Kartu remi: Gunakan satu dus kartu remi untuk menandai kelompok. Sebut angka: tentukan jumlah dan kuran kelompok yang ingin guru buat, Rasa permen: Beri siswa masing-masing satu permen bebas gula dengan Pilih benda-benda yang

Maret dan April, 2 Agustus, Juni, Juli, Agustus, dan 3 Agustus, Oktober, November, dan Desember.

6. Kartu remi: Gunakan satu dus kartu remi untuk menandai kelompok.

Sebagi contoh, gunakan yoker, ratu, raja, dan as untuk membuat kelompok beranggotakan empat siswa, dan tambahkan jumlah kartu sesuai dengan jumlah kartu sesuai dengan jumlah siswa. Kocoklah kartu itu dan bagikan satu kartu satu siswa, selanjutnya arahkan siswa untuk menemukan siswa yang memegang kartu yang sama guna membentuk kelompok.

7. Sebut angka: tentukan jumlah dan kuran kelompok yang ingin guru buat,

tempatkan angka pada masing-masing selipan kertas, dan tempatkan di dalam sebuah kotak. Siswa mengambil satu angka dari kotak untuk menandai kelompoknya. Sebagai contoh, jika guru menginginkan empat kelompok beranggotakan empat siswa. Guru mesti memiliki enam belas selipan kertas dengan empat kumpulan yang masing-masing terdiri dari angka 1 hingga 4.

8. Rasa permen: Beri siswa masing-masing satu permen bebas gula dengan

berbagai rasa untuk menunjukan pengelompokan. Sebagi contoh, keempat kelompok guru bisa terdiri dari lemon, anggur, cerry, dan strawberry.

9. Pilih benda-benda yang mirip: Pilihlah mainan dengan tema yang sama

dan gunakan untuk menunjukan atau melambangkan kelompok. Sebagi contoh, guru dapat memilih tema transportasi dan menggunakan mobil, pesawat terbang, perahu, dan kereta api. Tiap siswa akan mengambil mainan yang sama untuk membentuk kelompok.

10. Materi siswa: Guru dapat menandai materi belajar siswa dengan

mengunaan klip kertas berwarna, handout berwarna, atau stiker pada map untuk menandai kelompok.

D. Metode Pengajaran Terbimbing

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengajaran berasal dari kata “ajar”, artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui diturut. 38 Kata mengajar berarti memberi pelajaran. Contoh : guru itu mengajar murid matematika, sedangkan kata mengajarkan berarti memberikan pelajaran. Contoh : siapa yang mengajarkan matematika kepada murid kelas VIII? Berdasarkan arti- arti ini, kemudian kamus besar bahasa Indonesia itu mengartikan pengajaran sebagai proses pembuatan, cara mengajar atau mengajarkan. Mengajar berarti mengatur dan menciptakan kondisi yang terdapat dilingkungan siswa sehingga dapat menumbuhkan niat siswa melakukan kegiatan belajar. 39 Bagi Wolfolk Nicolich, orientasi belajar harus berpusat pada siswa. jadi peranan guru adalah membimbing, memimpin dan fasilitator. Arif mendefinikan sebagai suatu serangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu dan Tyson dan Caroll, setelah mempelajari sejumlah teori pengajaran, menyimpulkan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengajaran adalah memberikan informasi yang baru pelajaran kepada seseorang tanpa terbatas oleh ruang kelas. Pengajaran bertujuan untuk menerima, menanggapi, dan mengembangkan materi yang akan diajarkan agar siswa memahami pelajaran. Kita tahu bahwa kemajuan kecerdasan otak dibentuk oleh pengalaman- pengalaman. Jika anak sudah memilki banyak kesempatan yang berbeda untuk menciptakan, membangun, menemukan, bermain dan berinteraksi, maka otak mereka akan terorganisi secara berbeda dengan anak yang tidak memiliki hal-hal tersebut. Misalkan ketika anak memiliki pengetahuan terdahulu mendapatkan materi matematika yang baru maka mereka bisa menghubungkannya, anak akan 38 Fauzan, Pengertian pendidikan , pengajaran, dan pelatihan, http:fauzan- zifa.blogspot.com200910pengertian-pendidikan-pengajaran-dan.html 10262009 10:42:00 PM 39 Radno harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius, 2007, hal. 87 mengatakan bahwa “saya sudah melakukannya dahulu tetapi dengan soal yang berbeda. Pengetahuan dan pengalaman terdahulu membuat lompatan awal pembelajaran. Tanpa berhubungan dengan pengajaran dan pengalaman terdahulu anak akan merasa binggung mengerjakan. Jane Healy menerangkan dalam bukunya “Endangered Minds”[ingatan- ingatan yang terancam punah] tanpa pengalaman-pengalaman, tidak ada konsep. Tanpa konsep-konsep, tidak ada rentang perhatian yang memadai karena mereka tidak tahu apa yang mereka bicarakan. 40 Pengajaran terbimbing merupakan Strategi pembelajaran aktif yang melibatkan siswa dan berguna bagi guru untuk melacak pengetahuan siswa atau mendapatkan hipotesis atau simpulan mereka dan kemudian memilah-milahnya menjadi sejumlah kategori. Metode terbimbing merupakan selingan yang mengasyikan disela-sela pengajaran biasa. Cara ini memungkinkan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan dipahami oleh siswa sebelum memaparkan apa yang guru ajarkan agar siswa termotivasi untuk mendengarkan ceramah guru dalam rangka mendapat jawabannya. Langkah-langkah yang pengajaran terbimbing menurut mel siberman, adalah 1. Ajukan pertanyaan atau serangkaian pertanyaan yang menjajaki pemikiran siswa dan pengetahuan yang mereka miliki. 2. Berikan waktu yang cukup kepada siswa dalam pasangan atau kelompok untuk membahas jawaban mereka. 3. Perintahkan siswa untuk kembali ketempat masing-masing dan catatlah pendapat mereka. 4. Sajikan poin-poin pembelajaran utama yang ingin guru ajarkan. Adapun langkah-langkah pengajaran terbimbing menurut Hisyam Zaini, dkk, adalah 1. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang mereka miliki. 40 Martha Kaufeldt, Wahai Para Guru Ubahlah Cara Mengajarmu,Jakarta:PT Indeks, 2008, hal. 34-35 2. Berikan waktu beberapa menit untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan. 3. Minta peserta didik menyampaikan hasil jawaban mereka dan catat jawaban- jawaban yang mereka sampaikan. 4. Sampaikan point-point utama dari materi dengan ceramah yang interaktif. 5. Minta peserta didik untuk membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin yang telah di sampaikan. Catatlah poin-poin yang dapat memperluas bahasan materi anda. Dalam pembelajaran aktif dengan metode pengajaran terbimbing, siswa dibiasakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang belum mereka ketahui dengan berdiskusi untuk menggabungkan pemahaman yang mereka miliki dan menghasilkan suatu kesimpulan. Guru berperan sebagai fasilitator, akan mengarahkan pada jawaban yang benar tanpa menyalahkan jawaban siswa tetapi siswa sendiri yang akan mengkategorikan poin-poin yang salah dari diskusinya. Yang paling penting, dengarkan gagasan siswa dan amati reaksi mereka ketika melakukan proses pembelajaran, guru akan mencatat berbagai gagasan mereka untuk mengembangkan gagasan-gagasan yang harus diajarkan.

E. Metode Ceramah

Metode ceramah menurut Zulfiani, dkk adalah metode mengajar yang menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan. 41 Metode ceramah menurut Wina Sanjaya dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada kelompok. 42 Gambaran pengajaran matematika dengan metode ceramah, bersifat teacher center. Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar. Definisi dan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru, hanya diberitahukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana menyimpulkannya. Contoh soal yang diberikan guru dikerjakan pula oleh guru, siswa hanya mengikuti langkah-langkah yang 41 Dr. Zulfiani, M.Pd, Tohir Feronika, M.Pd, Kinkin Suartini, M.pd, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, hal. 97-99. 42 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009, hal. 147 dilakukan guru dalam mengerjakan soal yang sama. Siswa cenderung bersifat pasif dalam pembelajaran. Metode ini dapat efektif jika saja digunakan pada situasi dan kondisi yang tepat. Misalkan bahan ajar yang akan disampaikan banyak, sedangkan pengajar hanya mempunyai waktu relatif singkat dan siswa yang akan diajar jumlahnya banyak. dalam metode ceramah dengan kondisi seperti diatas guru harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik karena metode ini memerlukan kemampuan berbicara. Umumnya pada metode ceramah materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru, pembelajaran yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan dan sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan. Dalam tahap persiapan guru merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan pokok- pokok materi yang akan diceramahkan, dan mempersiapkan alat bantu.Yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai dengan melakukan langkah apeersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Kelebihan metode ceramah, antara lain: 1. Hemat biaya 2. Pengelolaan kelas lebih murah, walau jumlah siswa banyak. 3. Guru dalam waktu singkat dapat menyampaikan bahan ajar yang banyak. 4. Bersifat fleksibel, karena pembelajaran dapat diakhiri sewaktu-waktu tanpa harus mengurangi cakupan materi yang akan diajarkan. 5. Jika guru memiliki kemampuan komunikasi yang baik maka akan membangkitkan semagat siswa. 6. Dapat mengembangkan kemampuan mendengar. Kelemahan metode ceramah antara lain siswa cenderung pasif sehingga tidak ada interaksi antara siswa dengan siswa yang lain dan siswa dengan guru, guru akan kesulitan mengukur pemahaman siswa karena hanya beberapa siswa yang aktif dan mempunyai kemampuan mengingat dengan cara mendengar saja sedangkan siswa lain tidak konsentrasi belajar yang berakhir dengan kejenuhan dan bosan. Metode ceramah tidah dipakai, apabila tujuan instruksionalnya bukan hanya memberi informasi tetapi misalnya agar siswa kreatif, terampil, mengingat pelajaran yang tahan lama dan berpartisipasi aktif dari siswa untuk mencapai tujuan. 43 Tabel 2.2 Perbedaan Metode Pengajaran Terbimbing dan Metode Ceramah 44 No. Metode Pengajaran Terbimbing Metode Ceramah 1. Tahap Pelaksanaan:

a. Langkah Pembukaan

 Menyampaikan tujuan yang akan dicapai.  Apersepsi Tahap Pelaksanaan: a. Langkah Pembukaan  Menyampaikan tujuan yang akan dicapai.  apersepsi 2. b. Langkah Penyajian  Guru membagi kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 siswa.  Setiap kelompok diberikan LKS dan dikerjakan bersama kelompok masing-masing dengan diskusi bersama untuk saling menukarkan informasi dan guru berkeliling untuk mengarahkan siswa yang kesulitan menjawab soal.  setelah waktu yang disepakati habis maka siswa kembali

b. Langkah Penyajian

 Guru menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa  Guru menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa.  Guru menyajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat agar mudah ditangkap oleh siswa.  Guru menanggapi respon siswa dengan segera. 43 Erman Suherman, Dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: UPI, 2003 h. 202-203. 44 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, …, h. 149- 152 kebangku semula.  Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan, kelompok lain memperhatikan dan bertanya.  Guru memulai pelajaran dengan ceramah dan siswa mengoreksi kesalahan dari jawaban yang mereka diskusikan bersama teman kelompok.  Guru menjaga kelas tetap kondusif. 3. c. Langkah mengakhiri atau menutup  Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang baru saja disampaikan, guru memberikan soal latihan c. Langkah mengakhiri atau menutup  Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan.  Guru merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau memberi semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan.  Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang baru saja disampaikan, guru memberikan soal latihan.

F. Kerangka berpikir

Strategi pembelajaran aktif dirancang untuk mengajar satu kelas penuh, belajar aktif bukan sekedar bersenang-senang. Kegiatan aktif bisa menyenangkan dan tetap dapat mendatangkan manfaat. Sesungguhnya banyak teknik belajar aktif yang memberikan siswa tantangan bertujuan menuntut kerja keras. Apa yang akan terjadi jika guru menjejali siswa dengan pemikiran mereka sendiri meskipun menyakinkan dan tertatanya pemikiran mereka atau ketika guru sering menggunakan penjelasan dan pemeragaan. Menuangkan fakta dan konsep kedalam benak siswa dengan menunjukan keterampilan dan prosedur dengan cara yang kelewat menguasai justru akan mengganggu proses belajar. Cara menyajikan informasi akan menimbulkan kesan langsung didalam otak. Namun, siswa tidak akan mendapatkan banyak hal baik dalam waktu lama ataupun sebentar. Penyampaian pembelajaran bisa dilakukan salah satunya dengan menggunakan metode pengajaran terbimbing. Pengajaran terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari lebih awal bahan ajar sebelum guru menjelaskan, siswa dibentuk kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang. Saling berbagi informasi dilakukan dalam forum diskusi bersama kelompok masing- masing, setelah itu jika waktu yang disepakati habis maka dipilih satu orang dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil mereka dan siswa yang lain mengoreksi apa bila terdapat kesalahan dalam menjawab. Guru berfungsi sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran matematika dikelas yang menjembatani siswa dengan materi pelajaran agar bisa dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari. Setelah pelajaran selesai siswa diminta untuk mengoreksi materi yang mereka diskusikan dengan informasi yang mereka dapat setelah guru menjelaskan. Guru bisa mengetahui persiapan dan penguasaan materi bahan ajar siswa yang akan diajarkannya. Belajar memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa memahaminya. Belajar juga memerlukan kedekatan berbagai macam hal, bukan sekedar pengulangan atau hafalan. Pelajaran matematika bisa diajarkan dengan media yang kongkrit, melalui buku-buku latihan dan dengan mempraktekan dalam kegiatan sehari-hari. Masing-masing konsep akan menentukan pemahaman siswa. Menggunakan Strategi pembelajaran aktif dengan metoda pengajaran terbimbing diduga dapat berpengaruh kemampuan komunikasi siswa dalam memahami soal, menyajikan dalam bentuk table, grafik dan menulis teks kedalam konteks matematika.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajarkan menggunakan Strategi pembelajaran aktif pengajar terbimbing lebih tinggi dari kemampuan matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada SMPN 3 Palabuhan Ratu, Jl. Sirnagalih Ds. Citepus Kec. Palabuhan Ratu Kab. Sukabumi. Waktu Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2011 sampai Maret 2011 dengan pokok bahasan Relasi dan Fungsi.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen, yaitu penelitian yang tidak dapat memberikan kontrol penuh. Penelitian ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok homogen, dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok pengamatan, yaitu kelompok dengan pemberlakuan pemberian Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metode Pengajaran Terbimbing dan kelompok dengan pemberlakuan pemberian metode ceramah. Perlakuan ini diberikan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu pada pokok bahasan relasi dan fungsi. Setelah penguasaan materi pelajaran, kedua kelompok diberi tes yang sama. Hasil tes kemudian diolah sehingga dapat diketahui apakah kemampuan komunikasi matematik antara kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berbentuk purposive sampling. Rancangan ini terdiri atas dua kelompok yang keduanya ditentukan sesuai dengan keadaan kelas yang sudah dibentuk oleh sekolah yang terdiri dari 2 kelas perempuan. Untuk pelaksanaan penelitian diperlukan 2 kelompok kelas, yaitu: 1. Kelas eksperimen adalah kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif Metode Pengajaran Terbimbing 2. Kelas kontrol adalah kelompok siswa yang diajar menggunakan Metode ceramah. Tabel. 3.1 DESAIN PENELITIAN 1 Kelompok Perlakuan Postest Eksperimen X 2 Kontrol 2 Keterangan: X = Perlakuan peneliti dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan metode pengajaran terbimbing 2 = Tes akhir

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP N 3 Palabuhan Ratu kelas VIII pada tahun ajaran 2010-2011. Kelas sampel diambil menggunakan purposive sampling. Sampel dipilih dengan ”pertimbangan” sesuai dengan keadaan kelas penelitian. Peneliti menggunakan kelas yang telah dibentuk oleh sekolah yang terdiri dari 2 kelas perempuan dari populasi. Teknik Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari keseluruhan kelas VIII SMP N 3 Palabuhan Ratu yang berjumlah 4 kelas terdiri dari 2 kelas perempuan dan 2 kelas laki-laki. Dalam penelitian ini yang digunakan 2 kelas perempuan yang terdiri dari Kelas VIII-A sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran matematika dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metode Pengajaran Terbimbing, dan kelas VIII-C sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran matematika dengan menggunakan Metode Ceramah. 1 Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmuah, Bandung: Pustaka Setia, 2001, h. 100

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Langkah awal pada tahap persiapan sebelum melaksanakan penelitian adalah mengurus surat izin observasi dan surat izin penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah diberikan surat izin observasi dan surat izin penelitian selanjutnya peneliti melakukan survey tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian. Setelah melakukan survey tempat, peneliti membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat dengan bimbingan dosen pembimbing skripsi. Setelah intrumen penelitian selesai dibuat, selanjutnya peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Setelah perangkat-perangkat penelitian instrumen penelitian dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disiapkan, peneliti melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yaitu Kepala Bagian Kurikulum untuk meminta izin melakukan penelitian disekolah tersebut dan wawancara dengan guru bidang studi matematika untuk melihat kemampuan komunikasi matematik siswa. Jika hasil prapenelitian membuktikan bahwa komunikasi matematik siswa rendah maka dilakukan langkah selanjutnya. 2. Tahap Pelaksanaan Kelompok sampel penelitian adalah kelas VIII-3 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII-4 sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksprimen diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif dengan Metode Pengajaran Terbimbing, sedangkan kelompok kontrol menggunakan Metode Ceramah. Setelah diberi perlakuan, kelompok eksperimen dan kontrol diberi tes hasil belajar untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik siswa. Tahap selanjutnya adalah tahap akhir penelitian. 3. Tahap Akhir Setelah kedua kelompok sampel melakukan tes akhir Posttest. Peneliti melakukan analisis data hasil tes Posttest dengan menggunakan uji statistik. Kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan sebelumnya. Instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data penelitian yang dapat menunjang sejumlah data yang diasumsikan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesis penelitian. Instumen yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa tes essay yang berjumlah 5 soal untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik siswa. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk tingkat SMPMTS. 2. Membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan indikator komunikasi matematik. 3. Membuat soal instrumen sesuai dengan kisi-kisi instrumen. 4. Instrumen yang telah dibuat oleh peneliti kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing skripsi. 5. Melaksanakan penilaian uji validitas isi pada para ahli yang terdiri dari dosen dan guru pamong matematika. 6. Analisis validitas isi da reliabilitas instrumen penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelian ini adalah instrument tes. Tes yang digunakan adalah tes essay, yang berupa soal-soal komunikasi yang berguna untuk mengukur komunikasi matematika siswa. Tes ini mengacu pada definisi konsep dan operasional komunikasi matematika. 1. Definisi Konseptual Kemampuan Komunikasi Matematik Kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerja sama. Kemampuan yang ada dalam komunikasi matematika antara lain kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika; memahami, mengevaluasi ide-ide matematika; dan kemampuan menggunakan istilah-istilah untuk menyajikan ide. Dalam penelitian ini peneliti membatasi kemampuan komunikasi siswa hanya pada kemampuan komunikasi tertulis yang mencakup 1 Written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, grafik dan aljabar, 2 Drawing, yaitu mereflesikan gambar, dan diagram kedalam ide-ide matematika. 3 Mathematical Expression, yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari- hari dalam bahasa atau simbol matematika. 2. Definisi Oprasional Kemampuan Komunikasi Matematik Secara operasional kemampuan komunikasi matematik siswa diukur oleh Tes uraian yang berjumlah 10 soal essay terdiri dari Written text, Drawing dan Mathematical Expression dengan menggunakan skor. Masing- masing butir berbobot 10 sehingga rentangan skor yang diperoleh siswa antara 0 – 100. 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Penyusunan instrument tes ini mengacu pada indicator dari kemampuan komunikasi matematik siswa, dengan perincian sebagai berikut: Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrument Penelitian N o Aspek Indikator No. Soal Jumlah Soal 1. Drawing 1. Memberikan gambaran bagaimana siswa menggunakan pola pikir dalam menyelesaikan soal dengan bahasa matematika yang berbeda dan dapat menentukan bentuk fungsi dengan menyatakan ide matematika dalam gambar grafik, jika nilai dan data fungsi diketahui. 2. Memberikan gambaran bagaimana siswa menggunakan pola pikir dalam menyelesaikan permasalahan dan mengkomunikasikan pola pikirnya dengan bahas matematika yang 1 5 8 3 berbeda dalam gambar grafik. 3. Memberikan gambaran bagaimana siswa menggunakan pola pikir dalam menyelesaikan permasalahan dan mengkomunikasika dalam menyusun table fungsi 2. Written Text 1. Soal yang memungkinkan siswa untuk memeriksa keshahihan argument dalam menentuan banyaknya fungsi dalam kordinat cartesius dengan menggunakan tulisan 2. Soal yang meminta siswa untuk melakukan manipulasi matematika dengan menentukan nilai perubah fungsi jika variable berubah dengan menggunakan tulisan dalam menyusun argument model matematika 3. Soal yang meminta siswa untuk melakukan manipulasi matematika dengan menentukan nilai perubah fungsi jika variable diketahui dengan menggunakan tulisan dalam menyusun argument model matematika. 4. Soal yang meminta siswa untuk memeriksa keshahihan argument dengan membuat model matematika menyusun argument jika nilai dan data fungsi diketahui dari bagun 2 3 6 9 4 datar 3. Mathematical Expression 1. Soal yang meminta siswa untuk mengajukan dugaan dan kemudian dibuktikan dalam menampilkan beragam konsep yang dikuasai siswa yang ada hubungannya dengan kejadian sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. 2. Soal yang meminta siswa untuk mengajukan dugaan dan kemudian dibuktikan dengan menampilkan beragam konsep banyaknya fungsi yang dikuasai siswa yang ada hubungannya dengan permasalahan sehari-hari. 3. Soal relasi dan fungsi yang meminta siswa untuk mengajukan dugaan dan kemudian dibuktikan dengan menampilkan beragam konsep yang dikuasai siswa yang berhubungan dengan kejadian sehari-hari 4 7 10 3 Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Kemampuan Komunikasi Matematik

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam data penelitian ini diperoleh melalui pemberian instrumen kemampuan komunikasi matematik yang diberi pada siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum digunakan, instrumen diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui apakah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Adapun uji validitas dan reliabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu instrument dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas soal. Ciri pertama dari tes kemampuan komunikasi matematik yang baik adalah bahwa tes belajar tersebut memiliki validitas. 2 Validitas dapat diartikan ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabsahan. Suatu instrument dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang sebenarnya diukur. 2 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 93 Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitas butir adalah dengan rumus korelasi product moment, yaitu 3 � � = � � − � {� � 2 − � 2 }{ � 2 − 2 } Keterangan: � � = korelasi antara variable X dan Y N = banyak siswa X = skor butir soal Y = skor total Uji validitas instrument dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan siatas dengan � ����� pada taraf signifikansi 5, dengan ketentuan bahwa jika � ��฀ sama atau lebih besar dari � ����� maka skor tersebut dinyatakan valid. 3 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Penelitian, Jakarata: Rineka Cipta, 2006, hal. 109 Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Validitas Tes Uraian Dalam pemberian interprestasi terhadap � ��� ini digunakan dp sebesar N-nr, yaitu 35 – 2 = 33. Derajat kebebasan sebesar 33dikonsultasikan kepada tabel “r” product moment. Pada taraf signifikansi 5, hasilnya adalah sebagai berikut 0,349.

2. Uji Reliabilitas