Altar Keluarga Rumah-rumah di mana terdapat praktek penyembahan leluhur, salah satu Puak Poi

Manchuria di tahun 1644. Setelah perjamuan Jiu Huang Da Di selama seminggu, para pemuja akan mengantarkan mereka kembali ke pantai, pada hari yang kesembilan. Perayaan ini juga dikenal sebagai perayaan vegetarian 5 karena mereka yang merayakannya hanya memakan sayur-sayuran selama masa perayaan, setelah berpuasa selama sebulan sebelum perayaan dimulai. Tidak ada pengikut yang boleh yang membunuh mahluk hidup apapun selama perayaan; para pemuja di Thailand juga menindik tubuh mereka, seringkali dengan menggunakan barang sehari-hari seperti lampu meja, sebagai tindakan pemurnian.

4.4.2 Altar Keluarga Rumah-rumah di mana terdapat praktek penyembahan leluhur, salah satu

ruangan atau sudut dari rumah tersebut akan disediakan untuk altar keluarga. Di atas altar ini diletakkan papan-papan nama leluhur biasanya yang mempunyai pertalian keluarga langsung seperti orang tua dan kakek-nenek; papan nama para leluhur terdahulu biasanya disimpan di klenteng. Tempat dupa, dua batang lilin dan puak poi. Beberapa makanan dan buah-buahan juga dapat ditinggalkan di atas altar. Namun demikian, foto orang-orang yang telah meninggal tidak akan ditemukan di atas altar. Persembahan dupa harian diletakkan di atas altar ini disertai dengan persembahan dan doa-doa khusus setiap tanggal 1 dan 15, dan hari peringatan meninggalnya almarhum. 5 Vegetarian adalah istilah yang lazim digunakan untuk menyebutkan orang-orang di dunia ini yang tidak memakan daging, karena alasan-alasan kemanusiaan atau makhluk secara universal dan juga kesehatan. Mereka tidak memakan daging-daging semua hewan, bahkan ada juga yang tidka makan telur sebagai asal untuk tumbuh menjadi berbagai unggas. Mereka para vegetarian ini ada yang berasal dari agama Buddha, Konfusius, Hindu, bahkan Kristen terutama aliran Advent. Universitas Sumatera Utara Gamabar 4.2 : Altar Keluarga Sumber: Sanni Tung 2015

4.4.3 Puak Poi

Puak poi adalah salah satu benda yang sering dijadikan simbol di dalam upacara paisin orang-orang Tionghoa. Puak poi tersebut juga merupakan salah satu sarana komunikasi di dalam paisin karena sebagian besar budaya China berdasarkan tanggapan bahwa wujudnya sebuah dunia roh. Puak poi juga menjadi sarana bertanya kepada Dewa buat mengobati orang yang sedang sakit, dengan obat apa orang tersebut disembuhkan. Puak poi ini juga adalah ekspresi budaya rakyat, yang dapat dijadikan sarana bertanya untuk berbagai hal, yang tidak dapat dijawab oleh manusia pada umumnya. Di dalam semua yang berkaitan dengan puak poi, terkandung unsur mitos, agama, dan fenomena sosial dan budaya yang aneh memang rapat sekali. Puak poi juga memiliki arti sebagai berikut: puak adalah meminta petunjuk dengan melemparkan; sedangkan poi memiliki arti jadi atau terjadilah. Universitas Sumatera Utara Menurut penjelasan Susanto Wijaya informan penulis puak poi dalam budaya China telah ada sejak ribuan tahun lalu yang digunakan sebagai petunjuk mengenai apapun kehidupan mereka. Puak poi merupakan salah satu benda dan sarana yang digunakan untuk menanyakan hal yang ingin ditanyakan pada dewa atau leluhur yang telah diwariskan oleh nenek moyang yang dilestarikan sampai saat ini. Menurut pengamatan dan pengalaman penulis puak poi ini dijumpai pada sebahagian besar upacara paisin masyarakat Tionghoa. Puak poi terbuat dari dua potong batang bambu, masing-masing berbentuk setengah lingkaran. Pada masa sekarang boleh dibuat dari bahan kayu apa saja jenisnya. Zaman dahulu puak poi berwarna seperti warna asli pada bambu sedangkan pada saat sekarang ini puak poi telah terbuat dari kayu yang keseluruhan permukaan luarnya diberi warna merah. Dalam kebudayaan Tionghoa, warna merah merupakan simbol keagungan atau kehokian. Demikian gambaran umum kebudayaan, sistem religi, berbagai upacara dan hari raya masyarakat Tionghoa, termasuk di Pematangsiantar, serta penggunaan puak poi dalam setiap upacara paisin di dalam kehidupan mereka. Semua ini menjadi satu kesatuan dalam konteks memenuhi fungsi untuk menjaga konsistensi internal kebudayaan Tionghoa. Selanjutnya dideskripsikan keberadaan masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar, yang beridentitaskan kebudayaan multietnik dan multikultural. 6 6 Multikulturalisme adalah sebuah terminologi dalam ilmu-ilmu sosiobudaya yang acapkali digunakan sejak dasawarsa 1970-an. Istilah ini lazim digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang keanekaragaman hidup manusia di dunia ini, atau kebijakan kebudayaan yang menekankan perhatian kepada penerimaan terhadap realitas keanekaragaman budaya multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Keanekaragaman ini menyangkut: nilainilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Multikulturalisme pada dasarnya adalah gagasan yang diaplikasikan ke dalam berbagai kebijakan budaya, berdasar kepada penerimaan terhadap realitas aneka agama, pluralitas, dan multikultural dalam kehidupan masyarakat di dunia ini. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik Azyumardi Azra, 2007. Universitas Sumatera Utara

4.5 Gambaran Umum Kota Pematangsiantar dan Masyarakatnya