Sedangkan Menurut Alport 1954 dalam Achmadi 2004 sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu: 1 kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu
objek; 2 kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; 3 kecenderungan untuk bertindak tend to behave.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, yakni Notoatmodjo, 2003: a receiving menerima, bila seseorang atau subyek mau
memperhatikan stimulus yang diberikan obyek; b responding merespon, yaitu apabila ditanya memberikan jawaban, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan. Ini adalah suatu indikasi dari sikap; c valuing menghargai, bila seseorang atau mendiskusikan suatu masalah. Ini adalah indikasi dari sikap tingkat
tiga; d bertanggung jawab responsible, bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Ini adalah tingkatan sikap yang paling tinggi.
Menurut Sax 1980 dalam Saifuddin 2008, bahwa beberapa dimensi dari sikap yaitu arah, intensitas, keluasaan, konsistensi, dan spontanitasnya. Pengukuran
sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap suatu objek, secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
2.4. Perubahan Perilaku Individu
Menurut teori Lawrence Green 1980 perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku behaviour causes dan faktor
Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009
di luar perilaku non behaviour cause, kemudian dijabarkan menjadi tiga faktor yaitu: a faktor predisposisi predisposing factor, yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai; b faktor-faktor pendukung enabling factor, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan; c faktor-faktor pendorong reinforching factor, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari masyarakat itu sendiri. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Implisit dari proses perubahan perilaku adalah adanya sesuatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan diharapkan untuk diterima
dipakai oleh individu tersebut Liliweri, 2007. Menurut Rogers 1971 dalam teori Innovation Decision Process, yang diartikan sebagai proses kejiwaan yang dialami
oleh seorang individu, sejak menerima informasipengetahuan tentang suatu hal yang baru, sampai pada saat dia menerima atau menolak ide baru itu. Menurut Shoemaker
1971, proses adopsi inovasi itu melalui lima tahap, yaitu: 1 mengetahuimenyadari tentang adanya ide baru itu awareness; 2 menaruh perhatian terhadap ide itu
interest; 3 memberikan penilaian evaluation; 4 mencoba memakainya trial, dan kalau menyukainya; 5 menerima ide baru adoption.
Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009
Menurut Rogers dan Shoemaker 1971, proses adopsi ini tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterimaditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi
sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi empat tahap: 1 individu menerima informasi dan pengetahuan
berkaitan dengan suatu ide baru tahap knowledge. Pengetahuan ini menimbulkan minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang objek tersebut, dan kemudian petugas
kesehatan mulai membujuk atau meningkatkan motivasinya guna bersedia menerima objektopik yang dianjurkan; 2 persuasion pendekatan, yaitu tahap di mana
individu membentuk suatu sikap kurang baik atau yang baik terhadap inovasi; 3 tahap decision, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan untuk menerima
konsep baru yang ditawarkan petugas kesehatan; 4 tahap implementation, yaitu tahap penggunaan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau
diadopsi; 5 tahap confirmation, yaitu tahap penguatan, di mana individu meminta dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang diambilnya.
Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009
Secara skematis, proses adopsi inovasi dapat dilihat pada Gambar 2.1: Sumber: Rogers, M, E, 1992
Gambar 2.1. Model Proses Inovasi-Adopsi 2.5.
Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi Remaja untuk Orang TuaGuru SMU
Banyak orang dewasa seperti orang tua, guru, pemuka masyarakat, dan tokoh
pemuda tidak siap membantu remaja menghadapi masa pubertas. Akibatnya remaja tidak memiliki cukup pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi berbagai
perubahan gejolak dan masalah yang sering timbul pada masa remaja. Mereka kemudian terjebak dalam masalah fisik, psikologis dan emosional yang kadang-
kadang sangat merugikan seperti stres dan depresi, kehamilan tidak diinginkan, penyakit dan infeksi menular seksual, dan lain-lain. Hal ini sebetulnya tidak perlu
terjadi bila mereka lebih memahami berbagai proses perubahan yang akan terjadi
Communication Channel
Knowledge Persuasion
Decision Implementation
Confirm
a
t
i
on
Characteristics of The Decision Making
- Sociodeconomic
Characteristics -
Personality Variables -
Communication Behavior
Perceived Characteristics of
Innovation -
Relative advantage -
Compatibility -
Complexity -
Trialability -
Observability Adoption
Rejection Continue
Adoption
Continuejection
Later Adoption
Discontinuance
Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009
pada dirinya sehingga lebih siap menghadapi persoalan pubertas, seksualitas dan kesehatan reproduksi.
Penyebaran informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja masih sangat dibutuhkan karena selama ini seluk beluk kesehatan reproduksi masih belum cukup
dipahami baik oleh orang dewasa maupun remaja sendiri. Informasi ini sesungguhnya berguna untuk: 1 meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja
maupun orang dewasa mengenai pentingnya kesehatan reproduksi remaja; 2 mempersiapkan remaja menghadapi dan melewati masa pubertas yang seringkali
cukup berat; 3 melindungi anak dan remaja dari berbagai resiko kesehatan reproduksi seperti Infeksi Menular Seksual IMS dan HIVAIDS serta Kehamilan
yang Tidak Diinginkan KTD; 4 membuka akses pada informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui sekolah maupun luar sekolah.
Guruorang tua perlu memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja sedini mungkin kepada anak remaja. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan
mengapa informasi kesehatan reproduksi sudah mendesak untuk diberikan pada orang tuaguru, yaitu: 1 anak remaja adalah individu yang masih berada dalam
tanggung jawab orang tuanya, dan sangat umumwajar jika orang tua adalah orang yang paling peduli pada proses tumbuh kembang anak remajanya; 2 bagi anak
remaja sendiri, orang tua adalah pihak yang paling penting dan sangat besar pengaruhnya. Akan lebih nyaman bila informasi kesehatan reproduksi diberikan oleh
orang yang disayangi dan dipercaya; 3 dewasa ini pubertas lebih cepat dialami oleh remaja karena perbaikan gizi dan nutrisi sehingga orang tua harus lebih awal
Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009
memberi pengetahuan yang berkaitan dengan perubahan-perubahan pada anak remajanya; 4 anak dan remaja mudah sekali terpapar pada informasi yang buruk dan
menyesatkan mengenai seks melalui berbagai media. Kesiapan orang tuaguru akan membantu anak untuk menghadapi dan
menerima perubahan tersebut secara wajar. Anak akan menyadari bahwa perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang dialaminya adalah sesuatu yang normal dan bukan
kelainan atau penyimpangan. Pengetahuan ini akan menjadi dasar yang kuat bagi anak dalam mengambil keputusan-keputusan penting yang menyangkut kesehatan
reproduksinya. Dengan demikian remaja diharapkan akan siap melewati masa remajanya dengan lebih mantap dan memasuki masa dewasa yang lebih cerah.
Tujuan proses belajar aktif ini adalah: 1 memberikan pemahaman tentang beberapa topik penting menyangkut seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja;
2 penekanan mengapa topik-topik tersebut penting untuk melindungi remaja; 3 bantuan bagi orang dewasa yang tidak siap memberikan pengetahuan yang
dibutuhkan remaja. Sedangkan sasaran proses belajar aktif ini diperuntukkan bagi orang tua
remaja, guru atau anak remaja, melalui perantaraan fasilitator dalam menyampaikan materi kesehatan reproduksi dengan cara-cara yang mudah dipahami, menyenangkan
serta sesuai untuk kelompok orang tuaguru. Secara teoritis materi kesehatan reproduksi untuk orang tua dan guru tidak berbeda, tetapi proses belajar bisa
dilakukan terpisah, sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi di lapangan PKBI, 2004
Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009
2.6. Kesehatan Reproduksi Remaja