47
3.6 PENGUJIAN SELULOSA MIKROKRISTALIN DAN PRODUK
LATEKS KARET ALAM 3.6.1 ANALISA
KANDUNGAN AMILUM
PADA SELULOSA
MIKROKRISTALIN
Sampel yang akan dianalisa kandungan amilumnya adalah selulosa mikrokristalin. Tujuan dilakukan analisa ini adalah untuk menguji bahan yang
dihasilkan dari proses hidrolisis berupa selulosa mikrokristalin atau glukosaamilum. Analisa kandungan amilum pada selulosa mikrokristalin dilakukan di laboratiorium
lateks, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3.6.2 ANALISA X-RAY DIFFRACTION XRD
Sampel yang akan dianalisa dengan X-Ray Diffraction XRD yaitu berupa: 1.
tepung kulit singkong 2.
selulosa mikrokristalin dari tepung kulit singkong Tujuan dilakukan analisa ini adalah untuk melihat perbandingan derajat
kekristalan dari tepung kulit singkong dan selulosa mikrokristalin dari tepung kulit singkong. Analisa X-Ray Diffraction XRD dilakukan di Pusat Sains dan Teknologi
Bahan Maju PSTBM – BATAN, Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang Selatan.
2.6.3 UJI KEKUATAN TARIK TENSILE STRENGTH DENGAN ASTM D 412
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan produk lateks karet alam yang terpenting dan sering digunakan untuk karakteristik suatu bahan produk
lateks karet alam. Kekuatan tarik suatu bahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum F
maks
yang digunakan untuk memutuskan spesimennya bahan dibagi dengan luas penampang awal A
o
.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.10 Sketsa Spesimen Uji Tarik ASTM D 412 Produk lateks karet alam dipilih dan dipotong membentuk spesimen untuk
pengujian kekuatan tarik uji tarik sesuai dengan standar ASTM D 412. Pengujian kekuatan tarik dilakukan dengan tensometer terhadap tiap spesimen. Tensometer
terlebih dahulu dikondisikan pada beban 100 kgf dengan kecepatan 500 mmmenit, kemudian dijepit kuat dengan penjepit yang ada dialat. Mesin dihidupkan dan
spesimen akan tertarik ke atas spesimen diamati sampai putus, dicatat tegangan maksimum dan regangannya.
3.6.4 UJI DENSITAS SAMBUNG SILANG CROSSLINK DENSITY DENGAN ASTM D 471
Swelling merupakan sifat non-mekanis, tetapi secara luas digunakan untuk
mengkarakterisasi material elastomer. Uji swelling index dan kerapatan sambung silang crosslink density dilakukan sebagai berikut. Produk lateks karet alam
dipotong sedemikian rupa hingga massanya mencapai 0,2 gram. Uji kerapatan sambung silang crosslink density dihitung dengan menggunakan persamaan Flory-
Rehner seperti persamaan 2.2 berikut ini [65].
C r
13 r
s o
2 r
r r
M 1
2 V
V V
ρ V
V V
ln1 v
= −
× +
+ −
− =
χ
dimana: V
r
= fraksi volume karet dalam swollen gel
V
s
= volume molar toluena 106,2 cm
3
.mol
-1
χ = parameter interaksi karet-pelarut 0,38 dalam kasus ini
……….…………...3.1
Universitas Sumatera Utara
49 ρ
o
= densitas polimer v = densitas sambung silang karet mol.cm
-3
M
C
= berat molekul rata-rata dari polimer antara sambung silang g.mol
-1
Fraksi volume dari jaringan karet dalam fasa swelling dihitung dari data kesetimbangan swelling sebagai berikut [65].
sf 1
rf 1
rf r
ρ W
ρ W
ρ W
v +
= Dimana:
W
sf
= fraksi berat pelarut ρ
o
= densitas pelarut W
rf
= fraksi berat polimer dalam spesimen swollen ρ
1
= densitas polimer untuk karet 0,9125 gcm
-3
ρ
s
= denisas pelarut untk toluena 0,867 gcm
-3
3.6.5 KARAKTERISTIK FOURIER TRANSFORM INFRA-RED FTIR