Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan orang banyak, memiliki peranan yang penting bagi perkembangan suatu individu yang selanjutnya berujung pada maju dan mundurnya suatu bangsa dan Negara. Dengan pendidikan yang baik akan merubah siswa yang mandiri, kerja keras, tekun belajar, pantang menyerah dan proaktif dalam mencari solusi atas masalah yang dihadapi, sehingga memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan siswa secara optimal dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat. Perkembangan yang pesat utamanya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut perlunya merubah pola pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang lebih aktif dan partisifatif. Pembelajaran di Indonesia yang menggunakan pembelajaran konvesional masih banyak ditemukan disekolah- sekolah misalnya ceramah dan pemberian tugas yang sedikit sekali melibatkan keaktifan siswa. meskipun tatanan kurikulum telah berulang kali dirubah demi perbaikan pembelajaran disekolah namun masih sedikit guru maupun sekolah yang menerapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Pembelajaran dengan ceramah, bersifat teacher center. Karena hampir semua informasi tentang materi bahan ajar didapat dari guru. Siswa cenderung bersifat pasif dalam pembelajaran. Guru beralasan bahan ajar yang akan disampaikan banyak, sedangkan pengajar hanya mempunyai waktu relatif singkat dan siswa yang akan diajar jumlahnya banyak. Umumnya materi yang dikuasai siswa terbatas pada apa yang dikuasai guru dengan menggunakan ceramah, pembelajaran yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan dan sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Beberapa penelitian menunjukan bahwa dalam pembelajaran dengan ceramah, perhatian siswa berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio menunjukan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40 dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie menyebutkan bahwa dalam 10 menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70, dan berkurang sampai mencapai 20 pada waktu 20 menit terakhir. Bisa dibayangkan apa yang bisa didapat dengan cara pembelajaran seperti itu. Apa yang menjadikan belajar aktif? Siswa harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, menerapkan apa yang mereka pelajari kemampuan komunikasi matematik. Dalam pembelajaran aktif siswa dikatakan belajar didalam kelas jika siswa sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berpikir keras. 1 Matematika adalah ilmu pasti yang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan didunia ini. Semua kemajuan zaman, perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia tidak terlepas dari unsur matematika. Tanpa ada matematika, tentu saja peradaban manusia tidak akan pernah mencapai kemajuan seperti sekarang ini. Pada abad ke-21 ini, matematika telah menjadi alat untuk penemuan prinsip sains baru; penciptaan computer; pengarahan lalu lintas dan komunikasi; penggunaan energy atom;penemuan biji tambang baru; peramalan pertumbuhan penduduk; peramalan cuaca. 2 Matematika memiliki peranan penting dalam pendidikan karena matematika memiliki nilai-nilai untuk meningkatkan kemampuan berpikir, kemampuan komunikasi dan bersikap seseorang yang sangat berguna untuk kehidupan sehari- hari maupun untuk menghadapi kemajuan zaman yang makin modern. Ketika siswa ditantang untuk berpikir dan memberi alasan tentang matematika dan menjelaskan hasil berpikir mereka kepada siswa yang lain secara lisan dan tulisan 1 Mel Siberman, Active Learning 101 cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Nuansa, 2006, hal. 24 2 Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat Logika, Jogjakarta: Ar-ruzz media, 2009, hal. 10 supaya konsep-konsep matematika tersebut mudah dipahami oleh teman mereka digunakan notasi yang global. Salah satu mata pelajaran di sekolah yang dapat mengajak siswa untuk mengasah otaknya adalah matematika. Matematika merupakan ilmu yang mempunyai ciri- ciri khusus, salah satunya adalah penalaran dalam matematika yang berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep, dan simbol-simbol yang abstrak, sehingga dalam pendidikan dan pengajaran matematika perlu ditangani secara khusus pula. Melalui penanganan secara khusus ini diharapkan dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang dapat menguasai matematika dengan baik dan akhirnya nanti mereka dapat menerapkan matematika dalam kehidupan sehari- hari. Tidak hanya sekadar menghafal rumus-rumus matematika saja akan tetapi siswa juga harus dapat menggunakan ilmu matematika untuk memecahkan permasalahan yang ada disekitar kehidupan mereka. Pembelajaran matematika antara lain ditujukan untuk membina kompetensi kognitif siswa dalam tiga hal yaitu pemahaman konsep dan prosedur, penalaran, dan pemecahan masalah. Oleh karena itu kemampuan berkomunikasi yang dibina adalah kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan aktivitas berpikirnya menyangkut tiga hal itu. Dengan demikian pembelajaran matematika harus memberi perhatian pada kemampuan siswa mengkomunikasikan gagasannya dalam memahami konsep dan prosedur, memecahkan masalah atau melakukan penalaran, baik secara lisan maupun tertulis. Fadjar shadiq memberi contoh tentang komunikasi yang dapat dilakukan siswa pada pembelajaran matematika,yaitu: 1 Membuat catatan harian, Catatan harian dapat berupa catatan tentang hubungan antar topik baru dan topik lama yang dipelajari. Catatan tentang laporan rinci dari langkah – langkah penyelesaian suatu soal. 2 Membuat laporan proses dan hasil pemecahan masalah dan penyelidikan yang memerlukan penalaran. 