UJI DENSITAS SAMBUNG SILANG CROSSLINK DENSITY KARAKTERISASI FOURIER TRANSFORM INFRA RED FT-IR

22 mengukur tegangan yang dihasilkan. Gambar 2.4 menunjukkan spesimen berbentuk dumbbell yang biasa digunakan. ASTM D412 dan ISO37 merincikan prosedur standar yang digunakan untuk mengukur sifat tegangan-regangan tarik dari senyawa karet yang matang [61]. Gambar 2.5 Spesimen Karet Berbentuk Dumbbell [61] Secara umum, kekuatan tarik, perpanjangan dan tegangan tarik pada berbagai perpanjangan dilaporkan. Kekuatan tarik merupakan maksimum tegangan ketika spesimen dumbbell patah selama perpanjangan. Perpanjangan akhir merupakan tekanan yang diterapkan ketika terjadi patahan. Tegangan tarik biasanya diukur dan dilaporkan pada tegangan yang ditentukan seperti 100 dan 300 sebelum patahan terjadi [61]. Nilai kekuatan tarik dapat dihitung dari persamaan berikut [62]. σ = P Ao ............................................................2.3 Dimana : σ = kekuatan tarik kgfmm 2 P = beban maksimum kgf A o = luas penampang awal mm 2

2.8.4 UJI DENSITAS SAMBUNG SILANG CROSSLINK DENSITY

Sambung silang dari rantai polimer sangat penting dalam mengendalikan banyak sifat polimer. Peningkatan besar dalam derajat sambung silang akan membuat polimer amorf lebih kaku dan menyebabkannya memiliki titik lembut uang tinggi dan modulus yang lebih tinggi, mengurangi perpanjangan dan pembengkakan oleh pelarut dan meningkatkan temperatur gelas. Pengukuran swelling index sering digunakan untuk mengukur densitas sambung silang dari karet. Derajat swelling yaitu jumlah pelarut yang diserap diketahui tergantung pada densitas sambung silang dari jaringan polimer. Semakin Universitas Sumatera Utara 23 besar densitas sambung silang, semakin kecil derajat swelling-nya [63]. Swelling index dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut [64]. 100 W W W index Swelling 1 1 2 × − = dimana W 1 dan W 2 adalah berat awal dan berat swollen dari film lateks. Densitas sambung silang dari komposit dapat ditentukan menggunakan persamaan Flory-Rehner dengan pengukuran nilai swelling menurut hubungan [65]: C r 13 r s o 2 r r r M 1 2 V V V ρ V V V ln1 v = − × + + − − = χ dimana: V r = fraksi volume karet dalam swollen gel V s = volume molar toluena 106,2 cm 3 .mol -1 χ = parameter interaksi karet-pelarut 0,38 dalam kasus ini ρ o = densitas polimer v = densitas sambung silang karet mol.cm -3 M C = berat molekul rata-rata dari polimer antara sambung silang g.karetg.mol Fraksi volume dari jaringan karet dalam fasa swelling dihitung dari data kesetimbangan swelling sebagai berikut [65]. sf 1 rf 1 rf r ρ W ρ W ρ W v + = Dimana: W sf = fraksi berat pelarut ρ o = densitas pelarut W rf = fraksi berat polimer dalam spesimen bengkak ρ 1 = densitas polimer untuk karet 0,9125 g.cm -3 ρ s = denisas pelarut untk toluena 0,867 g.cm -3

2.8.5 KARAKTERISASI FOURIER TRANSFORM INFRA RED FT-IR

Fourier Transform Infrared FTIR spectrocopy adalah metode yang ideal dan tidak merusak untuk analisis kimia bahan partikulat. Penggunaan FTIR akan memberikan informai mengenai komposisi dari sampel yang dianalisa. Dengan menggunakan FTIR, berbagai bahan anorganik seperti SO 4 2- , NO 3 - , SiO 4 2- , dan NH 4 + ………..…………...2.4 ………..…………2.5 Universitas Sumatera Utara 24 dan gugus organik seperti karbon alifatik, karbonil, dan nitrat organik dapat dianalisa. Komposisi dari bahan partikulat bervariasi dengan daerah asal dari partikel tersebut [66]. Penggunaan FTIR akan memberikan pola interferogram. Interferogram merupakan suatu sinyal kompleks tetapi pola seperti gelombangnya mengandung semua frekuensi yang menyusun spektrum inframerah. Interferogram biasanya merupakan plot dari intensitas versus frekuensi. Operasi matematika yang dikenal dengan Fourier Transform FT dapat memisahkan frekuensi penyerapan individu dari interferogram sehingga menghasilkan spektrum yang identik dengan yang diperoleh spektrometer dispersif. Spektrometer inframerah menentukan posisi dan ukuran relatif dari semua absorpsi atau puncak dalam daerah infrared dan memplotnya pada selembar kertas. Plot dari intensitas absorpsi versus nomor gelombang dinyatakan sebagai spektrum infrared dari suatu senyawa. Keunggulan penggunaan instrumen FTIR adalah dapat memperoleh interferogram dalam hitungan detik [67].

2.8.6 KARAKTERISASI SCANNING ELECTRON MICROSCOPE SEM

Dokumen yang terkait

Pengaruh Waktu Vulkanisasi dan Pembebanan Pengisi Tepung Kulit Singkong Termodifikasi Penyerasi Alkanolamida pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam

5 231 102

Pengaruh Suhu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Tepung Kulit Singkong Termodifikasi Penyerasi Alkanolamida

3 50 110

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

8 26 116

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 23

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 2

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 6

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 17

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 1 7

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 15

Pengaruh Suhu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Tepung Kulit Singkong Termodifikasi Penyerasi Alkanolamida

0 0 6