China sekitar

oleh kegiatan manusia. Roh-roh yang lebih kuat dianggap memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kehidupan manusia dan mengendalikan kegiatan manusia. Ajaran Dao itu mencakup roh di surga, roh di bumi, Dewa-dewa pada rumah tangga, Dewa-dewa di kuil, dan roh-roh baik dan jahat. Kepercayaan seperti ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2: Kepercayaan terhadap Makhluk Gaib pada Sistem Religi Dao Taoisme Jenis Makhluk Gaib Contoh Makhluk Gaib Roh di surga Misalnya, Tien gong; roh bintang; angin; hujan; guntur; dan roh yang bercahaya Roh di bumi Misalnya, Tu Di Gong; dewa kayu dan api; jalan air atau roh air Dewa-dewa rumah tangga Misalnya, dewa dapur; dewa kemasyhuran; dewa kemakmuran; dewa umur panjang Dewa-dewa kuil Misalnya, Na Cha; dewa monyet; dewa- dewa sembilan kaisar Roh-roh baik dan jahat Roh-roh baik dipercaya sebagai dewa daerah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari, sementara roh-roh jahat dipercaya sebagai roh orang-orang yang telah mati yang tidak mau melepaskan kehidupan dunia.

4.1.3 Agama Buddha Agama Buddha dimulai dari India dan menyebar ke seluruh China sekitar

abad peertama sebelum Masehi. Awalnya Siddhartha Gautama 563-483 S.M., seorang pangeran, yang pada saat lahir diramalkan akan menjadi penyelamat dunia. Ayahnya, sang raja, karena takut ramalan itu benar, sengaja mengasingkan Siddhartha Gautama dari dunia di luar istana. Pada suatu hari ketika Siddhartha Gautama dewasa, dia berhasil menyelinap keluar dari istana, dan dikejutkan dengan kemiskinan serta Universitas Sumatera Utara penderitaan yang dilihatnya di antara rakyat biasa. Dihadapkan dengan hal ini dan juga ketidakmampuan untuk mengubah kenyataan, Siddhartha Gautama meninggalkan istana, dia tinggal di bawah sebuah pohon untuk bermeditasi tentang kehidupan. Dipercayai bahwa melalui masa meditasinya, dia mendapatkan pencerahan mengenai kehidupan dan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan. Itulah awal kali kelahiran agama Buddha di dunia ini. Adapun inti ajaran agama Buddha ini adalah sebagai berikut. Buddha diagungkan bukan karena kekayaan, keindahan, atau lainnya. Beliau diagungkan karena kebaikan, kebijaksanaan, dan pencerahan-Nya. Inilah alasan mengapa umat Buddha, menganggap ajaran Buddha sebagai jalan hidup tertinggi. Berikut ini adalah keunggulan-keunggulan yang menumbuhkan kekaguman umatnya terhadap ajaran Buddha, sebagai hasil wawancara dengan dua narasumber penulis, yaitu Pak Susanto Wijaya dan Pak Aliang selama kurun waktu 2014 . 1. Ajaran Buddha tidak membedakan kelas kasta. Buddha mengajarkan bahwa manusia menjadi baik atau jahat bukan karena kasta atau status sosial, bukan pula karena percaya atau menganut suatu ajaran agama. Seseorang baik atau jahat karena perbuatannya. Dengan berbuat jahat, seseorang menjadi jahat, dan dengan berbuat baik, seseorang menjadi baik. Setiap orang, apakah ia raja, orang miskin atau pun orang kaya, dapat masuk surga atau neraka, atau mencapai Nirvana, dan hal itu bukan karena kelas atau pun kepercayaannya. 2. Agama Buddha mengajarkan belas kasih yang universal. Buddha mengajarkan umatnya untuk memancarkan metta kasih sayang dan cinta kasih kepada semua makhluk tanpa kecuali. Terhadap manusia, janganlah membedakan Universitas Sumatera Utara bangsa. Terhadap hewan, janganlah membedakan jenisnya. Metta harus dipancarkan kepada semua hewan termasuk yang terkecil seperti serangga. Hal ini berbeda dengan beberapa agama lain yang mengajarkan bahwa hewan diciptakan Tuhan untuk kepentingan kelangsungan hidup manusia, sehingga membunuh makhluk selain manusia bukanlah kejahatan. Beberapa agama bahkan membenarkan membunuh orang bersalah yang menentang agamanya. 