3 Membuat laporan kesalahan yang telah diperbuat dalam menyelesaikan suatu latihan atau permasalahan matematika. Tugas membuat laporan bukan untuk menghukum siswa namun untuk menjadi bekal dalam memperbaiki kesalahan itu. Oleh karena itu laporan mencakup: kesalahan apa yang diperbuat, apa penyebab kesalahan itu dan bagaimana yang seharusnya. Pada draft “Kurikulum 2004” Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMPMTs dinyatakan bahwa siswa dikatakan mampu berkomunikasi dalam matematika jika mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikannya. Kemampuan komunikasi siswa mengacu pada indikator yang telah diuraikan di atas, yaitu menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis,gambar,dan diagram. Menurut Sumarmo bahwa dengan mengacu pada tuntutan dan harapan yang harus dimiliki oleh seorang guru matematika, maka pembelajaran matematika termasuk evaluasi hasil belajar siswa yang hendaknya mengutamakan pada pengembangan “ daya matematik “ mathematical power siswa yang meliputi: 1. Kemampuan mengajak, menyusun konjektur, dan menalar secara logik. 2. Menyelesaikan soal yang tidak rutin. 3. Menyelesaikan masalah problem solving. 4. Berkomunikasi secara matematik. 5. Mengkaitkan ide matematik dengan kegiatan intelektual lainnya. 3 Kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematik sangat diperlukan untuk membangun kemampuan matematik pada diri seorang siswa. Banyak diantara siswa mempelajari matematika, akan tetapi tidak mengetahui hakikatnya. Siswa menganggap matematika adalah ilmu yang membuat stress, kepala pusing, tidak ada gunanya dan sebagainya. Hal ini disebabkan anak telah menemukan titik jenuh dalam belajar matematika dan mereka tidak paham dengan tujuan mereka mempelajari matematika. Karena pada proses pembelajaran matematika siswa hanya seperti robot yang mendengarkan guru menjelaskan dikelas dan mengerjakan tugas latihan. Mutu pendidikan indonesia khususnya pada pelajaran matematika masih rendah. Dapat dilihat dari hasil studi TIMSS Trends In International Mathemayics and Science Study tahun 2007, untuk kelas VIII, menetapkan siswa 3 Utari Sumarmo. Pembelajaran Matematika Untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, makalah disajikan pada Pelatihan Guru Matematika April 2003 di Jurusan Matematika ITB. Indonesia pada urutan ke-36 dari 49 negara dengan nilai rata-rata untuk kemampuan matematika secara umum adalah 397. Nilai tersebut masih jauh dari standar minimal nilai rata-rata kemampuan matematika yang ditetapkan TIMSS yaitu 500. Prestasi siswa Indonesia ini berada dibawah siswa Malaysia dan Singapura. Siswa Malaysia memperoleh nilai rata-rata 474 dan siswa Singapura memperoleh nilai rata-rata 593. 4 Skala TIMSS-Benchmark Internasional menunjukan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat bawah, Malaysia pada peringkat tengah, dan Singapura pada peringkat atas. Padahal jam pelajaran matematika di Indonesia 136 jam untuk kelas VIII lebih banyak dibandingkan Malaysia yang hanya 123 jam dan Singapura 124 jam. 5 Berdasarkan hasil penelitian Sri Ika Haryaningsih dalam skripsinya menunjukan bahwa adanya peningkatan kemampuan komunikasi siswa dalam pemecahan masalah matematika meliputi: a Mengajukan ide sebelum dikenai tindakan sebesar 18,18 , dan pada putaran terakhir mencapai 75 ; b Memberikan komentar sebelum dikenai tindakan sebesar 4,54 , dan pada putaran terakhir mencapai 65,90 ; c Mampu bertanya sebelum dikenai tindakan sebesar 13,63 dan pada putaran terakhir mencapai 68,18 ; d Menyetujui ide sebelum dikenai tindakan sebesar 22,72 , dan pada putaran terakhir sebesar 79,54 . Dari data yang dikemukakan peneliti diatas menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa SMP khususnya pada kelas VIII di Indonesia masih rendah. Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa Nampak pada sebagian siswa yang binggung memahami soal dan menyelesaikan soal-soal dalam menjelaskan jawaban yang mereka kerjakan. Siswa masih sulit memahami apa yang mereka ketahui dari soal yang diberikan dan apa yang ditanyakan dari soal tersebut. Dalam pengerjaan soal siswa lebih banyak menghapal jawaban pada soal latihan yang sama dari pada mereka memahami cara pengerjaannya. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai 4 Ina V.S. Mullis, dkk, TIMSS 2007 International Mathematics Report, Lynch School Education, Boston Callege, hal. 38. Tersedia di www.timss2007.com http:timss.bc.eduTIMSS2007techreport.html, 5 Ina V.S. Mullis, dkk, TIMSS 2007 International..., h. 195 dengan apa yang diharapkan. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran dan membahasnya dengan orang lain. Tidak cukup itu saja, siswa perlu mengerjakan yaitu dengan menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukan contohnya, mencoba mempraktekan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan. Guru dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan komunikasi matematik dengan cara: mendengarkan dan melihat dengan penuh perhatian ide- ide siswa, menyelidiki pertanyaan dan tugas-tugas yang diberikan, menarik hati, dan menantang siswa untuk berpikir, meminta siswa untuk merespon dan menilai ide mereka secara lisan dan tertulis, menilai kedalaman pemahaman atau ide yang dikemukakan siswa dalam diskusi, memutuskan kapan dan bagaimana untuk menyajikan notasi matematika dalam bahasa matematika pada siswa, memonitor partisipasi siswa dalam diskusi, memutuskan kapan dan bagaimana untuk memotivasi masing-masing siswa untuk berpartisipasi. Perlunya perhatian lebih untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa agar berjalan dengan baik, maka penting terciptanya proses pembelajaran yang nyaman, kondusif guna mengoptimalkan kemampuan matematika siswa dalam mempresentasikan, membaca, menulis, mendengar, menerangkan, menjawab soal dan mempertahankan pendapat, menganalisis. Komunikasi memiliki peran yang penting dalam membantu peserta didik untuk membina hubungan yang terkait antara pengalaman tidak formal dengan bahasa matematik dalam aktivitas sehari-hari. Matematika harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa. Seperti contoh 38 + 45 tidak bermakna bagi peserta didik tingkat pertama tetapi 38 bola Spanyol + 45 bola Spanyol akan memberi makna signifikan dan lebih menarik jika diberikan soal ini kepada peserta didik tingkat pertama. Banyak bentuk pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam upaya meningkatkan komunikasi matematik siswa terhadap konsep-konsep matematika. Pemilihan pendekatan yang tepat selain dapat mengatur siswa di dalam kelas, juga dapat memberikan motivasi serta dapat mengembangkan kemampuan intelektual secara optimal. Dengan demikian siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru , akan tetapi siswa dapat memahami konsep matematika secara utuh. Berbagai uraian diatas menandakan perlu usaha untuk melakukan perubahan dengan menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metode Pengajaran Terbimbing. Dalam pembelajaran aktif guru memberi penjelasan tentang tujuan pembelajaran, agar siswa mengetahui tujuan pembelajaran dan hasil yang akan dicapai sehingga siswa merasa mereka adalah bagian dari proses pembelajaran. Strategi pembelajaran aktif dirancang untuk mengajar satu kelas penuh, belajar aktif bukan sekedar bersenang-senang. Kegiatan aktif bisa menyenangkan dan tetap dapat mendatangkan manfaat. Sesungguhnya banyak teknik belajar aktif yang memberikan siswa tantangan bertujuan menuntut kerja keras. Apa yang akan terjadi jika guru menjejali siswa dengan pemikiran mereka sendiri meskipun menyakinkan dan tertatanya pemikiran mereka atau ketika guru sering menggunakan penjelasan dan pemeragaan. Menuangkan fakta dan konsep kedalam benak siswa dengan menunjukan keterampilan dan prosedur dengan cara yang kelewat menguasai justru akan mengganggu proses belajar. Cara menyajikan informasi akan menimbulkan kesan langsung didalam otak. Namun, siswa tidak akan mendapatkan banyak hal baik dalam waktu lama ataupun sebentar. Penyampaian pembelajaran bisa dilakukan salah satunya dengan menggunakan metode pengajaran terbimbing. Pengajaran terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari lebih awal bahan ajar sebelum guru menjelaskan, siswa dibentuk kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang. Saling berbagi informasi dilakukan dalam forum diskusi bersama kelompok masing- masing, setelah itu jika waktu yang disepakati habis maka dipilih satu orang dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil mereka dan siswa yang lain mengoreksi apa bila terdapat kesalahan dalam menjawab. Guru berfungsi sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran matematika dikelas yang menjembatani siswa dengan materi pelajaran agar bisa dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari. Setelah pelajaran selesai siswa diminta untuk mengoreksi materi yang mereka diskusikan dengan informasi yang mereka dapat setelah guru menjelaskan. Guru bisa mengetahui persiapan dan penguasaan materi bahan ajar siswa yang akan diajarkannya. Belajar memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa memahaminya. Belajar juga memerlukan kedekatan berbagai macam hal, bukan sekedar pengulangan atau hafalan. Pelajaran matematika bisa diajarkan dengan media yang kongkrit, melalui buku-buku latihan dan dengan mempraktekan dalam kegiatan sehari-hari. Masing-masing konsep akan menentukan pemahaman siswa. Lebih lanjut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pembelajaran aktif dengan metode pengajaran terbimbing terhadap komunikasi matematik siswa dengan mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi yang berjudul: “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metoda Pengajaran Terbimbing terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi”.

A. Identifikasi Masalah