Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi dalam Pendidikan Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan Kesehatan

Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi menjadi mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri. Selanjutnya dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok yang saling berkaitan yaitu: Natoatmodjo, 2004 1 Persoalan masukan input yang menyangkut sasaran belajar itu sendiri dengan latar belakangnya, 2 Proses process yaitu mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan pada diri subyek belajar, dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor antara lain subjek belajar, pengajar, metode dan teknik belajar, alat bantu belajar dan materi yang dipelajari, 3 Keluaran out put adalah merupakan hasil belajar. Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi. Seperti halnya proses pendidikan lainya, pendidikan kesehatan mempunyai unsur masukan-masukan yang setelah diolah dengan teknik-teknik tertentu akan Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan tersebut. Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis. Tidak dapat disangkal pendidikan bukanlah satu-satunya cara mengubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam perubahan pengetahuan setiap individu Sarwono, 2004.

2.2. Metode Simulasi dalam Pendidikan Kesehatan

Simulasi adalah kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk meniru satu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari atau yang berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari atau yang berkaitan dengan tanggung jawabnya. Dapat dikatakan pula bahwa simulasi diartikan sebagai satu kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk meniru satu kegiatan atau pekerjaan yang dituntut dalam kehidupan sehari-hari atau yang berkaitan dengan tugas-tugas yang akan menjadi tanggung jawabnya jika kelak pembelajar sudah bekerja. Tujuan metode simulasi adalah sebagai berikut: 1 meningkatkan akselarasi pemikiran dan perasaan dengan sikap dan psikomotorik pembelajar, kemampuan pembelajar ditingkatkan dalam keterampilan berkomunikasi sederhana dan kepekaan terhadap aksi orang lain agar terbentuk sikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya; 2 menghayati berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh peran yang dimainkan; 3 menggunakan pengalaman perannya dalam simulasi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi; 4 memperoleh persepsi, pandangan ataupun mengalami Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 perasaan kejiwaan dan batin tertentu; 5 menanamkan disiplin dan sikap berhati-hati; 6 memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi buatan, sehingga pembelajar terbebas dari resiko pekerjaan berbahaya. Sedangkan kelebihan dan kekurangan dari metode simulasi adalah sebagai berikut: A. Kelebihan: 1 Menguasai keterampilan tanpa membahayakan dirinya atau orang lain dan tanpa menanggung kerugian; 2 Melibatkan pembelajar secara aktif; dan memberikan kesempatan kepada pembelajar secar langsung terlibat dalam kegiatan belajar dan melakukan eksperimen tanpa takut-takut terhadap akibat yang mungkin timbul di dalam lingkungan yang sesungguhnya; 3 Meningkatkan berfikir secara kritis, karena pembelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran; 4 Belajar mengalami suatu kegiatan tertentu; 5 Dapat meningkatkan motivasi pembelajar; 6 Bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek tetapi lahan praktek tidak memadai; 7 Memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam situasi nyata; 8 Dapat membentuk kemampuan menilai situasi dan membuat pertimbangan berdasarkan kemungkinan yang muncul; 9 Dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan sikap kehati-hatian. Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 B. Kekurangan: 1 Kurang efektif menyampaikan informasi umum; 2 Kurang efektif untuk kelas yang besar, karena umumnya akan lebih efektif bila dilakukan untuk perorangan atau group yang kecil; 3 Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan di tempat latihan, karena diperlukan banyak alat bantu; 4 Dibutuhkan waktu yang lama, bila semua pembelajar harus melakukannya; 5 Media berlatih yang merupakan situasi buatan tidak selalu sama dengan situasi sebelumnya, baik dalam hal kecanggihan alat, lingkungan dan sebagainya; 6 Memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak Syaefuddin, 2002. Penerapan proses belajar aktif dengan metode simulasi bagi guru dilakukan dengan cara sebagai berikut: fasilitator memberikan lengkap seluruh materi secara tertulis terlebih dahulu kepada guru untuk dibaca secara mandiri, materi yang diberikan tentang kesehatan reproduksi yang terdiri dari pokok bahasan: organ reproduksi, pembuahan dan kehamilan, kebersihan dan kesehatan diri, NAPZA, dan risiko reproduksi. Selanjutnya fasilitator dan guru bertemu pada satu waktu yang telah disepakati bersama, dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan terdiri dari beberapa sesi untuk meluruskan beberapa konsep dalam proses belajar aktif dengan metode simulasi. Berikut ini adalah pelaksanaan proses belajar aktif kesehatan reproduksi dengan menggunakan metode simulasi pada guru kelompok perlakuan: 1. Organ Reproduksi a. Fasilitator membagi kelompok terdiri dari 4 hingga 5 orang. Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 b. Fasilitator memberi intruksi untuk permainan games puzzle. c. Fasilitator menjelaskan secara rinci organ-organ reproduksi laki-laki dan perempuan, dilanjutkan dengan penjelasan mengenai menstruasi dan mimpi basah. d. Fasilitator menanyakan pendapat peserta terhadap bagaimana sikap guru menghadapi hari pertama anak menstruasi dan mimpi basah. e. Fasilitator kembali membagi peserta dalam kelompok untuk menggambar sepasang laki-laki dan perempuan telanjang bulat bugil. Kelompok pertama menggambar anak-anak sekitar usia 5-7 tahun, kelompok kedua menggambar remaja sekitar usia 10-15 tahun, kelompok ketiga menggambar orang dewasa muda sekitar usia 25-30 tahun, kelompok empat menggambar orang setengah baya sekitar 40-50 tahun, dan kelompok lima menggambar orang usia lanjut 70 tahun. f. Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan di bawah gambar: kebiasaan dan perilaku yang biasa dilakukan orang seusia itu. g. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi. h. Fasilitator menjelaskan perubahan bentuk tubuh dan kebiasaan, dan menekankan perubahan tersebut banyak terjadi di masa remaja. 2. Pembuahan dan Kehamilan a. Fasilitator membuka sesi ini dengan memberikan gambaran mengenai maksud atau tujuan dari sesi ini serta proses bagaimana sesi ini akan dilaksanakan. Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 b. Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan pada potongan karton meta plan apa yang diketahui sekitar kebersihan dan kesehatan diri yang harus dijaga oleh remaja. Setiap lembar potongan karton hanya ditulis satu kata, kemudian diminta menempelkan di papan yang disediakan panitia. Peserta boleh menuliskan lebih dari satu potongan karton. c. Fasilitator bersama peserta mengelompokkan dalam tiga kelompok yaitu anggota tubuh, alat reproduksi dan bukan anggota tubuhalat reproduksi. d. Fasilitator menjelaskan tentang kebersihan dan kesehatan diri melalui potongan karton yang sudah ditulis peserta dan sudah dikelompokkan dalam 3 kategori tersebut. e. Fasilitator memberi penjelasan singkat tentang kebersihan alat reproduksi dan anggota tubuh lainnya serta cara-cara membersihkan yang perlu diperhatikan dan dikomunikasikan kepada siswasiswi. 3. Kebersihan dan Kesehatan Diri a. Fasilitator membuka sesi ini dengan memberikan gambaran mengenai fenomena penyalahgunaan NAPZA menggambarkan berbagai contoh yang aktual. Kemudian menyebutkan pokok-pokok bahasan serta tujuan yang diharapkan dari sesi ini. b. Fasilitator meminta peserta untuk memberikan pengertian serta tanggapan hal- hal yang berhubungan dengan NAPZA, penyalahgunaan, toleransi, gejala putus obat, kecanduan, ketergantungan. Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 c. Fasilitator memberikan klarifikasi terhadap pendapat peserta dengan penjelasan singkat tentang pengertian dan istilah-istilah seputar penyalahgunaan NAPZA. d. Fasilitator menempelkan kertas plano kosong di depan ruangan, kemudian menuliskan “jenis-jenis NAPZA”. e. Fasilitator mengajak peserta untuk mengidentifikasi jenis-jenis NAPZA yang sering disalahgunakan. Mintalah kepada seluruh peserta untuk menuliskannya pada kertas plano yang sudah disediakan. Setiap peserta mendapat giliran, dengan catatan peserta yang maju menuliskan jawaban yang berbeda dengan peserta lain. f. Fasilitator mengklarifikasi jawaban peserta. Selanjutnya fasilitator mengajak peserta untuk mengklasifikasikan jenis-jenis NAPZA hasil identifikasi tersebut kedalam lembar tugas. Kemudian fasilitator memberikan pengertian mengenai efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAPZA. g. Fasilitator mengakhiri sesi ini dengan penjelasan singkat tentang jenis-jenis serta klasifikasi NAPZA yang sering disalahgunakan, kemudian menunjukkan alat peraga yang berisi contoh narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. 4. Kehamilan Tak Diinginkan KTD dan Aborsi a. Fasilitator menjelaskan tujuan dari sesi ini dan rangkaian kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta. b. Fasilitator menggali pengetahuan peserta tentang pengertian KTD, penyebab KTD, risiko-risiko KTD, melalui curah pendapat. Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 c. Fasilitator menuliskan seluruh pendapat peserta kedalam plano yang ditempel di depan kelas. d. Fasilitator bersama peserta melakukan klarifikasi terhadap pendapat-pendapat peserta selama sesi curah pendapat. e. Fasilitator membagi peserta kedalam 5 kelompok dan membagikan naskah kasus kepada kelompok. f. Fasilitator menjelaskan tugas setiap kelompok, yaitu mendiskusikan penilaian peserta terhadap kasus, meliputi penyebab, risiko, solusi dan pandangan peserta terhadap kasus KTD. g. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikan kasus KTD dalam kelompok. h. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk membahas hasil diskusi kelompok. i. Fasilitator memberikan komentar terhadap pembahasan hasil diskusi kelompok. j. Fasilitator membagikan lembaran bacaan kepada peserta. k. Fasilitator menutup sesi ini. 5. Infeksi Menular Seksual IMS dan HIVAIDS a. Fasilitator menjelaskan tujuan dari session. b. Fasilitator membagikan kertas kosong dan meminta peserta untuk menuliskan nama lain dari alat kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak-banyaknya dalam berbagai bahasa. Peserta menulis kata-kata yang sopan, ilmiah, bahasa Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 jalanan, bahasa daerah, diberi waktu 5 menit. Namun sebelum memberikan perintah ini fasilitator memberikan pengantar bahwa: “karena kita akan membahas IMS yang notabene adalah penyakit yang sebagian besar menyerang alat kelamin, maka salah satu kuncinya adalah harus terbuka, tidak malu, tidak tabu ketika membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan alat kelamin. Untuk tujuan itu saya meminta saudara-saudara mendiskusikan hal ini...”. c. Setiap peserta membacakan tulisannya dan fasilitator mencatatnya di kertas plano. Fasilitator dan peserta lain meminta klarifikasi kepada kelompok presentator tentang bahasa yang tidak dimengerti. d. Fasilitator menanyakan kepada peserta: apa perasaan peserta ketika diminta mendiskusikan topik tadi?, apa perasaan wakil kelompok yang harus mempresentasikan hasil diskusinya? mengapa begitu?, kata-kata yang mana disenangi atau tidak disenangi untuk mendengarnya atau memakainya? kata apa yang akan kita pakai pada kesempatan kali ini?, apa yang tersirat dari kata-kata tersebut tentang sikap seks laki-laki dan perempuan dalam budaya kita?. e. Fasilitator menegaskan bahwa: “dalam membicarakan masalah kesehatan reproduksi termasuk IMS kita tidak boleh malu dan merasa tabu untuk mengemukakannya. Faktor penting agar kita mengetahui IMS, gejala-gejala, cara penularan dan pencegahannya adalah bicara terbuka dan tidak malu- malu. Ingat, malu bertanya sesat dijalan”. Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 f. Selanjutnya fasilitator menanyakan kepada peserta apa yang mereka ketahui tentang IMS atau penyakit kelamin. Fasilitaor menuliskan pendapat inti peserta di kertas planowhiteboard. g. Fasilitator memulai penjelasan tentang definisi dan konsep IMS. Tekankan mengapa namanya sekarang IMS, bukan penyakit kelamin atau PMS. 6. Kekerasan Seksual a. Fasilitator meminta kepada setiap peserta untuk saling berpasangan. b. Fasilitator membagikan makanan kecil kepada salah seorang dari setiap pasangan. c. Fasilitator kemudian menjelaskan bahwa makanan kecil tersebut adalah miliknya dan harus tetap menjadi miliknya yang harus dipertahankan dengan cara apapun. d. Kemudian peserta yang tidak memiliki makanan kecil harus berusaha mendapatkan makanan kecil dari pasangannya dengan cara apapun. e. Permainan dimulai secara bersamaan dengan waktu 3-4 menit. Permainan selesai jika makanan berhasil direbut atau waktu habis sebelum terebut. f. Usai permainan fasilitator menggali kepada peserta tentang bagaimana pendapat peserta tentang pengambilan paksa barang milik orang lain apa yang dirasakan ketika barang miliknya dipaksa diminta? apa yang dilakukan untuk melindunginya?. g. Kemudian fasilitator mengaitkan permainan tersebut dengan kekerasan seksual, dan menegaskan: bahwa makanan kecil tersebut diibaratkan sebagai Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 alat reproduksi kita yang sangat penting dan tidak boleh direbutdisentuh dengan paksa oleh orang lain, remaja perempuan dan laki-laki harus selalu waspada mengenai kemungkinan menghadapi kekerasan atau pemaksaan oleh orang lain, kekerasan dan pemaksaan bisa terjadi secara seksual yaitu ketika orang lain menyentuhmenciummemelukmemegang bagian-bagian tubuh seperti payudara, pantat dan kemaluan. Pelaku kekerasan seksual bisa orang yang tidak kita kenal, tetapi sering kali dilakukan oleh orang yang kita kenal bahkan saudara atau keluarga sendiri ayah, paman, kakak, kakek, dan lain- lain, pelaku bisa orang dewasa atau remaja. Kekerasan seksual juga bisa dalam bentuk kata-kata, misalnya dengan mengatakan hal-hal yang tidak seronok dan bernada melecehkan. h. Setelah peserta memahami tentang kekerasan seksual kemudian fasilitator meminta peserta untuk berpasang-pasangan kembali, untuk bermain peran satu orang berperan sebagai guru dan yang satunya berperan sebagai remaja. i. Setiap pasangan diminta untuk melakukan dialog seputar kekerasan seksual selama 5 menit. j. Kemudian setiap pasangan berganti peran dan melakukan hal yang sama. k. Kemudian fasilitator mengajak peserta untuk bertukar pikiran tentang hambatan-hambatan dalam mengkomunikasikan kekerasan seksual. Selanjutnya fasilitator melakukan klarifikasi hal-hal yang perlu. Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 Proses belajar aktif dengan metode simulasi, partisipan guru diharapkan: a. Bisa mengidentifikasi berbagai perubahan fisik dan psikis yang terjadi selama proses pubertas pada remaja. b. Mempersiapkan diri menghadapi berbagai perubahan pada anak remaja selama masa pubertas haid, mimpi basah. c. Mulai mengembangkan kemampuan berempati untuk berusaha memahami perubahan perasaan dan bersikap benar dalam berinteraksi dengan anak remaja agar remaja lebih merasa nyaman mengekspresikan perasaan kepada guru. d. Bisa menentukan sikap dalam interaksi dengan orang lain berkaitan dengan pengasuhan anak remaja. e. Mampu bersikap percaya diri dan mampu memberi kondisi yang mendukung terbentuknya sikap percaya diri pada anak remaja. f. Membantu anak mengembangkan perilaku sehat dan tidak berisiko menunda hubungan seks, menjaga diri dengan cara yang efektif. g. Mampu memberi informasi yang benar kepada remaja dan membantu remaja dengan keluhan kesehatan reproduksi, sehingga remaja tahu haknya untuk memperoleh informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan reproduksi baik secara medis dan psikologis PKBI, 2004. Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009

2.3. Pengetahuan dan Sikap Individu