Pengaruh Intervensi Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Guru

fasilitator simulasi, atau kurangnya media-media yang mendukung pelaksanaan simulasi. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa umur mempunyai hubungan signifikan dengan sikap guru p=0,039, dan secara proporsi menunjukkan guru dengan sikap baik 65,7 terdapat pada guru dengan usia ≥35 tahun dibandingkan guru dengan usia 35 tahun 47,8. Menurut Ahmadi 2004 perubahan sikap yang berhubungan dengan umur senada dengan konsep peningkatan pengetahuan sejalan dengan perubahan umur, artinya pertambahan usia berdampak terhadap pengalaman-pengalaman yang diperolehnya, demikian juga dengan sikap guru terhadap pendidikan kesehatan reproduksi, karena sikap ini terjadi diawali dari proses tahu, dan memahami sampai pada tahap sintesis sehingga melahirkan sikap, baik sikap positif maupun sikap negatif.

5.3. Pengaruh Intervensi Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Guru

Metode simulasi adalah salah satu metode yang dilakukan dalam pendidikan kesehatan. Prinsip metode simulasi adalah cara penyampaian informasi dengan menggunakan media promosi dan peralatan peraga tentang kesehatan reproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada nilai rerata 38,67 dengan nilai t – 43,267 terdapat pengaruh signifikan intervensi simulasi tentang kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan guru tentang kesehatan reproduksi pada remaja dengan nilai p=0,000. Demikian juga dengan sikap guru juga terdapat pengaruh signifikan Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 intervensi simulasi terhadap sikap guru tentang kesehatan reproduksi pada remaja pada nilai rerata 30,48 dan nilai t= - 30,584, dan nilai p=0,000. Perubahan peningkatan pengetahuan dan sikap guru dengan metode simulasi karena responden diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya untuk mempelajari dan memahami materi kesehatan reproduksi remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi disampaikan dengan pesan yang cepat dan nyata melalui sosiodrama, sehingga tidak menimbulkan kebosanan pada responden, dapat menarik perhatian, menimbulkan rangsangan untuk diikuti sehingga pemahaman responden lebih komprehensif. Menurut Guion 2001 menyatakan metode simulasi memberikan motivasi dan keterlibatan yang aktif serta umpan balik yang baik pada akhir pembelajaran, sehingga dapat diketahui metode ini mempunyai kekuatan untuk dapat menarik perhatian yang pada akhirnya pendidikan kesehatan reproduksi dapat dipahami remaja secara komprehensif dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hamanik 2002, peningkatan pengetahuan dan sikap juga dipengaruhi oleh keaktifan dari peserta latih dan kemampuan fasilitator dalam mengelola kegiatan proses belajar sehingga fasilitator dapat membangkitkan fikiran yang kreatif akhirnya dapat merangsang partisipasi peserta dalam kelompok. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Norlita 2005 bahwa pada metode simulasi sebesar 5,85 dengan kenaikan pre test ke post test dengan standar deviasi 1,66. Kenaikan nilai rata-rata pada metode lain sebesar 4,70 dengan standar deviasi 1,67 dan selisih rerata antara metode simulasi dan metode brainstorming -1,15 Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 dengan t-hitung sebesar -4,35 serta p=0,000 p0,001, artinya pada alpha lima persen terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata pengetahuan tentang kesehatan reproduksi antara metode simulasi dan metode lain. Hasil paired t-test menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan dengan simulasi terjadi peningkatan signifikan pengetahuan guru tentang kesehatan reproduksi. Menurut Sullivan et al 1997 peningkatan pengetahuan dan sikap setelah dilakukan intervensi pendidikan khususnya dengan metode partisipatif cenderung lebih meningkat meskipun dilakukan evaluasi setelah 1 minggu, namun setelah hari ke-30, informasi yang diperoleh tersebut hanya tersimpan sebesar 30-40 persen. Kemungkinan bahwa segala sesuatu yang pernah dipelajari masih tersimpan di dalam memori menunggu isyarat pengambilan yang benar, sebagian informasi hampir dipastikan hilang dari penyimpanan.

5.4. Keterbatasan Penelitian