Faktor Penyebab Anak Jalanan

kriminalitas seperti mencopet, mencuri, dan memalak. Semua itu mereka lakukan demi untuk menyambung hidup, baik untuk dirinya sendiri maupun keluarga. Seringkali mereka di cap sebagai perusak keindahan dan pengganggu ketertiban kota. Maka tak heran mereka akrab dengan razia. Meskipun demikian, mereka merasa bangga karena telah membantu perekonomian dan kelangsungan kehidupan keluarga. Namun, pada akhirnya menghilangkan minat anak pada sekolah karena keinginan untuk mendapatkan uang lebih banyak dan mereka menjadi terbiasa dengan hidup yang bebas tanpa banyak aturan. Masalah yang dihadapi anak jalanan tidak hanya putus sekolah saja tetapi masih banyak masalah yang mereka hadapi. Seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 2 Masalah yang Dihadapi Anak Jalanan Aspek Permasalahan yang Dihadapi Pendidikan Sebagian besar putus sekolah karena waktunya habis di jalan Intimidasi Menjadi sasaran tindak kekerasan anak jalanan yang lebih dewasa, kelompok lain, petugas dan razia Penyalahgunaan obat dan zat adiktif Ngelem, minuman keras, pil BK dan sejenisnya Kesehatan Rentan terkena penyakit kulit, PMS, gonorhoe, dan paru-paru Tempat tinggal Umumnya di sembarang tempat, di gubuk-gubuk, gedung- gedung yang sudah tidak terpakai lagi, emperan toko, dan di pemukiman kumuh Resiko kereja Tertabrak kendaraan dan pengaruh sampah Hubungan dengan keluarg Umumnya renggang, dan bahkan sama sekali tidak berhubungan Makanan Seadanya, kadang beli dan bahkan jika tidak memiliki uang kadang mengais dari tempat sampah Sumber: Hadi Utomo, 1997 Pada buku yang dikarang oleh Bagong Suyanto yang berjudul masalah sosial anak. Kesimpulan dari tabel di atas, menjelaskan bahwa banyak hak-hak anak jalanan yang tidak terpenuhi. Hal ini menggambarkan ketidaksanggupan pemerintah dalam pemenuhan hak anak yang sudah di tetapkan dalam undang- undang perlindungan anak yaitu UU nomor 23 tahun 2002 yang menjelaskan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, berpartisipasi serta memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat yang bertujuan untuk memberdayakan dan memandirikan anak. Menurut Kirik Ertanto dalam buku Bagong Suyanto yang berjudul “Masalah Sosial Anak” awalnya anak jalanan tidak langsung masuk dan terjun begitu saja di jalanan. Mereka mengalami proses belajar yang bertahap. Mula- mula mereka lari dari rumah, sehari sampai seminggu kembali, lalu lari lagi selama dua minggu sampai tiga bulan, sampai akhirnya benar-benar lari tak kembali selama setahun dua tahun. Setelah di jalanan, proses tahap kedua yang mesti dilalui anak jalanan adalah inisiasi. 34 Dalam tahap ini dimana anak jalanan yang masih baru biasanya akan dijadikan seperti budak. Mereka harus mengikuti segala perintah dan keinginan para seniornya. Dalam kehidupan anak jalanan juga terdapat senioritas. Anak jalanan yang paling lama atau lebih dahulu hidup di jalanan yang akan menjadi senior, dan tidak memperdulikan usia. Junior wajib menghormati dan mengikuti perintah senior. Apabila tidak mengikuti perintahnya maka akan dimusuhi dan dipukuli oleh kawan-kawannya. Sehingga anak jalanan sangat rawan menjadi korban kekerasan dan pelecehan seksual terutama bagi anak jalanan perempuan. 34 Suyanto, Masalah Sosial Anak, h. 207.