yang dilakukan oleh orang-orang Tionghoa di Pematangsiantar ini tujuan yang paling luas adalah untuk mencapai harmoni sosial, kebudayaan, dan kosmik
alam.
6.2 Saran
Berikut ini adalah saran-saran penulis. a Kebudayaan Tionghoa yang menyimpan banyak nilai positif dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan kita sekarang ini. Generasi muda sekarang ini telah mulai tidak begitu memahami dan memperhatikan nilai-nilai budaya yang
terkandung di dalam berbagai simbol peninggalan leluhur, baik itu simbol dalam artefak, perbuatan atau prilaku, apalagi simbol dalam bentuk gagasan. Melalui
penelitian ini diharapkan dapat mengingatkan kembali pentingnya nilai- nilai budaya yang dikandung dalam puak poi tersebut di dalam konteks upacara paisin,
sehingga generasi muda mulai lebih memperhatikan dan berupaya melestarikan budaya bangsanya agar tidak terkikis oleh budaya yang lain.
b Kebudayaan yang ada pada masyarakat Tionghoa sebaiknya lebih
ditampilkan dan dilestarikan agar masyarakat biasa dapat mengerti dan memahami maksud dan tujuan dari setiap kebudayaan yang ada pada masyarakat Tionghoa.
Pelestarian kebudayaan Tionghoa dalam konteks Indonesia adalah menjadi satu kesatuan dengan filsafat kehidupan berbangsa dan bernegara yang terdapat di
dalam Pancasila, yaitu walau berbeda-beda tetapi tetap satu juga bhinneka tunggal ika. Masyarakat Tionghoa yang ada di Indonesia sepenuhnya adalah
warga negara Indonesia yang menghayati nilai-nilai kebangsaannya dalam konteks masyarakat Indonesia yang multikultural. Mereka menjadi bahagian yang
tidak terpisahkan dalam konteks berbangsa dan bernegara di Indonesia. Mereka
Universitas Sumatera Utara
seharusnya juga peka dan tanggap terhadap semua permasalahan bangsa, termasuk permasalahan etnik, masyarakat atau komunitas, dan lain-lainnya.
c Kebudayaan Tionghoa di Pematangsiantar merupakan salah satu aset
kebudayaan Indonesia, bersama-sama kebudayaan etnik Simalungun, Batak Toba, Jawa, Mandailing-Angkola, Karo, Melayu, Nias, Pesisir, Pakpak, Aceh, banjar,
dan lain-lainnya. Oleh karena itu penelitian kebudayaan seperti ini diperlukan dalam konteks memahami, menghormati, dan bertoleransi kepada setiap
pendukung kebudayaan di wilayah yang multikultural di seluruh Indonesia ini. Dengan cara penelitian keilmuan secara mendalam dan holistik, disertai cita-cita
dan sikap dalam bingkai integrasi budaya tentu saja akan memberikan kekuatan dalam membangun bangsa ini.
d Secara sejarah dan genealogis, memang masyarakat Tionghoa di
Pematangsiantar tidak dapat dipisahkan dari leluhurnya, apakah itu mereka yang berasal dari Tiongkok Selatan maupun Tiongkok Utara, mereka menyadari adanya
kesadaran genealogis ini. Oleh karena itu tetap diperlukan kajian-kajian secara monogenesis asal-usul atau difusi peradaban. Dalam hal ini masyarakat
Tionghoa yang ada di Pematangsiantar ini juga menjadi bahagian yang tidak terpisahkan dengan orang-orang Tionghoa di seluruh dunia. Namun demikian,
yang penting diperhatikan secara bersama adalah pentingnya skala orientasi kultural orang Tionghoa di kawasan ini. Orientasi pertama adalah kepentingan
bersama dalam konteks integrasi sosiobudaya di pematangsiantar, Sumatera Utara, dan Indonesia. Orientasi berikutnya adalah dalam konteks Asia Tenggara
ASEAN. Kemudian masyarakat Tionghoa itu sendiri, dan terakhir adalah masyarakat seluruh dunia. Bukan seperti yang terlihat selama ini, orang-orang
Tionghoa “lebih mementingkan ketiongkokannya” dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
“keindonesiaannya.” Ke depan hal ini skala prioritas sosial dan budaya ini tentu perlu disosialisasikan kepada orang-orang Tionghoa WNI termasuk di
Pematangsiantar dengan tujuan untuk integrasi dan kemakmuran secara bersama.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, setelah menyelidiki