3. Dalam ajaran Buddha, tidak seorang pun diperintahkan untuk percaya Sang Buddha tidak pernah memaksa seseorang untuk mempercayai ajaran-Nya. Semua adalah pilihan sendiri, tergantung pada hasil kajian masing-masing individu. Buddha bahkan menyarankan, “Jangan percaya apa yang Ku katakan kepadamu sampai kamu mengkaji dengan kebijaksanaanmu sendiri secara cermat dan teliti apa yang Kukatakan.” Hal ini pun berbeda dengan agama lain yang melarang pengikutnya mengkritik ajarannya sendiri. Ajaran Buddha tidak terlalu dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan dan kritik-kritik terhadap ajaran- Nya. Jelaslah bagi umat Buddha bahwa ajaran Buddha memberikan kemerdekaan atau kebebasan berpikir. 4. Agama Buddha mengajarkan diri sendiri sebagai pelindung. Buddha bersabda, “Jadikanlah dirimu pelindung bagi dirimu sendiri. Siapa lagi yang menjadi pelindungmu? Bagi orang yang telah berlatih dengan sempurna, maka dia telah mencapai perlindungan terbaik.” Ini dapat dibandingkan dengan pepatah bahasa Inggris, “God helps those who help themselves,” maksudnya Tuhan menolong mereka yang menolong dirinya sendiri. Inilah ajaran Buddha yang menyebabkan umat Buddha mencintai kebebasan, kemerdekaan, dan menentang segala bentuk perbudakan dan penjajahan. Buddha tidak pernah mengutuk seseorang ke neraka atau pun menjanjikan seseorang ke surga atau Universitas Sumatera Utara Nibbana; karena semua itu tergantung akibat dari perbuatan tiap-tiap orang, sementara Buddha hanyalah guru atau pemimpin. Seperti tertulis dalam Dhammapada, “Semua Buddha, termasuk Saya, hanyalah penunjuk jalan.” Pilihan untuk mengikuti jalan-Nya atau tidak, tergantung pada orang yang bersangkutan. Hal ini pula yang membedakan dengan agama lain yang percaya Tuhan dapat menghukum orang ke neraka atau mengirimnya ke surga. Tatkala orang melakukan segala jenis dosa, jika dia memuja, berdoa, dan menghormati Tuhan, maka Tuhan akan menunjukkan cinta-Nya dan mengampuni orang tersebut. Hal ini membuat orang menjadi terdorong untuk tidak peduli, sebesar apapun dosanya, jika dia memuja Tuhan, dia akan diampuni. Karena ini pulalah, dia akan terbiasa menunggu bantuan orang lain daripada berusaha dengan kemampuan sendiri. 5. Agama Buddha adalah agama yang suci. Yang dimaksudkan di sini adalah agama tanpa pertumpahan darah. Dari awal perkembangannya sampai sekarang, lebih dari 2500 tahun –agama Buddha tidak pernah menyebabkan peperangan. Bahkan, Buddha sendiri melarang penyebaran ajaranNya melalui senjata dan kekerasan. Di lain pihak, banyak pemimpin agama yang sekaligus juga menjadi raja dari kerajaannya, dan pada saat yang sama menjadi diktator dari agamanya. Meskipun ada beberapa agama yang tidak disebarkan melalui senjata atau kekerasan, tetapi mereka telah menyebabkan terjadinya perang antar agama. Hal ini menyebabkan agama tersebut tidak dapat dianggap sebagai agama yang suci atau bebas dari pertumpahan darah. 6. Agama Buddha adalah agama yang damai dan tanpa monopoli kedudukan. Dalam Dhammapada, Buddha bersabda, “Seseorang yang membuang pikiran untuk menaklukkan orang lain akan merasakan kedamaian.” Pada saat yang Universitas Sumatera Utara sama, Beliau memuji upaya menaklukkan diri sendiri. Beliau berkata, “Seseorang yang menaklukkan ribuan orang dalam perang bukanlah penakluk sejati. Tetapi seseorang yang hanya menaklukkan seorang saja yaitu dirinya sendiri, dialah pemenang tertinggi.” Di sini, menaklukka n diri sendiri terletak pada bagaimana mengatasi kilesa kekotoran batin. Andaikan semua orang menjadi umat Buddha, maka diharapkan manusia akan beroleh perdamaian dan