Untuk menginterpretasikan makna-makna yang terjadi, maka penulis melakukan pendekatan wawancara kepada informan kunci. Selanjutnya untuk
menguraikan fungsi sosiobudaya penulis merenungkan dan mengkaji dalam perspektif holistik dan mendalam. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini
akan mengungkapkan kebenaran realita yang ada serta hal-hal yang melatarbelakangi kegiatan puak poi dalam upacara paisin ini.
3.2 Data dan Sumber Data Di dalam setiap penelitian, data menjadi patokan yang sangat penting bagi
setiap penulils untuk menganalisis masalah yang dikemukakan. Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data yang dipakai pada upacara
paisin masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar. Data-data yang digunakan diperoleh dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer
adalah berasal dari informan kunci sebagai berikut:
Sumber Data Primer : 1. Susanto Wijaya Akiong
Profesi : Saikong pemimpin upacara orang meninggal
dan pemilik kelenteng. Sumber Data Primer
:2. Aliang Profesi
: Wiraswasta Yang dimaksud dengan informan kunci atau informan pangkal, juga
disebut narasumber kunci key informant adalah seorang pemberi data yang memiliki kapasitas dan kapabilitas terhadap permasalahan yang diajukan dalam
penelitian. Data yang diperoleh informan kunci inilah yang menjadi bahan kajian
Universitas Sumatera Utara
utama dalam penelitian kualitatif. Dengan demikian, penelitian kualitatif sangat bergantung dari data yang diperoleh dari informan kunci.
Selanjutnya sumber data sekunder adalah sebagai berikut.
Sumber Data Sekunder : Sekilas Budaya Tionghoa
Halaman : 120 hlm
Percetakan : Gramedia
Penerbit : PT Bhuana Ilmu Komputer
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Langkah dalam teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mengumpulkan data: wawancara, observasi lapangan, dan studi kepustakaan.
Kegiatan wawancara penulis lakukan kepada informan kunci. Observasi lapangan adalah dengan cara mengamati langsung proses paisin dan pelemparan puak poi.
Studi kepustakaan adalah membaca berbagai sumber keilmuan seperti skripsi, makalah, buku, jurnal, dan sebagainya serta sumber-sumber dari internet seperti
blog, situs, dan lain-lainnya. Sebelum teknik wawancara dilakukan, penulis membuat pedoman sesuai
wawancara yang diberikan kepada beberapa tokoh masyarakat Tionghoa. Untuk mengumpulkan data pertama penulis menemui informan yaitu seorang pengusaha.
Penulis datang dan bertanya langsung tentang religi tradisional ini. Kemudian sang informan menjelaskan secara keseluruhan tentang religi tradisonal ini. Dari
hasil wawancara ini diperoleh keterangan tentang religi tradisional budaya Tionghoa.
Universitas Sumatera Utara
Penulis juga menemui seorang pemuka adat Tionghoa yang bernama Bapak Aliang yang merupakan salah satu keturunan etnik Tionghoa. Secara
langsung penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan objek penelitian penulis. Akan tetapi penulis mendapatkan data yang sangat sedikit dari
Bapak Aliang ini. Untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini
penulis mengunjungi ke Vihara Maitreya Pematangsiantar. Penulis bertemu dengan Bapak Akiong, salah seorang pengurus vihara, pemilik kelenteng dan
sebagai saikong pemimpin upacara kematian. Melalui wawancara dengan beliaulah penulis memperoleh informasi tentang religi-religi tradisional
masyarakat Tionghoa serta sistem kosmologi Tionghoa. Bapak Akiong dengan senang hati menceritakan religi-religi tersebut, dan mereka sangat senang saat
penulis menanyakan tentang kebudayaan mereka, karena bagi mereka kebudayaan Khas Tionghoa adalah kebudayaan yang sangat tua, dan hingga kini masih banyak
orang yang ingin mengetahui tentang kebudayaan Tionghoa.
3.3.1 Observasi Observasi atau pengamatan, dapat berarti setiap kegiatan untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan indera penglihatan yang juga berarti tidak melakukan pertanyaan-pertanyaan Soehartono, 1955:69. Dalam mengumpulkan
data salah satu teknik yang cukup baik untuk diterapkan adalah pengamatan secara langsungobservasi terhadap subyek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
penulis mengadakan tujuh kali pengamatanobservasi secara langsung terhadap tradisi puak poi.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah teknik wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya secara langsung
kepada subjek penelitian. Sebagai modal awal penulis berpedoman pada pendapat Koentjaraningrat 1981:136 yang mengatakan, “…kegiatan wawancara secara
umum dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, teknik bertanya dan pencatat data hasil wawancara.”
Dalam studi ini penulis melakukan penelitian terhadap beberapa rumah pada keluarga etnik Tionghoa, Pemuka Adat, Kelenteng dan Vihara yang ada
dikota Siantar. Penulis menggunakan metode wawancara terutama dengan informan kunci yaitu orang yang banyak mengetahui dan mengerti tentang Tradisi
Puak poi. Metode wawancara yang penulis gunakan adalah:
1. Wawancara tak berencana atau unstandardized interview. Walaupun
dalam wawancara masalah-masalah yang dipertanyakan tidak
menggunakan daftar pertanyaan, namun penulis menggunakan suatu pedoman yang berisikan garis besar pokok masalah yang ingin penulis
peroleh informasinya. 2.
Wawancara sambil lalu atau casual interview. Bentuk wawancara ini penulis gunakan juga terhadap beberapa pengurus vihara, kelenteng dan
pemuka adat.
Universitas Sumatera Utara
3.3.3 Studi Kepustakaan
Untuk mencari tulisan-tulisan pendukung, sebagai kerangka landasan berfikir dalam tulisan ini, adapun yang dilakukan adalah studi kepustakaan.
Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan, guna melengkapi apa yang dibutuhkan dalam penulisan dan penyesuaian data dari
hasil wawancara. Sumber bacaan atau literatur ini dapat berasal dari penelitian yang telah pernah dilakukan sebelumnya dalam bentuk skripsi. Selain itu sumber
bacaan yang menjadi tulisan pendukung dalam penelitian penulis yaitu berupa buku, jurnal, makalah, artikel dan berita-berita dari situs internet.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini akan diupayakan untuk memperdalam atau menginterpretasikan secara spesifik dalam rangka menjawab seluruh
pertanyaan. Adapun proses yang dilakukan adalah:
1. Mewawancarai beberapa keluarga Tionghoa dan beberapa tokoh
masyarakat Tionghoa, untuk memudahkan penulis untuk mengerjakan tulisan ini, serta mendapatkan informasi tentang tradisi puak poi pada
masyarakat Tionghoa Siantar . 2.
Mengumpulkan buku-buku atau jurnal-jurnal yang diharapkan dapat mendukung tulisan ini kemudian memilih data yang dianggap paling
penting dan penyusunannya secara sistematis. 3.
Berdasarkan data-data yang diambil, lalu penulis dapat membuat kesimpulan dari hasil yang diteliti dalam proses jalannya membuat
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
4. Data yang di analisis dengan menggunakan teori fungsionalisme adalah
data yang sudah terkumpul kemudian di tafsirkan oleh penulis. Sedangkan, data yang di analisis yang menngunakan teori semiotik adalah data yang
berasal dari sumber data primer dan sumber data sekunder.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV GAMBARAN UMUM SISTEM RELIGI MASYARAKAT
TIONGHOA DAN TERAPANNYA DI PEMATANGSIANTAR
Mengkaji puak poi sebagai sebuah artefak budaya, jelas tidak dapat dipisahkan dari sistem religi yang menyebabkan timbul dan berkembangnya
artefak ini. Kemudian membahas puak poi ini tidak cukup hanya pada benda itu sendiri, tetapi lebih jauh dalam konteks upacara sembahyang yang lazim disebut
paisin. Secara lebih luas lagi, mengkaji puak poi dalam rangka paisin ini, tidak dapat dilepaskan dari latar belakang sistem religi yang mendasarinya, terutama
Konghucu, Tao, dan Buddha. Pada Bab IV ini dikaji mengenai gambaran umum sistem religi [agama]
masyarakat Tionghoa yang berkaitan erat dengan keberadaan puak poi ini, yaitu: Konghucu, Tao, dan Buddha. Kemudian mendeskripsikan ketiga sistem religi ini
dalam kehidupan masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat Tionghoa yang menganut ketiga sistem religi tersebut di Kota Pematangsiantar. Apakah ada
terapan-terapan yang berbeda dengan masyarakat Tionghoa pada umumnya di seluruh dunia, atau tidak banyak perbedaan terapannya, terutama dalam konteks
puak poi dan upacara paisin ini. Hal ini penulis lakukan untuk dapat memetakan keberadaan fungsi dan
makna puak poi baik secara luas dalam konteks kebudayaan Tionghoa di seluruh dunia, maupun secara rinci dan detil khusus masyarakat Tionghoa di sebuah kota
yang disebut Pematangsiantar. Itulah landasan berpikir dalam rangka
Universitas Sumatera Utara
mendeskripsikan sistem religi dan terapannya di Pematangsiantar dalam mengkaji keberadaan puak poi.
4.1 Berbagai Sistem Religi Masyarakat Tionghoa