pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja, dan pernyataan pendidikan kesehatan reproduksi dapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan relatif sama antara kurang
setuju 39,7 dan tidak setuju 37,9, dan mayoritas guru tidak setuju 72,4 bahwa guru yang bertanggung jawab terhadap pengawasan dan pemantauan terhadap
pertemanan siswa.
B. Sikap Guru Sebelum Intervensi Simulasi
Berdasarkan perolehan skoring pada item indikator sikap sebelum intervensi simulasi di atas, dan hasil perhitungan kurva normal dengan rerata dan standar
deviasi, maka variabel sikap sebelum dilakukan intervensi simulasi dapat dikategorikan seperti pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sikap Guru Sebelum Intervensi Simulasi pada Guru di SMU dan SMK Pencawan Medan
No Sikap Guru Sebelum Intervensi
Jumlah n Persentase
1 Baik
16 27.6
2 Sedang
28 48.3
3 Kurang
14 24.1
Total 58
100.0
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa mayoritas guru sebelum dilakukan intervensi simulasi mempunyai sikap kategori sedang 48,3
dibandingkan sikap yang baik 27,6 dan kurang 24,1.
4.4.5. Gambaran Sikap Sesudah Intervensi Simulasi
A. Gambaran Indikator Sikap Guru Sesudah Intervensi Simulasi
Berdasarkan indikator sikap guru setelah dilakukan intervensi menunjukkan mayoritas guru 56,9 tidak setuju bahwa wacana hubungan seksual bagi remaja
Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009
adalah wajar, anjuran penggunaan alat kontrasepsi bagi remaja sama antara setuju dengan tidak setuju 39,7, dan mayoritas kurang setuju 43,1 terhadap usia
perempuan yang baik melahirkan, mayoritas guru masih tidak setuju pencegahan kehamilan tidak diinginkan hanya dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan
reproduksi 43,1. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Indikator Sikap Guru Sesudah Intervensi Simulasi pada Guru di SMU dan SMK Pencawan Medan
Jawaban Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Total Indikator Sikap
n n
n n
1 Pendapat wacana hubungan seksual adalah wajar
14 24.1
11 19.0
33 56.9
58 100.0
2 Pendapat anjuran bagi remaja menggunakan alat kontrasepsi
23 39.7
12 20.7
23 39.7
58 100.0
3 Usia perempuan melahirkan yang baik 20-35 tahun
14 24.1
25 43.1
19 32.8
58 100.0
4 Pencegahan KTD dapat melalui pendidikan kespro
11 19.0
22 37.9
25 43.1
58 100.0
5 Kehamilan usia remaja berisiko secara fisik, sosial dan psikologis
31 53.4
13 22.4
14 24.1
58 100.0
6 Remaja yang kurang akses informasi akibat tidak dikonfirmasi
oleh guru, dan orang tua 31
53.4 15
25.9 12
20.7 58
100.0 7
Pendidikan kespro secara dini dapat memberikan pengetahuan dasar tentang kespro
30 51.7
7 12.1
21 36.2
58 100.0
8 Pendidikan kesehatan reproduksi adalah kebutuhan bagi remaja
29 50.0
12 20.7
17 29.3
58 100.0
9 Pendidikan kesehatan reproduksi dapat diperoleh dari guru
28 48.3
6 10.3
24 41.4
58 100.0
10 Sumber informasi tentang kespro dapat diperoleh dari sekolah
17 29.3
26 44.8
15 25.9
58 100.0
11 Pemberian informasi kespro sedini mungkin mereduksi terjadi
PMS dan KTD 17
29.3 11
19.0 30
51.7 58
100.0 12
Norma dan budaya terkadang menjadi penghambat untuk pendidikan kespro
30 51.7
9 15.5
19 32.8
58 100.0
13 Guru adalah penanggung jawab terhadap pendidikan kespro
16 27.6
32 55.2
10 17.2
58 100.0
14 Informasi tentang kespro dapat dimasukkan dalam kurikulum
15 25.9
14 24.1
29 50.0
58 100.0
15 Guru sebaiknya melakukan pengawasan terhadap hubungan
pertemanan siswanya 18
31.0 32
55.2 8
13.8 58
100.0
Selain itu mayoritas guru setuju 53,4 jika remaja yang kurang akses informasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi akibat tidak dikonfirmasikan oleh
guru dan orang tua, mayoritas guru setuju 50,0 bahwa pendidikan kesehatan reproduksi merupakan kebutuhan bagi remaja, mayoritas guru setuju 48,3 jika
pendidikan kesehatan reproduksi dapat diberikan oleh guru. Kemudian diketahui juga
Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009
bahwa mayoritas guru setuju 51,7 bahwa norma dan adat serta budaya dapat menjadi penghambat pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja, namun mayoritas
guru masih kurang setuju 55,2 bahwa guru adalah penanggung jawab mutlak untuk pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja, dan guru masih tidak setuju
50,0 jika pendidikan kesehatan reproduksi dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, serta mayoritas guru kurang setuju 55,2 bahwa pertemanan siswa
sebaiknya dilakukan pemantauan dan pengawasan oleh guru.
B. Sikap Guru Sesudah Intervensi Simulasi