17 tepung kulit singkong masih terdiri dari hemiselulosa, lignin dan selulosa sehingga
masih terdapat pembatas fisik dinding sel yang dapat mengurangi daya interaksi dengan matriksnya [42 – 43].
Selulosa mikrokristalin pada dasarnya terbentuk dari kristalit dengan ukuran koloidal. Kristalit memiliki ukuran diameter sekitar 15 - 20 μm. Agregat kristalit
dapat membentuk aglomerat pada saat pengeringan slurry selulosa sehingga dapat terbentuk ukuran diameter partikel sebesar 20 sampai 200 μm. Selulosa
mikrokristalin memiliki derajat kristalinitas yang tinggi yang nilainya berkisar antara 55 sampai 80 yang ditentukan dengan metode X-Ray Diffraction. Selulosa
mikrokristalin memiliki kereaktifan yang tinggi, dapat diperbaharukan dan bersifat biodegradable [11, 42, 44].
2.5 SELULOSA MIKROKRISTALIN DARI KULIT SINGKONG
Selulosa mikrokristalin MCC merupakan selulosa yang terdepolimerisasi secara parsial yang dibuat dengan memperlakukan selulosa dengan asam mineral.
Ketika selulosa bereaksi dengan asam, ikatan β1-4 glikosida diserang dan penghubung asetal rusak yang menyebabkan hidrolisis dari rantai sehingga
menurunkan derajat polimerisasi [45]. Selulosa mikrokristalin dapat didispersikan sebagai mikrokristal yang tidak
larut dalam air pada penekanan mekanik. Selulosa mikrokristalin adalah hidrokoloid yang merupakan salah satu turunan dari selulosa. Selulosa mikrokristalin digunakan
pada berbagai aplikasi dalam kosmetik, farmasi dan produk makanan sebagai bahan pengisi dan bahan penstabil karena adanya sifat viskoelastis [46].
Selulosa mikrokristalin pernah dibuat dari limbah kapas [47], limbah tongkol jagung [48], serbuk gergaji [49], dan jerami padi [44]. Sun, et al 2014 meneliti
mengenai pembuatan komposit dengan matriks polivinil alkohol PVA dan pengisi selulosa mikrokristalin dari limbah kapas dengan penambahan aur dan formamida
sebagai bahan pemlastis. Hasil penelitian menunjukkan penambahan selulosa mikrokristalin akan meningkatkan modulus dan tegangan tarik pada produk komposit
[47]. Ashori dan Amir 2010 meneliti mengenai pengaruh penambahan selulosa
mikrokristalin pada komposit plastik kayu yang mengandung polypropylene-graft-
Universitas Sumatera Utara
18 maleic anhydride sebagai bahan penyerasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kekuatan tarik, kekuatan lentur dan kekuatan bentur komposit meningkat dengan penambahan selulosa mikrokristalin [50].
Pada penelitian ini, penambahan selulosa mikrokristalin dari tepung kulit singkong diharapkan dapat meningkatkan densitas sambung silang dan sifat mekanik
dari film lateks karet alam.
2.6 ALKANOLAMIDA
Surfaktan adalalah senyawa aktif yang dapat mendegradasi tegangan permukaan dan memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik dalam struktur molekul
yang sama. Senyawa ini dapat mendegradasi tegangan antarmuka antara dua fasa yang memiliki kepolaran yang berbeda. Umumnya, bagian nonpolar dari surfaktan
adalah rantai alkil panjang, sementara bagian yang polar adalah gugus hidroksil [51]. Alkanolamida merupakan turunan asam lemak yang penting dalam hal
keluasan aplikasinya, termasuk produk pelindung, pembersih permukaan kasar, penghambat korosi, pelumas dan pendispersi pewarna. Alkanolamida dihasilkan dari
kondensasi asam lemak atau ester asam lemak dengan alkanolamina, seperti monoetanolamina atau dietanolamina. Hal ini dapat terlihat pada gambar 2.3. Sifat
fungsional dari alkanolamida seperti pembasah, peningkat busa, penebal, pelumas dan penghambat korosi tergantung pada bahan baku dan kondisi reaksi yang
digunakan [52]. Bagian alkil dari asam lemak mengandung gugus hidroksil atau epoksi.
Kehadiran gugus ini memungkinkan modifikasi kimia untuk membuat rantai hidrokarbon yang dapat mengubah lebih lanjut sifat surfaktan. Asam lemak atau
metil esternya dapat bereaksi dengan amina primer dan sekunder seperti monoetanolamina dan dietanolamina untuk menghasilkan alkanolamida [53].
Gambar 2.3 Reaksi Asam Lemak dengan Monoetanolamina X=H atau Dietanolamina X=CH
2
CH
2
OH [52]
Universitas Sumatera Utara
19 Pada penelitian ini, lateks karet alam yang bersifat nonpolar dan bahan
pengisi selulosa mikrokristalin dari kulit singkong yang bersifat polar akan menghasilkan adhesi antarmuka yang tidak bagus bila dicampurkan. Hal ini
disebabkan oleh ketidakserasian dari kedua bahan tersebut sehingga dapat berdampak pada sifat mekanik dari komposit. Oleh karena itu, diperlukan bahan
penyerasi alkanolamida untuk meningkatkan keserasiannya. Hal ini disebabkan oleh keunggulan senyawa alkanolamida dimana molekul-molekul alkanolamida tersebut
memiliki sifat polar dan non polar. Rantai hidrokarbon yang panjang bersifat non polar sedangkan gugus amidanya bersifat sangat polar [19].
2.7 METODE PENCELUPAN BERKOAGULAN