tertutup leluhur. Artinya
tidak merestui niat penanya
melalui pertanyaan yang
diajukannya. Pertanda tidak
baik atau buruk. Tuhan. Dewa
dan roh para leluhur marah
dan dalam keadaan tidak
baik responsnya terhadap
pertanyaan yang diajukan.
puak poi tersebut jika
mendapatkan jawaban kampoi
akan mengulangi
kembali dengan jedah waktu 3-5
menit kemudian. boleh
dilakukan sebanyak 3
kali saja, sekali dan
diulang 2 kali.
Biasanya jika tidak
mendapatkan jawaban,
maka orang yang
menggunakan puak poi
tersebut akan kembali di
lain waktu atau bahkan
tidak akan kembali lagi
menanyakan hal yang
sama.
5.2.5 Analisis Semiotik Teks Pertanyaan dan Harapan
Teks yang menjadi bahan kajian ini, dipilih dalam konteks upacara sesungguhnya, yaitu dengan memilih beberpa pelaku, dengan tema pertanyaan
yaitu menanya rezeki, jodoh, pengobatan, kerja, kelulusan, proses pendidikan, dan pembersihan altar keluarga.
a Menanya rezeki, pelakunya adalah Juli perempuan umur 32
tahun, alamat Jalan Mataram II, Pematangsiantar. Dia menanyakannya melalui komunikasi verbal, sebagai berikut: “Akong dan ama, ini Juli datang ingin
menanyakan bagaimana rezeki saya dalam pekerjaan saya akhir-akhir ini. Ingin bertanya apakah lancar-lancar saja atau terhambat, karena adanya halangan yang
datang? Kalau rezeki saya bagus, saya mohon puak poi yang saya lemparkan ini
Universitas Sumatera Utara
diberikan jawaban ya atau sengpoi terima kasih akong dan ama.” Setelah dilemparkannya ternyata jawabannya adalah sengpoi.
Secara semiotik, pertanyaan dari Juli tersebut terfokus kepda bagaimana rezekinya. Beliau berkomunikasi kepada akong dan amanya. Akong dan ama ini
dipercayai Juli hidup di alam lain, namun masih dapat berkomunikasi dengan alam manusia. Jawaban tersebut pun dimaknai sebagai sebuah kebenaran bagi
pelaku ini. b
Menanya tentang jodoh. Dalam upacara paisin tersebut, pelakunya adalah Chandra laki-laki umur 35 tahun, dengan alamat di Jalan Sriwijaya, Kota
Pematangsiantar. Adapun pertanyaan verbal beliau dalam bahasa Hokkian kepada Dewa Zhu adalah sebagai berikut: “Zhu wa ai mui,wa e jodoh ancua? Wa lao
liao boi kek hun. Wa u kin kak cabo. I ane sui. Tapi wa ane kia ai kong kak i wa ane gien kak i loh. Zhu bantu wa lah. Kak wa buka i e mata hati. Mai ho wa
jawaban yang bo pasti. Tolong co sengpoi mai co kampoi lah. Kamsia Zhu.” [artinya: Dewa saya mau bertanya, bagaimana jodoh saya? Saya telah tua tapi
masih belum menikah. Saya ada dekat dengan seorang wanita. Dia sangat cantik. Tapi saya sangat takut mengatakan kepadanya kalau saya sangat suka dia. Dewa
bantu saya. Tolong bantu saya membuka mata hatinya. Jangan berikan saya jawaban yang tidak pasti. Tolong berikan sengpoi jangan buat kampoi. Terima
kasih dewa.] Jawaabannya adalah jiupoi ketawa. Dari teks pertanyaan kepada Dewa tersebut, tampak bahwa si beliau
berusia relatif tua. Secara manusiawi setiap orang yang berusia tua dan belum menikah, maka risau hati dan gundah gulana bagaimana nasibnya. Untuk itu ia
bertanya kepada Dewa yang memang mengetahui nasibnya ini. Dari teks bahasa tersebut nampak bahwa yang menjadi pilihannya adalah wanita yang cantik.
Universitas Sumatera Utara
Namun ada kelemahan lelaki ini, yaitu ia takut dan ragu mengungkapkan cintanya tersebut. Untuk mengatasi ini ia melakukan upacara paisin dan memohon
petunjuk serta jawaban Dewa. Demikian kira-kira tafsiran semiotik terhadap teks pertanyaan ini.
c Menanyakan pengobatan . Dalam upacara paisin tersebut pelakunya
adalah seorang tabib bernama lai an laki-laki umur 58 tahun , dengan alamat di Jalan Mataram II, Kota Pematangsiantar. Adapun pertanyaan verbal beliau adalah:
“Dewa ini saya punya pasien yang sedang sakit kanker dan datang berobat dengan saya dengan cara pengobatan tradisional dan di dukung dengan doa. Dewa saya
mau memberikan obat yang telah saya racik. Jika memang pasien saya akan segera sembuh jika menjalani pengobatan dengan saya, berikan sekali sengpoi.
