Bentuk Puak poi Tata Cara Upacara Paisin dan Makna Hio

kegiatan ritual dan upacara penghormatan yang penulis amati, puak poi ini merupakan alat atau sarana berkomunikasi dengan alam lain. Kehadiran puak poi itu sebenarnya untuk bertanya kepastian jawaban kepada Tuhan atau para Dewa. Puak poi itu tidak hanya untuk ciam si pembakaran dupa dan aktivitas paisin tetapi juga berkaitan dengan kegiatan membersihkan altar, mengangkat sajian, mengambil buah dan juga bertanya kepada Dewa atau roh leluhur. Jawaban Tuhan atau Dewa dan leluhur melalui puak poi itu adalah dimanifestasikan pada bagian terbuka dan bagian tertutup, sama seperti koin memiliki dua bagian, sisi muka dan sisi belakang yang terdiri dari dua buah seperti pisang yang dibelah dua.

2.2.5 Bentuk Puak poi

Puak poi terbuat dari dua potong bambu, masing-masing berbentuk setengah lingkaran. Masing-masing memiliki dua sisi, yaitu sisi tertutup dan sisi terbuka. Pada masa sekarang puak poi boleh dibuat dari bahan kayu apa saja jenisnya. Zaman dahulu puak poi warnanya berasal dari warna asli pada bambu, sedangkan pada saat sekarang ini puak poi dapat juga dibuat dari kayu yang keseluruhan permukaannya diberi cat warna merah. Secara umum. dalam kebudayaan Tionghoa, warna merah merupakan simbol keagungan atau kehokian. Warna merah dan kuning juga adalah sebagai indeks dari kebudayaan China pada umumnya. Warna ini begitu dominan di tempat-tempat permukiman orang-orang Tionghoa, terutama pada saat-saat upacara adat atau agama mereka, seperti: Imlek, Ceng Beng, dan lain-lainnya. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1: Puak poi yang Berwarna Merah Terbuat dari Kayu Sumber: Dokumentasi Sanni Tung, 2015 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2: Puak poi yang Terbuat dari Bambu Sumber: Dokumentasi Sanni Tung, 2015

2.2.6 Tata Cara Upacara Paisin dan Makna Hio

Tata cara upacara paisin atau sembahyang di dalam masyarakat Tionghoa Tao, Konfusius, dan Buddha biasanya dimulai dengan pembakaran hio. Kemudian memegang kedua puak poi itu di dalam genggaman. Seterusnya bertanya, dapat secara berkata seperti bahasa biasa sehari-hari, atau berbisik-bisik, dan juga di dalam kalbu saja. Dari hasil penelitian lapangan, bahasa yang digunakan oleh orang Tionghoa di Pematangsiantar dalam bertanya kepada Tuhan Dewa atau leluhur yang hidup di Alam Baka, umumnya menggunakan bahasa Indonesia, atau ada yang sebahagian menggunakan bahasa Hokkian sebagai suku yang paling banyak jumlahnya di antara suku-suku lainnya pada masyarakat Tionghoa di daerah ini. Setelah itu puak poi diasapi oleh asap yang Universitas Sumatera Utara dikeluarkan oleh hio yang telah ditancapkan di dupa dan dibakar. Kemudian dilemparkan ke atas atau langsung ke lantai. Universitas Sumatera Utara Bagan 2.1: Proses Upacara Paisin dan Penggunaan Puak Poi KEBUDAYAAN TIONGHOA ORANG-ORANG TIONGHOA Tao, Konghucu, Buddha Bertanya kepada Thien Dewa di Alam Langit Bertanya kepada leluhur di Alam Baka atau makhluk gaib Media Puak Poi DUPA hio, altar, sesajian, dll Sengpoi jawaban ya Jiupoi jawaban antara ya dan tidak Kampoi jawaban tidak dilakukan tiga kali DIPEROLEH JAWABAN Dilakukan tindakan berdasarkan jawaban Universitas Sumatera Utara Seterusnya kedua buah puak poi tadi mendarat di lantai, dan posisinya adalah indeks jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan pada upacara paisin tersebut. Jawaban hanya tiga saja, yaitu: a sengpoi, b jiupoi, dan j kampoi. Seperti telah diuraikan sebelumnya, sengpoi adalah jawaban ya, kemudian jiupoi belum ada jawaban, dan kampoi adalah penolakan. Untuk merespons jawaban kedua dan ketiga, dapat diulang dua kali lagi dengan masa jedah 3 sampai 5 menit. Demikian kronologi paisin dalam konteks penggunaan puak poi ini. Namun secara kultural religius berdasarkan penelitian lapangan, diperoleh makna- makna mengenai pembakaran dupa, hio, jumlah hio, warna hio, tata cara atau aturan paisin, cara penghormatan kepada Tuhan, Dewa, dan para leluhur, arti pai, dan lain-lainnya seperti yang penulis uraikan berikut ini. Hio artinya harum. Namun istilah hio ini sendiri mencakup keseluruhan dupa, yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap yang berbau sedapharum. Dupa yang dikenal pada zaman Nabi Khonghucu berwujud bubuk atau belahan kayu. Membakar dupa mengandung makna sebagai berikut. a. Jalan Suci itu berasal dari kesatuan hatiku Too Yu Siem Hap , hatiku dibawa melalui keharuman dupa Siem Ka Hiang Thwan. b. Selain itu dupa juga untuk menentramkan pikiran, memudahkan konsentrasi, meditasi. c. Dalam mitologi Tionghoa mitologi dupa ialah untuk menyampaikan atau mengirimkan doa kita melalui wewangian asap yang terus menjunjung tinggi hingga ke segala arah Tata cara sembayang rakyat atau paisin atau juga minjian xinyang, dalam peradaban masyarakat Tionghoa biasanya dibagi ke dalam 3 tata cara, yaitu cara Buddha Mahayana, Kong Hu Cu, dan Tao. Universitas Sumatera Utara a Semuanya menggunakan satu atau tiga batang hio. b Susunan meja sembayang secara umum: teh, air putih, arak ciri Taoisme dan Konfusianisme, lambang Taiji Yinyang, air putih lambang taichi, teh lambang yin, arak lambang yang. c Lima macam buah atau lima warna, lambang lima unsur. Kalau agama Buddha, ada yang mengaitkan dengan 5 Dhyani Buddha. d Tiga batang hio lambang San Cai Sanguan Taiji Liangyi, Triratna, dan Sanqing. e Satu batang hio lambang Taiyi dalamm konsep religi Taoisme. Cara penghormatan kepada Tuhan, Dewa, atau para leluhur adalah sebagai berikut. 1 Kepalan yang membentuk delapan kebajikan dan orang tua, cara Konghucu. 2 Kepalan yang membentuk bola Taiji adalah cara Tao. 3 Anjali atau merangkapkan kedua telapak tangan cara Buddha. Tiga arti Pai: a Pai pertama membalas jasa Alam Langit dan Bumi yi bai baoda tiandi en, b Pai kedua membalas jasa orang tua er zhai bai baodao fumu en, c Pai ketiga membalas jasa para guru san bai baodao enshi en. Menurut kedua informan kunci penulis, secara umum, jumlah hio ganjil adalah untuk Dewa, Tuhan, tokoh yang berjasa untuk masyarakat luas, dan mahluk suci lainnya. Ganjil dalam metafisika Tiongkok adalah lambang dari unsur Yang atau positif. Yang berjumlah genap adalah untuk leluhur, arwah yang meninggal, dan setan gentayangan. Universitas Sumatera Utara Ketika melangkah masuk ruang sembahyang juga harus kaki kiri dahulu yang maknanya adalah kita harus mengutamakan sifat-sifat kebajikan kita. Menancapkan hio dengan tangan kiri juga artinya kita akan selalu menancapkan kebajikan di alam langit dan alam bumi. Namun demikian, di dalam masyrakat awam timbul keyakinan bahwa melangkah dengan kaki kiri akan membuat rezeki melimpah. Sebaliknya, jika dimulai dengan langkah kaki kanan adalah mengacaukan tatanan alam semesta dan mengundang bencana. Pada umumnya orang Tionghoa Buddha, Tao, dan Konfusius melakukan sembahyang paisin mengunakan 1 atau 3 batang hio. Secara sosioreligius ketiga batang hio ini adalah indeks dari aspek-aspek berikut. a Satu batang hio biasanya ditujukan dalam konteks berkomunikasi dengan Kauw Siu Thao, Para Dewa-Dewi di rumah untuk hari biasa, kecuali Ce It dan Cap Go setiap bulannya. b Tiga batang hio umumnya untuk Pai Thien Ti Kong dan para Dewa- Dewi. c Lima batang hio biasanya untuk usaha atau perniagaan oleh karena itu khusus untuk Dewa Hok Tek Ceng Sin dan Dewa Cai Sen. d Enam batang hio biasanya untuk keperluan orang lain. e Tujuh batang hio biasanya untuk mohon khusus dan juga untuk sesuatu hal membalikan kepada orang lain. f Delapan batang hio biasanya dalam hal ini bila berbagai kesialan di dalam hidup seseorang terus-menerus menimpanya. Universitas Sumatera Utara g Sembilan batang hio, sebagai indeks puji-pujian untuk semua makhluk dan Dewa-Dewi paling baik kalau melakukan paisin ini pada jam 9 malam di rumah. h Dua belas batang hio sebagai ikon agar semua makluk dapat kebahagiaan. i Tiga puluh enam batang hio sebagai simbol kesuksesan dan keharmonisan. j Seratus delapan batang hio bila terdesak oleh keadaan atau ada permintaan khusus sekali. Norma-norma menempatkan hio dalam konteks upacara paisin. 1 Usahakan saat menancapkan hio membentuk pola berjejer seperti kipas. 2 Tancaplah hio dengan hormat, jangan sembarangan. 3 Khusus untuk 7 batang hio hanya digunakan bila terpaksa saja keadaan terdesak. 4 Khusus menggunakan 108 batang hio merah untuk sembahyang kepada Thien Tuhan tepat jam 12 malam. Lalu sampaikan permintaan atau permohonan. Berdoa harus dengan hati yang tulus pada Thien. Setiap habis melaksanakan upacara paisin sembahyang, bakar Toa Kim satu kunci, tulis nama, umur, shio dan alamat permohonan lalu dibakar di tempat yang bersih. Lakukanlah 3 malam berturut-turut. 5 Hio warna merah khusus mohon sesuatu. 6 Hio warna kuning untuk sembayang biasa. 7 Hio warna hijau biasanya untuk orang meninggal. Umumnya dalam sistem religi Tao, lima batang hio melambangkan lima arah. Tujuh batang melambangkan tujuh bintang utara. Dua belas batang melambangkan dua belas satuan waktu bumi. Ini semua berkaitan dengan ritual yang ditujukan untuk kasus-kasus khusus. Dua belas batang hio untuk permintaan Universitas Sumatera Utara kepada Thien dan harus dilakukan jam 12 malam karena saat itu suasana hening dan sunyi. Jam 12 malam dilakukan sembahyang paisin ini berkaitan dengan pergantian qi alam semesta, saat itu unsur Yang menguat dan unsur Yin melemah dan dalam satuan pengertian zi pada 12 cabang bumi adalah mulainya sesuatu yang baru. Artinya adalah berkaitan dengan perubahan waktu. Ritual orang Tionghoa memiliki banyak nilai filsafatnya dan arti tersembunyi, seperti mengapa harus menaruh hio di antara ke dua alis, kenapa harus diletakkan di tengah dada dan sebagainya. Arti meletakkan hio di tengah dada adalah menyalakan hio hati dan api hio hati itu harus selalu dijaga, artinya adalah kita harus melakukan kebajikan dan biarlah kebajikan kita itu bagaikan asap hio yang harum dan memberikan kebahagian kepada sekitar kita. Untuk posisi di antara dua alis, ini berkaitan dengan titik jalan darah. Namun demikian, dapat juga diartikan penghubung antara langit, bumi, dan manusia.

2.2.7 Masyarakat Tionghoa