kebahagiaan. Buddha mengatakan bahwa semua makhluk harus dianggap sebagai sahabat atau saudara dalam kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian. Beliau juga mengajarkan semua umat Buddha untuk tidak menjadi musuh orang-orang tak seagama atau pun menganggap mereka sebagai orang yang berdosa. Beliau mengatakan bahwa siapa saja yang hidup dengan benar, tak peduli agama apapun yang dianutnya, mempunyai harapan yang sama untuk beroleh kebahagiaan di kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Sebaliknya, siapapun yang menganut agama Buddha tetapi tidak mempraktikkannya, hanya akan beroleh sedikit harapan akan pembebasan dan kebahagiaan. Dalam agama Buddha, setiap orang memiliki hak yang sama untuk mencapai kedudukan yang tinggi. Dengan kata lain, setiap orang dapat mencapai Kebuddhaan. Dalam agama lain, tiada siapapun dapat menjadi Tuhan selain Tuhan sendiri, tidak peduli sebaik apapun pengikutnya bertindak. Seseorang takkan pernah mencapai tingkat yang sama dengan Tuhan. Bahkan pemimpin agama pun takkan pernah mencapai ketuhanan. 7. Agama Buddha mengajarkan hukum sebab dan akibat. Buddha mengajarkan bahwa segala sesuatu muncul dari suatu sebab. Tiada suatu apapun yang muncul tanpa alasan. Kebodohan, ketamakan, keuntungan, kedudukan, pujian, Universitas Sumatera Utara kegembiraan, kerugian, penghinaan, celaan, penderitaan –semua adalah akibat dari keadaan-keadaan yang memiliki sebab. bAkibat-akibat baik muncul dari keadaan-keadaan yang baik, dan akibat buruk muncul dari penyebab-penyebab buruk pula. Kita sendiri yang menyebabkan keberuntungan dan ketidakberuntungan kita sendiri. Tidak ada Tuhan atau siapapun yang dapat melakukannya untuk kita. Oleh karena itu, kita harus mencari keberuntungan kita sendiri, bukan membuang-buang waktu menunggu orang lain melakukannya untuk kita. Jika seseorang mengharapkan kebaikan, maka dia hanya akan berbuat kebaikan dan berusaha menghindari pikiran dan perbuatan jahat. Prinsip-prinsip sebab dan akibat, suatu kondisi yang pada mulanya sebagai akibat akan menjadi sebab dari kondisi yang lain, dan seterusnya seperti mata rantai. Prinsip ini sejalan dengan pengetahuan modern yang membuat agama Buddha tidak ketinggalan zaman daripada agama-agama lain di dunia. 2 2 Agama Buddha ini pun pernah menyebar luas ke Nusantara. Pada akhir abad ke-5, seorang biksu Buddha dari India mendarat di sebuah kerajaan di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Tengah sekarang. Pada akhir abad ke-7, I Tsing, seorang peziarah Buddha dari Tiongkok, berkunjung ke Pulau Sumatera kala itu disebut Swarnabhumi, yang kala itu merupakan bagian dari kerajaan Sriwijaya. Ia menemukan bahwa Buddhisme diterima secara luas oleh rakyat, dan ibukota Sriwijaya sekarang Palembang, merupakan pusat penting untuk pembelajaran Buddhisme kala itu Buddha Vajrayana. I Tsing belajar di Sriwijaya selama beberapa waktu sebelum melanjutkan perjalanannya ke India. Pada pertengahan abad ke-8, Jawa Tengah berada di bawah kekuasaan raja-raja Dinasti Syailendra yang merupakan penganut Buddhisme. Mereka membangun berbagai monumen Buddha di Jawa, yang paling terkenal yaitu Candi Borobudur. Monumen ini selesai di bagian awal abad ke-9. Di pertengahan abad ke-9, Sriwijaya berada di puncak kejayaan dalam kekayaan dan kekuasaan. Pada saat itu, kerajaan Sriwijaya telah menguasai Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Semenanjung Malaya. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1: Peta Wilayah Persebaran Agama Buddha di Dunia Sumber: https:id.wikipedia.orgwikiAgama_Buddha

4.2 Terapan Ketiga Sistem Religi pada Masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar