69
4.5 KARAKTERISTIK
FOURIER TRANSFORM INFRARED FTIR FILM
LATEKS KARET
ALAM DENGAN
DAN TANPA
PENAMBAHAN PENGISI SELULOSA MIKROKRISTALIN DARI TEPUNG KULIT SINGKONG DAN PENYERASI ALKANOLAMIDA
Berikut ini merupakan karakteristik FTIR dari film lateks karet alam dengan dan tanpa penambahan pengisi selulosa mikrokristalin dari tepung kulit singkong dan
penyerasi alkanolamida.
Keterangan analisa gugus fungsi [50] : -
3309,84 cm
-1
: regang alkohol O–H -
2892,45 cm
-1
: regang alkana C–H -
1485,50 cm
-1
: regang gugus aromatik C=C -
1080,92 cm
-1
: regang amida N–H
Gambar 4.14 Karakteristik FTIR Film Lateks Karet Alam Dengan dan Tanpa Penambahan Pengisi Selulosa mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong
dan Penyerasi Alkanolamida
Hasil analisa FTIR film lateks karet alam menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada gugus fungsi film lateks karet alam dengan dan tanpa penambahan
pengisi selulosa mikrokristalin dari tepung kulit singkong dan penyerasi alkanolamida. Spektrum FTIR untuk lateks murni, lateks dengan pembebanan
pengisi 5 phr, lateks dengan pembebanan pengisi 10 phr dan lateks dengan pembebanan pengisi 15 phr menunjukkan pengurangan puncak absorpsi pada
Universitas Sumatera Utara
3309,84 cm
-1
yang mengindikasikan adanya ikatan hidrogen –OH dari selulosa mikrokristalin. Hal ini disebabkan oleh gugus amida dari alkanolamida mengikat
gugus hidroksil -OH dari selulosa mikrokristalin. Puncak spektrum gugus amida N-H pada 1080,92 cm
-1
mengindikasikan kehadiran alkanolamida dalam film lateks karet alam berpengisi selulosa mikrokristalin dari tepung kulit singkong dengan
penyerasi alkanolamida. Spektrum serapan dari lateks karet alam murni pada 2892,45 cm
-1
mengindikasikan adanya regangan alkana C-H sementara spektrum serapan pada 1485,50 cm
-1
berhubungan dengan regang gugus aromatik C=C. Gambar 4.15 menunjukkan reaksi antara lateks karet alam, pengisi selulosa
mikrokristalin dari tepung kulit singkong dan agen sambung silang crosslinking agents seperti sulfur S dan zink oksida ZnO. Lateks karet alam akan membentuk
ikatan baru antara pengisi dan agen sambung silang. Hal ini dapat tercapai dengan pemutusan satu ikatan C=C dari lateks karet alam untuk menghasilkan 2 sisi aktif
dan jaringan sambung silang antara sulfur dan lateks karet alam [87]. Berikut ini merupakan kemungkinan interaksi antara lateks karet alam, bahan kuratif dan pengisi
selulosa mikrokristalin dengan penyerasi alkanolamida.
Lateks dan bahan kuratif Alkanolamida Selulosa mikrokristalin Gambar 4.15 Interaksi Antara Lateks Karet Alam Dengan Pengisi Selulosa
Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong dan Bahan Kuratif [85] Kation zink dari zink oksida akan bereaksi dengan bahan pemercepat seperti
zinc diethyldithiocarbamate ZDEC untuk membentuk kompleks aktif zink-bahan pemercepat yang merupakan salah satu dari langkah utama dalam proses vulkanisasi.
Kompleks ini akan bereaksi dengan sulfur untuk membentuk agen aktif yang berinteraksi dengan bagian alilik dari karet untuk membentuk ikatan sambung silang.
Sebagai tambahan pada jaringan sambung silang, unit selulosa akan membentuk
Universitas Sumatera Utara
71 jaringan tambahan dengan pengikatan bersama zink untuk membentuk kompleks Zn-
selulosa [31, 88]. Penambahan bahan penyerasi alkanolamida akan meningkatkan interaksi
antara matriks lateks karet alam dan pengisi selulosa mikrokristalin dari kulit singkong. Rantai hidrokarbon dari lateks karet alam akan berikatan dengan rantai
hidrokarbon dari alkanolamida, sedangkan gugus amida dari alkanolamida akan mengikat gugus hidroksil dari selulosa mikrokristalin. Interaksi yang baik antara
alkanolamida, selulosa mikrokristalin dan lateks karet alam akan meningkatkan sifat mekanik dari lateks karet alam. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil kekuatan tarik
film lateks karet alam pada Gambar 4.10 dimana pembebanan pengisi terbaik sebesar 10 phr.
Interaksi antara lateks karet alam, alkanolamida dan selulosa mikrokristalin dapat diamati pada hasil karakterisasi FTIR pada Gambar 4.14 dimana terjadi reduksi
puncak serapan dengan peningkatan pembebanan pengisi pada bilangan gelombang 3309,84 cm
-1
yang mengindikasikan kehadiran gugus hidroksil -OH. Reduksi tersebut terjadi karena gugus hidroksil dari selulosa mikrokristalin telah berikatan
dengan alkanolamida. Hal ini juga didukung oleh hasil karakterisasi SEM pada gambar 4.16 dimana keberadaan alkanolamida membantu dalam proses distribusi
secara seragam selulosa mikrokristalin pada matriks lateks karet alam.
4.6 KARAKTERISTIK SCANNING ELECTRON MICROSCOPE SEM