Simpulan Para Pelaku Paisin yang Menggunakan Puak Poi

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Setelah diuraikan secara rinci dari Bab I sampai Bab V, maka pada Bab VI ini, penulis memaparkan simpulan dari penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi sarjana ini. Simpulan yang dibuat adalah untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada pokok masalah, yaitu: 1 bagaimana fungsi puak poi pada upacara paisin di dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar dan 2 bagaimana makna puak poi pada upacara paisin di dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar. Dalam realitas sosioreligius, dalam menjalani kehidupan sehari-hari, masyarakat Tionghoa biasanya selalu menggunakan kebiasaan atau adat istiadat yang telah turun-temurun diyakini. Salah satunya penggunaan puak poi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, puak poi di dalam kebudayaan Tionghoa yang sering mereka gunakan bukan hanya sebagai penanda identitas mereka sebagai orang Tionghoa, tetapi puak poi mempunyai fungsi dan makna tersendiri di dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Dalam penelitian ini, untuk mengkaji fungsi puak poi digunakan terori fungsionalisme dan mengkaji maknanya digunakan teori semiotik. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan dengan melakukan wawancara terhadap informan dapat diketahui bahwa puak poi yang ada di dalam kebudayaan Tionghoa ini dianggap masih memiliki fungsi bagi kehidupan masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara 1. Sebagai sarana komunikasi dengan Alam Langit Tuhan, Dewa, Dewi dan Alam Baka para leluhur, 2. Fungsi menyelesaikan berbagai permasalahan sosial, seperti rezeki, jodoh, kesehatan, pengobatan, nasib, dan lain-lain. 3. Fungsi menjaga keseimbangan kosmos. 4. Memperkuat ajaran-ajaran sistem religi orang-orang Tionghoa, terutama Konghucu, Tao, dan Buddha. 5. Menguatkan integrasi keturunan dan kekerabatan. 6. Menjaga kontinuitas kebudayaan dalam proses perubahan. Dari fungsi-fungsi di atas, puak poi dalam kebudayaan Tionghoa di Pematangsiantar dianggap masih berfungsi dalam kehidupan masyarakatnya yang masih digunakan dalam kehidupan hingga saat ini. Hal ini sesuai dengan teori fungsionalisme oleh Mallinowski yang beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan yang bermanfaat bagi masyarakat, maka ia akan dapat bertahan dalam ruang dan waktu, yang diekspresikan dalam pola kelakuan yang telah menjadi kebiasaan. Selain memiliki fungsi, puak poi juga memiliki makna dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar. Makna puak poi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Secara etimologis atau harfiah, puak poi memiliki arti sebagai berikut . Istilah ini didukung oleh dua kata yaitu: puak yang maknanya adalah meminta petunjuk dengan melemparkan; poi memiliki makna jadi atau terjadilah. Jadi secara etimologis puak poi bermakna meminta petunjuk dengan cara melemparkan benda yang disebut puak poi dan kemudian petunjuk tersebut terjawab terjadilah melalui posisi puak poi setelah dilemparkan. Universitas Sumatera Utara 2. Makna puak poi dalam masyarakat adalah sebagai warisan leluhur yang pemberi identitas kepada kebudayaan Tionghoa. 3. Makna dari puak poi adalah sebagai penanda yang digunakan dalam kehidupan menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, karena menurut adat istiadat yang telah turun-temurun dari nenek moyang. 4. Puak poi memiliki makna dalam bentuk tiga penanda signified jawaban dari Tuhanpara dewa atau leluhur atas apa yang ditanyakan. Sengpoi yang merupakan jawaban iya atau baik, jiupoi yang merupakan jawaban yang masih ragu belum adanya kepastian dan kampoi merupakan jawaban yang mendakan tidak. Hal inilah yang masih menjadikan puak poi tersebut sebagai alat komunikasi yang di mana Tuhanpara dewa dan leluhur memberikan jawaban dari tiga panandaan tersebut yang masih diyakini oleh masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar. 5. Selanjutnya makna teks pertanyaan berkaitan dengan tema pengharapan kehidupan yang diinginkan oleh para pelaksana upacara paisin ini. Adapun tema-temanya menurut penulis adalah: rezeki, jodoh, pengobatan, kerja, pembersihan altar keluarga, dan lainnya. Demikian simpulan terhadap puak poi pada upacara paisin di dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar, baik itu fungsi maupun maknanya. Semua fungsi dan makna baik secara budaya, sosial, dan religi ini sesuai dengan teori fungsionalisme Malinowski adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup berupa material dan spiritual orang-orang Tionghoa. Semua ini tidak terlepas dari keinginan orang-orang Tionghoa untuk memenuhi sistem kebudayaan yang telah dibangun selama berabad-abad, yaitu apa yang disebut oleh Radcliffe-Brown dengan konsistensi internal kebudayaan. Artinya apa pun Universitas Sumatera Utara yang dilakukan oleh orang-orang Tionghoa di Pematangsiantar ini tujuan yang paling luas adalah untuk mencapai harmoni sosial, kebudayaan, dan kosmik alam.

6.2 Saran