mengunjungi Laos, sebuah negara yang didominasi agama Buddha, dan mengamati beberapa monumen di sana, akan ditemukan gambar-gambar Buddha
yang sangat meyerupai gambar-gambar pada cerita kepahlawanan agama Hindu, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Dengan demikian diingkinkan adanya Dewa
Monyet dalam mitologi China kuno adalah memiliki hubungan persamaan dengan Hanoman, si raja monyet dalam mitologi Hindu.
Selanjutnya, suatu penelitian atas ajaran sistem religi yang disebut Dao menunjukkan bahwa ajaran itu tidak dimulai sebagai suatu agama, tetapi sebagai
suatu sistem pemikiran filosofis. Begitu juga dengan agama Konghucu. Pada dasarnya, sistem religi yang awal kali menguasai orang-orang Tionghoa adalah
sistem religi rakyat atau suku. Setiap suku menyembah Dewa-dewa yang berasal dari provinsi, kota, ataupun desa mereka sendiri. Dewa-dewa ini menjadi lebih
dihormati lagi di masa Dinasti Shang.
4.1.1 Konghucu
Penemu dari sistem religi ini adalah Kung Fu Tze 551-479 BC atau dikenal juga dengan Konghucu dalam bahas Latin. Dalam ajaran-ajarannya,
Konghucu menekankan aspek kemanusiaan dalam menjalani kehidupan. Hal ini timbul dari pandangannya jika seseorang tidak dapat mengurusi kehidupan
duniawi, dia seharusnya tidak menghiraukan kehidupan surgawi. Suatu pribahasa yang sering dikaitkan dengan sistem religi Konghucu adalah: “Jika kita tidak
mengenal kehidupan, mengapa kuatir tentang kematian.” Konghucu pada dasarnya adalah seorang humanis yang percaya akan kecakapan dan kemampuan
manusia, mendukung bahwa semua manusia pada dasarnya adalah baik.
Universitas Sumatera Utara
Khong Hu Cu Konghucu hidup 2.500 tahun lalu, tetapi hingga akhir abad ke-16 ia belum dikenal orang di belahan dunia Barat, yaitu ketika namanya
dilatinkan menjadi Konfucius. Namun kita tidak pernah dapat berharap seperti apa sebenarnya Khong Hu Cu itu dan apa saja yang terkandung dalam ajarannya.
China adalah sebuah Negara yang memiliki sejarah cukup panjang, yang konon dimulai sekitar tahun 2.700 S.M. China memiliki tiga agama besar yaitu
Konfusianisme, Taoisme dan Buddhisme. Beberapa sumber kuno seperti Sje- Tsing Buku Puji-pujian, dan Shu Ching Buku Sejarah. Memberi kesan bahwa
bangsa China purba menganut faham monoteis, yaitu percaya pada satu Tuhan, nama yang diberikan untuk Tuhan mereka adalah Shang-Ti Penguasa Tertinggi,
dan Thien Sorga. Akan tetapi dalam perkembangan sejarah China, kepercayaan yang semula
pada satu Tuhan menjadi kacau karena bangsa China mulai mempercayai roh-roh halus dan roh-roh nenek moyang, yang semuanya itu mereka puja dalam upacara-
upacara pengorbanan. Kira-kira pada abad VI S.M., kehidupan serta moral bangsa China mulai merosot.
Dalam situasi seperti ini lahirlah Konfusius, atau Kong Hu Tzu atau Kong Fu Tze, yang kemudian ajaran-ajarannya kemudian sangat berpengaruh besar
dalam kehidupan bangsa China. Selama hampir 25 abad Konfusius dianggap sebagai guru pertama oleh orang-orang China. Hal ini tidak berarti bahwa
sebelum Konfusius tidak ada guru di China, melainkan merupakan pengakuan dari bangsa China bahwa Konfusius berada pada tingkat paling atas dari semua guru
tersebut. Agama Konghucu, atau biasa dibunyikan dengan Kong Hu Cu, di kaitkan
dengan nama pendiri agama ini yaitu Kung Fu Tze 551-479 SM. Ada yang
Universitas Sumatera Utara
menilai bahwa ajaran Kung Fu Tze bukanlah suatu agama melainkan hanyalah ajaran tentang nilai-nilai etika saja, karena Kung Fu Tzu sendiri menghindarkan
diri untuk berbicara tentang alam gaib. Akan tetapi R.E. Hume dalam bukunya edisi 1950 menjelaskan bahwa sistem ajaran Kung Fu Tzu itu mengenal
pengakuan terhadap kodrat Maha Agung Supreme Being, serta mempercayai pemujaan terhadap arwah nenek moyang, juga mengajarkan tata tertib kebaktian.
dengan landasan inilah seiring perkembangan zaman ajaran Konfusius termasuk kepada ajaran keagamaan.
Bagi Konghucu, anugerah yang menyelamatkan terletak pada kenyataan bahwa sifat kita pada dasarnya adalah baik. Jika dipikirkan hal-hal yang benar,
maka seseorang tersebut akan melakukan tindakan yang baik dan diselamatkan. Karena itu, penekanan sistem religi ini adalah pada pendidikan di masa lalu, dan
kebijaksanaannya dalam konteks hubungan kemanusian dan sosial yang universal di dunia ini. Adapun inti ajaran dari sistem religi ini adalah empat kebijakan
utama dan lima hubungan utama. Empat kebijakan utama itu adalah: 1 taat kepada pemimpin atau negara; 2 sayang kepada orang tua; 3 baik kepada
sesama; dan 4 setia kepada teman. Selanjutnya konsep lima hubungan utama itu adalah: i antara pemimpin negara dan warga negara; ii antara ayah dan anak;
iii antara suami dan istri; iv antara kakak dan adik, dan v antara teman. Ajaran sistem religi Konfusius mengenai empat kebijakan utama dan lima
hubungan utama ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1: Empat Kebijakan Utama dan Lima Hubungan Utama
dalam Sistem Religi Konfusius
Ajaran Konfusius dalam Membina Hubungan Sosial Empat Kebajikan Utama
Lima hubungan Utama 1.
Taat pada pemimpin atau negara 2.
Sayang kepada orang tua 3.
Baik kepada sesama 4.
Setia kepada teman 1.
Antara pemimpin negara dan warga negara
2. Antara ayah daan anak
3. Antara suami dan istri
4. Antara kakak dan adik
5. Antara teman
4.1.2 Taoisme Dao