Kamsia.”Jawabannya adalah : sengpoi ya Dari teks pertanyaan kepada Dewa tersebut, tampak bahwa beliau tidak
mau sembarangan dalam memilih obat untuk pasiennya dan berusaha untuk menyembuhkan pasien yang datang kepada beliau untuk berobat. Untuk itu beliau
bertanya kepada Dewa yang dapat membrikan jawaban atas pertanyaan beliau. Untuk mengatasi ini beliau melakukan upacara paisin dan memohon petunjuk
serta jawaban Dewa. Demikian kira-kira tafsiran semiotik terhadap teks pertanyaan ini.
d Menanyakan kerja. Dalam upacara paisin tersebut pelakunya adalah
Xiuping umur 30 tahun, dengan alamat di Jalan Mataram II, Kota Pematangsiantar. Adapun pertanyaan verbal beliau dengan bahasa hokkian kepada
orang tua beliau adalah:
Universitas Sumatera Utara
“Pa, macai wa ai khi lamar cokang. Wa co persiapan liao. Papa e pendapat ancua li? Wa e cokang apa bo? Kalau papa setuju wa cokang khi napeng, ho wa sengpoi
la. Kamsia pa.” [“Pa, besok saya mau melamar pekerjaan. Saya telah membuat persiapan.
Pendapat papa bagaimana? Saya dapat kerja atau tidak? Kalau papa setuju saya kerja disana, kasih saya sengpoi. Terima kasih pa.”] Jawabannya adalah: kampoi
tidak. Kemudian penanya tidak mau mengulangi lagi. Dari teks pertanyaan tersebut bahwa beliau sangat berhati-hati dalam memilih
pekerjaan dan berusaha meminta saran dari orang tuanya yang telah tiada. Demikian kira-kira tafsiran semiotik terhadap teks pertanyaan ini.
e Menayakan kelulusan. Dalam upacara paisin tersebut pelakunya
adalah Nita, Umur 22 tahun dengan alamat di jalan Tanah Jawa Kota Pematangsiantar. Dengan pertanyaan verbal sebagai berikut:
“Kwain im, apakah saya akan lulus dalam ujian kali ini? Saya telah belajar dengan giat dan selalu mengulang pelajaran yang akan diujiankan. Apakah saya juga akan
mendapatkan nilai yang bagus di ujian kali ini? Berikan saya jawaban dewi.” Jawabannya adalah : sengpoi
Dari teks pertanyaan tersebut dapat diketahui bahwa beliau sangat khawatir dalam menghadapi ujian dan berusaha menghilangkan rasa khawatirnya
dengan cara menanyakan sesuatu yang mengganjal hatinya kepada Kwain im. Demikian kira-kira tafsiran semiotik terhadap teks pertanyaan ini.
f Menanyakan proses pendidikan. Pelaku upacara paisin ini adalah Fitri,
Universitas Sumatera Utara
umur 18 tahun, alamat jalan Mojopahit Kota Pematangsiantar. Dengan pertanyaan verbal sebagai berikut:
“Dewa, tahun ini saya telah mulai belajar di perguruan tinggi dan pasti ini jenjang yang lebih susah dibandingkan yang sebelumnya. Dewa , apakah saya dapat
mengikuti pelajaran yang akan datang? Dan apakah saya akan mendapatkan nilai yang bagus?” Jawabannya adalah : Jiupoi . Kemudian Fitri mengulangi
pertanyaan lagi dan mendapatkan jawaban sengpoi. Dari teks pertanyaan tersebut dapat diketahui bahwa pelaku sangat ingin
mengetahui apakah dia dapat mengikuti pelajaran di perguruan tinggi atau tidak. Demikian kira-kira tafsiran semiotik terhadap teks pertanyaan ini.
g Menanyakan proses pembersihan altar keluarga . Pelaku dalam upacara
ini Fani, umur 15 tahun dengan alamat di jalan Mataram I Kota Pematangsiantar. Dengan pertanyaan verbal yang menggunakan bahasa hokkian sebagai berikut:
“Akong,ama w ai co cengki lu e sintok. E sai bo?” [“kakek, nenek saya mau membersihkan altar sembahyangmu. Boleh tidak?”]
Jawabannya adalah: sengpoi Dari teks tersebut dapat diketahui bahwa anak tersebut meminta izin untuk
membersihkan altar sembahyang dari leluhurnya yang telah tiada agar tidak menimbulkan kemarahan bagi leluhurnya. Demikian kira-kira tafsiran semiotik
terhadap teks pertanyaan ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan