BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS A.
Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Belajar
Belajar suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim, sehingga derajatnya lebih tinggi dari orang yang tidak belajar. Hal ini
dinyatakan dalam surat Mujadalah:11, “Hai
orang-orang yang
beriman, apabila
dikatakan kepadamu:”Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah,
niscaya Allah
akan memberi
kelapangan untukmu.
Dan apabila
dikatakan:”Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diataramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Q.S. Al-Mujadilah:11
1
Gagne menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
2
Joint Report menyatakan bahwa belajar merupakan pencarian makna secara aktif oleh peserta didik.
3
James O Whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut
Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
1
Departemen Agama RI, Al- qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT. Syamil Cipta
Media,2005. hal
2
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 84
3
Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran edisi pertama, Surabaya:LAPIS-PGMI, 2008, hal. 12- 9
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
4
Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar. Dia menjelaskan tentang “kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk
bekerjasama dengan mereka guna mencapai tujuan,” yang mana hal ini dia
sebut resiprositas hubungan timbal balik. Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru
sebagai berikut, “Di mana dibutuhkan tindakan bersama, dan di mana resiprositas diperlukan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuan, disitulah
terdapat proses yang membawa individu ke dalam pembelajaran
membimbingnya untuk mendapatkan kemampuan yang diperlukan dalam pembentukan kelompok” Bruner, 1966.
Konsep-konsepnya Maslow dan Bruner melandasi perkembangan metode belajar kolaboratif yng sedemikian popular dalam lingkup pendidikan
masa kini. Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya
merupakan cara yang bagus untuk memanfaatkan kebutuhan sosial siswa. Mereka menjadi cenderung lebih telibat dalam kegiatan belajar karena mereka
mengerjakannya bersama teman-teman. Begitu terlibat, mereka juga langsung memiliki kebutuhan untuk membicarakan apa yang mereka alami bersama
teman, yang mengarah kepada hubungan-hubungan lebih lanjut. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif.
Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang di diskusikan siswa dengan teman-
temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi
pelajaran. Metode belajar bersama yang terbaik, semisal pelajaran menyusun gambar jigsaw, memenuhi persyaratan ini. Pemberian tugas yang berbeda
4
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar edisi 2, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2008, hal. 12-13
kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar bersama, namun juga mengajarkan satu sama lain.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa terdapat beberapa elemen penting
yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu: 1 Perubahan yang terjadi secara sadar, diartikan bahwa siswa yang belajar akan menyadari adanya
perubahan dalam pengetahuan. Misalnya, setelah belajar siswa mengetahui bagaimana cara mengerjakan soal relasi dan fungsi. 2 Perubahan dalam belajar
bersifat fungsional, hasil belajar yang dilakukan oleh siswa mengalami perubahan terus menurus dan berguna sehingga dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti halnya siswa SMP kelas VIII belajar sub bab relasi dan fungsi dalam menghitung nilai perubah fungsi jika nilai variabel
berubah, setelah bab ini selesai di lanjut kebab sistem persamaan linear dua variabel dalam eliminasi dan subtitusi pengerjaannya hampir sama. Ketika
siswa diberi soal SPLDV maka siswa akan mudah mengerjakan soal. 3 Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, makin banyak usaha belajar
yang dilakukan siswa makin banyak perubahan yang dihasilkan, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah berpikir, ketrampilan,
kecakapan, kebiasaan ataupun sikap. Demikian juga dengan perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan siswa terjadi dengan sendirinya. 3 Perubahan
dalam belajar bukan bersifat sederhana, perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam menghitung
perkalian setelah belajar tidak akan hilang, melainkan akan terus dimiliki bahkan makin berkembang ke kecakapan pembagi bila terus dipergunakan dan
dilatih. 4 Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah yang dilakukan dengan sadar. Misalnya seorang siswa yang belajar matematika, sebelumnya sudah
menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar matematika dengan membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan indikator yang
sudah direncanakan agar proses pembelajaran dikelas terarah.
Secara umum pembelajaran matematika di Indonesia menganut dua pandangan tentang belajar, yaitu pandangan aliran behavioristik dan aliran
kognitif. Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indera dengan
kecendrungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon.
5
Hubungan stimulus dan respon akan semakin kuat mana kala terus-menerus dilatih atau diulang-ulang dengan tidak memperhatikan proses kejiwaan yang
berdimensi ranah cipta seperti berpikir, mempertimbangkan pilihan dan mengambil keputusan.
Sedangkan menurut pandangan aliran kognitif, belajar adalah proses pengembangan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan
antarabagian didalam suatu situasi permasalahan. Pembelajaran menurut aliran kognitif bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari
suatu masalah. Melalui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta. Berikut ini perbedaan aliran behavioristik dan kognitif.
Tabel 2.1
Perbedaan Aliran Behavioristik dan Kognitif
No. Teori belajar Behavioristik Teori belajar Kognitif
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
Mementingkan apa yang ada dalam diri
2. Mementingkan bagian-bagian
Mementingkan keseluruhan 3.
Mengutamakan peran reaksi Mengutamakan fungsi kognitif
4. Hasil
belajar terbentuk
secara mekanitik
Terjadi keseimbangan dalam diri
5. Dipengaruhi oleh pengalaman masa
lalu Tergantung pada kondisi saat ini
6. Mementingkan
pembentukan kebiasaan
Mementingkan terbentuknya struktur kognitif
7. Memecahkan
masalah dilakukan
dengan cara trial and error Memecahkan
masalah berdasarkan
pada insight
5
Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, h. 114-121
Adapun perubahan dalam pembelajaran salah satunya adalah perubahan positif dan aktif. Positif artinya, baik bermanfaat serta sesuai dengan harapan
senantiasa penambahansesuatu yang baru seperti pemahaman dan keterampilan baru yang lebih baik dari sebelumnya sedangkan aktif artinya tidak terjadi
dengan sendirinya tetapi usaha siswa itu sendiri.
6
Dari beberapa hasil penelitian yang dipaparkan dilatar belakang, pembelajaran di Indonesia sampai saat ini masih berorientasi pada teori belajar
Behavioristik. Dimana guru memberi penjelasan tentang konsep-konsep matematika, contoh-contoh, latihan dan pekerjaan rumah akan tetapi siswa
tidak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika yang telah ada. Sehingga pembelajaran siswa tidak bermakna. Pembelajaran
matematika yang bermakna merupakan pembelajaran yang mengutamakan pengertian atau pemahaman konsep dan penerapannya dalam kehidupan.
2. Pengertian Matematika
Banyak pakar pendidikan yang mengartikan matematika. Pendapat para pakar tersebut akan diuraikan pada pembahasan berikut ini, James dan james
mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang
lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Kemudian Klien mengatakan juga,bahwa
matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu
manusia dalam memahami dan memguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Bourne memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanan pada knowing how, yaitu pelajar dipandang sebagai mahluk yang
aktif dalam mengonstruksikan ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi
6
Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 117